♡ 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒄𝒂, 𝒆𝒏𝒋𝒐𝒚 𝒘𝒊𝒕𝒉 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝒔𝒕𝒐𝒓𝒚 ♡
---
Kantin siang ini cukup ramai, para staff dan karyawan tengah antri mengambil makanan.
Beberapa dari mereka memilih untuk ke Cafetaria selagi menunggu kantin agak sepi. Contohnya seperti Vanka, Theresa, Shea, Nona, Ben, dan Arya.
Mereka menggabungkan dua meja untuk dijadikan satu. Memesan beberapa minuman dan makanan ringan untuk mengganjal perut mereka.
Antrian di kantin masih sangat ramai, mereka menunggu agak sepi barulah gabung disana. Jangan takut makanan habis, karena catering akan siap untuk restock apabila makanan sudah mulai habis.
"Antriannya udah macam antri sembako," ucap Shea.
"Iya sembakonya bansos," timpal Ben.
"Tumbenan dari tadi gak lihat batang hidung Pak Satria di kantin." ucap Theresa.
Vanka yang mendengar nama Satria pun malu sendiri, entahlah. Setelah kejadian semalam Satria memeluknya saat ia menangis. Pria itu tak mengucapkan sepatah kata pun, hanya memeluknya seraya mengusap punggungnya.
Vanka sendiri tidak tahu jam berapa Satria pulang dari Apartment nya. Yang pasti ia ketiduran di pelukan Satria setelah menangis, ah betapa buruknya wajahnya saat itu.
Tanpa sadar Vanka menutup wajahnya dengan kedua tangan. Bahkan Satria yang memindahkannya ke dalam kamar. Jika saja ia bertemu Satria hari ini, kemungkinan besar ia memilih menghindar saja. Rasa malu nya lebih besar dari apapun itu.
"Lo kenapa Van? senyum-senyum sendiri, nutupin muka." celetuk Nona.
Vanka gelagapan, ia berusaha sadar dari sikapnya sendiri. "Engga, biasa aja."
Theresa menatap intens kearah Vanka, "looks like there's something we don't know about vanka, guys. Maybe." ucap Theresa menggoda.
Vanka menatap sengit kearah Theresa, "Gak jelas lo kunyuk!,"
Obrolan mereka berlanjut, pun dengan Vanka yang masih terus digoda dengan mereka. Untungnya tak lama dari itu kantin mulai sepi.
Mereka pun akhirnya langsung antri untuk ambil makan siang. Mengisi tenaga untuk kembali bekerja.
---
"Ben, udah briefing?," tanya Arya yang kini tengah memastikan jalannya program acara mereka.
Ben mengangguk, "Aman Ar, script yang lo mau kasih ke gue kirim lewat email aja ya."
"Iya ntar gue kirim, lo revisi ya."
Saat ini Arya juga tengah mempersiap kan untuk program baru yang akan ia ajukan kepada Pak Reza selaku Kepala Divisi mereka.
"Ini masih break mereka?," tanya Arya.
Ben mengangguk, "Mau kopi gak lo?,"
"Boleh deh,"
Keduanya berjalan kedepan showcase cooler yang memang disediakan di tiap- tiap sudut studio. Karena memang lokasi pantry hanya berada di tiap-tiap ruangan Divisi saja. Jika Studio hanya di sediakan showcase cooler yang berisi banyak minuman mulai dari susu, soda, kopi, bahkan air mineral.
"Mariska satu gereja sama gue,"
"Mariskan anak finance?," tanya Ben sembari membuka tutup kopi kaleng yang barusan ia ambil.
Arya mengangguk, "Pindah dia,"
"Makin deket deh, udah satu tempat ibadah, tinggal apalagi bro. Tinggal gas aja,"
KAMU SEDANG MEMBACA
CAN I BE HIM?
Random-- CAN I BE HIM? -- Cantik, karir lancar, hidup dalam keluarga yang berkecukupan, modis, dan pintar, itulah gambaran sosok Ayudia Septha Ivanka. Gadis yang saat ini tengah menekuni karirnya dengan bergabung disalah satu Perusahaan swasta besar yang...