♡ 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒄𝒂, 𝒆𝒏𝒋𝒐𝒚 𝒘𝒊𝒕𝒉 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝒔𝒕𝒐𝒓𝒚 ♡
---
Dentuman suara musik bersamaan dengan gemerlapnya lampu sebuah Club malam di daerah Jakarta Selatan ini menjadi tujuan awal seorang Satria Putra Widhitama.
Seharian berada dirumah selepas kepulangannya dari Bali pagi tadi membuat rasa bosannya benar-benar tak bisa dibendung.
Open table adalah hal pertama kali yang ia pikirkan saat memasuki tempat ini. Ia tak sendiri malam ini, melainkan bersama dengan salah satu sepupu serta temannya.
Setelah berkabar dengan Akmal, pria itu pun setuju jika malam ini harus berakhir melipir ke Sky setelah pulang kantor. Toh semuanya dibayar oleh Satria, gratisan ya harus di gas, prinsipnya.
"Wei Pak Bos," sapa Akmal yang baru saja datang dengan jari yang sudah mengapit sebatang rokok.
"Sendirian aja nih Om, boleh gabung gak?" ucap seorang pria lain dibelakang Akmal dengan nada yang dibuat-buat itu.
Satria bergidik ngeri melihat tingkah sahabatnya itu, Panca. Pria itu datang bersama dengan Akmal, entahlah keduanya bertemu dimana.
"Hendra mana?" tanya Satria.
"Masih jemput Regina di kantornya," jawab Panca.
"Nathan gak asik banget, gue ajak kesini eh dia nya nemenin Maura lagi gaenak badan dirumah," ucap Akmal.
Satria mengangguk, ia sudah tahu jika Nathan tak bisa ikut hadir disini karena harus menjaga Adiknya yang tengah sakit dirumah. Kedua orang tuanya tengah ada pekerjaan diluar kota, jadilah Nathan yang diberi perintah untuk menjaga Maura.
"Lo dari Bali gak bawa apa-apa Sat?" tanya Panca.
Tangannya terulur menuangkan botol wine yang dipesan Satria kedalam sebuah sloki kecil. Satu tegukan berhasil ia tandaskan, wajahnya terlihat puas.
"Kenapa Pan? Lo pengen dibawain pie susu Bali? apa kaos barong?" sahut Akmal.
"Ya kali aja gitu,"
"Lo kira Satria lagi rekreasi kayak anak sekolah apa,"
Satria tertawa mendengarnya, "Pesen lewat online banyak kalo lo emang pengen baju barong," timpal Satria.
"Gue ambil beer dulu deh, lagi pengen yang normal-normal." ucap Akmal, ia pun beranjak dari duduknya dan pergi ke arah Bar untuk memesan pesanannya.
"Gue kemarin habis nganterin Regina ke makam Amara, lo udah kesana?" tanya Panca.
Satria menggeleng pelan, "Belum sempet, gue sibuk banget akhir-akhir ini."
"Kemarin Regina mencak-mencak, gara-gara lihat makam Amara yang biasanya full bunga dan seger, kemarin keliatan gak dirawat,"
Satria baru menyadari, dulu setiap seminggu sekali ia pasti akan menyisihkan waktu untuk pergi ke makam Amara.
Bercerita mengenai kehidupan yang ia jalani setelah wanita itu tak ada lagi disampingnya. Dan kini karena kesibukannya membuat ia tak bisa menyempatkan waktu untuk kesana.
"Sampe si Regina mikir kalau semenjak lo deket sama cewek yang waktu itu, lo jadi lupa sama Amara,"
Satria mendengus pelan, "Gue emang lagi sibuk aja akhir-akhir ini,"
"Tapi lo bener lagi deket sama cewek kemarin itu? Siapa namanya? Vanka kan?"
"Deket biasa aja Pan, tiap gue liat Vanka bawaannya keingat sama Amara. Lo nyadar gak kalau mereka ada sedikit kemiripan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CAN I BE HIM?
Random-- CAN I BE HIM? -- Cantik, karir lancar, hidup dalam keluarga yang berkecukupan, modis, dan pintar, itulah gambaran sosok Ayudia Septha Ivanka. Gadis yang saat ini tengah menekuni karirnya dengan bergabung disalah satu Perusahaan swasta besar yang...