♡ 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒄𝒂, 𝒆𝒏𝒋𝒐𝒚 𝒘𝒊𝒕𝒉 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝒔𝒕𝒐𝒓𝒚 ♡
---
Sore hari menjelang malam adalah waktu padat bagi para pekerja untuk meramaikan jalanan Ibukota. Suara riuh kendaraan memenuhi padatnya jalanan.
Vanka masih berada di kantor, tepatnya di rooftop. Ia menikmati waktu senja ini sejenak untuk melepas penat sebelum kembali pulang kerumah dan mengerja kan laporan yang belum selesai.
Deru angin menerpa wajahnya. Matanya terpejam sembari tangannya memegang kuat besi pembatas.
Padatnya Ibukota sangat terlihat jelas dari atas sini. Ketika orang-orang berdesakan untuk keluar kantor dan pulang kerumah masing-masing, hal itu tidak terjadi pada Vanka. Ia memilih untuk pulang ketika jalanan sudah tidak padat, cukup otaknya yang padat.
Hari ini setelah jam makan siang tadi ia revisi script bersama Pak Seno dan tim. Ada beberapa kesalahan yang membuat Vanka harus menandainya dan kembali menyerahkan kepada Dasha selaku perwakilan dari tim pembuat script.
"Belum pulang Vanka?"
Suara seorang pria membuat Vanka menoleh penuh kebelakang. Ada Satria disana berdiri hanya dengan setelan kemeja dan celana kerjanya saja, jas nya entah ia tanggalkan dimana.
Vanka tersenyum seraya mendengus "Basa-basi Bapak gak pinter, kalau saya masih disini artinya belum pulang," ucap Vanka.
Satria tertawa, syukurlah Vanka tidak marah kepadanya akibat kejadian malam itu.
"Kamu gak marah ke saya tentang malam itu?" tanya nya yang berusaha memastikan bahwa Vanka memang baik-baik saja.
Vanka tampak berpikir, "Sebenernya ya marah lah Pak, lebih ke kesel aja sih. Ya meskipun itu bukan first kiss saya, tapi gak etis aja tiba-tiba ada orang yang cium saya tanpa memiliki hubungan apapun, terlebih saya perempuan,"
Satria mengangguk-anggukkan kepalanya, "Sor--"
"Kalau Bapak minta maaf lagi mending jauh-jauh deh dari saya, saya bosen dengernya," keluh Vanka lalu kembali memutar badannya kearah jalanan.
Satria pun berjalan kesebelah Vanka, ikut menyaksikan padatnya Ibukota sore ini.
Semua tampak sempurna, jalanan padat lengkap dengan gemerlap lampu kendaraan yang bervariasi. Ditambah semburat jingga di penghujung langit menambah kesan berbeda dari beberapa hari ini akibat Jakarta yang sering dilanda hujan hampir tiap sore.
"Jadi maksud dari perkataan kamu tadi, kamu cuma mau dicium sama orang yang punya hubungan sama kamu? like a boyfriend gitu?"
Vanka menoleh kearah Satria, dahinya mengernyit, "Bapak kenapa tanya-tanya kayak gitu?"
"Ya saya mastiin aja Vanka,"
"Mastiin apa?"
"Mastiin bener apa gak tebakan saya,"
Vanka tertawa pelan, "Emang perempuan mana yang mau dicium cium gitu padahal gak ada hubungan, kecuali emang itu perempuannya gatel,"
"Banyak kok, hal seperti itu lumrah terjadi di tempat saya kuliah dulu. We just friend, but ya tiap ketemu gak jarang mereka ciuman,"
"Kecuali Bapak?"
"Mau jawaban bohong atau bener?"
"Gausah dijawab saya udah tahu Pak,"
Kini ganti Satria yang tertawa, "Saya gak seperti yang kamu pikir Vanka, ciuman bagi saya hal yang private dan gak semua orang bisa ngerasain ciuman saya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
CAN I BE HIM?
Diversos-- CAN I BE HIM? -- Cantik, karir lancar, hidup dalam keluarga yang berkecukupan, modis, dan pintar, itulah gambaran sosok Ayudia Septha Ivanka. Gadis yang saat ini tengah menekuni karirnya dengan bergabung disalah satu Perusahaan swasta besar yang...