Chapter 2🔞⚠️

447 30 1
                                    

Saat jam pulang kuliah tiba, aku tidak melihat Sehun di mana pun, temannya bilang bahwa Sehun sudah pulang sejak tadi.

Mengapa ia tidak mengabariku? Oh iya aku lupa, aku belum mengecek ponselku.

"Ra.. aku minta maaf tidak bisa menemanimu ke studio hari ini, Ibu ku masuk rumah sakit jadi aku harus bergegas menemuinya. Kau jangan khawatir, aku akan mengabarimu nanti bagaimana kondisinya. Maaf ya ra, aku janji akan menemanimu lain kali, jangan marah ya"

Begitulah isi pesan dari Sehun, awalnya aku mendengus sebal karena ia tidak bisa menemaniku, namun alasan yang di katakan nya justru membuat ku khawatir tentang bagaimana kondisi Ibunya. Aku cukup dekat dengan Ibu Sehun, ia sangat baik sekali kepada ku.

"Tidak apa-apa, Hun, aku mengerti. Tolong segera kabari aku keadaan Ibumu ya, semoga ia lekas sembuh" Balasku kemudian.

Sembari menunggu kabar dari Sehun aku pun berjalan seorang diri menuju studio musik ku. Entah kenapa rasanya aku sangat ingin sekali kesana, aku tidak sabar untuk mencoba alat-alat musik lainnya, sepertinya akan menyenangkan.

Sesampainya di studio aku pun membuka pintu studio itu, sunyi sekali rasanya berada di studio yang mewah ini sendirian, bukankah seharusnya aku disini dengan teman-teman band ku 'kan? sepertinya aku harus membuatnya nanti, dan Sehun akan menjadi salah satu personilnya.

Aku kembali menuju pianonya, dimana aku sangat menyukai alat musik itu, sejak dulu aku sangat ingin belajar bermain piano namun keadaan ekonomi yang membuatku mengurungkan niat itu, jadi saat aku mendapat beasiswa untuk kuliah di jurusan Seni Musik aku sangat-sangat senang hingga tidak pernah berhenti bersyukur.

Aku mulai menyentuh piano itu, kemudian aku melihat diatas piano itu ada buku yang sedang menunjukan nada lagu Yiruma - River Flows In You. Lagu yang sangat indah menurutku, aku ingin segera mencoba memainkannya.

"Apa kau menyukainya?"

Di tengah-tengah aku membawakan lagu itu, tiba-tiba saja aku mendengar suara seorang pria di belakangku.

Sejenak aku mengira bahwa itu suara Sehun namun aku menyadari bahwa suaranya berbeda, terdengar serak dan dalam, seketika membuatku merinding dan terlonjak karena terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba.

"Ka-kau siapa?" Aku mulai berdiri dan melangkah menjauhinya, aku sangat takut bahwa ia adalah orang jahat, apalagi hanya aku dan dia yang berada di ruangan ini, namun saat ku lihat wajahnya, ia tersenyum.

Pria itu sangat tinggi sekali, ia menggunakan celana pendek dan hoodie yang kebesaran, bagiku dia sangat tampan tanpa cela, dan lesung manis yang tercipta di pipi kirinya membuat ia semakin terlihat tampan.

Aku berusaha mengenali dengan benar wajah tampan itu, aku seperti pernah melihatnya. Tapi dimana?

"Aku Park Chanyeol, pemilik studio musik ini" ujar nya santai sembari berjalan mendekatiku.

"Kau Nara, ya? Sehun sudah memberitahuku, aku baru saja kembali dari Amerika, kau tidak perlu takut, santai saja. Anggap saja ini studio mu sendiri"

Aku tercengang mendengarnya.

Benar, aku tercengang seperti orang bodoh di hadapannya.

Ternyata dia Park Chanyeol yang di ceritakan oleh Sehun kemarin, pemilik studio ini. Ia telah kembali dari Amerika, tapi mengapa Sehun tidak memberitahuku? kan aku jadi tidak enak menyelinap masuk ke studio milik orang lain tanpa izin.

"I-iya, maaf ya aku masuk tanpa izin mu dulu, aku akan segera pulang" ujarku segera bergegas namun ia menahanku.

"Tak apa, disini saja. Apa kau perlu bantuan? aku bisa mengajarimu semua alat musik yang ada disini"

"Se-semuanya? Kau serius?" Aku memekik girang, bagaimanapun aku sangat ingin bisa memainkan berbagai alat musik, tentu saja aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Tentu, kau mau mulai dari mana?" Chanyeol mulai mengitari alat-alat musiknya, sepertinya Chanyeol adalah orang yang baik. Lagipula Sehun juga mengenalnya 'kan? pasti karena Chanyeol orang yang baik makanya Sehun mau berteman dengannya.

"Piano" jawab ku menunjuk ke pianonya, ia menatapku, sesaat aku melihat perubahan yang kentara dari wajahnya, ia terlihat tidak menyukai jawabanku itu, namun ekspresi wajahnya seketika berubah kembali.

Ada apa dengannya?

"Baiklah, sini"

Aku menurut, ia menyuruhku untuk duduk di kursi yang berada di depan pianonya, kemudian ia duduk di sebelahku.

"Begini, cukup selipkan ibu jari mu di bawah ketiga jari ke F, kemudian mainkan G dengan jari 2, A dengan jari 3, B dengan jari 4, dan terakhir C dengan jari 5"

Chanyeol menyentuh tanganku, tangannya besar dan hangat. Sejenak aku terpana dengan apa yang ia lakukan terhadapku, di tambah dengan melihat wajah tampannya sedekat ini membuat jantungku berdetak cepat dari biasanya.

"Ra, kau mendengarku?" Chanyeol membuyarkan lamunanku yang sedang menatap wajah tampannya.

"Iya, aku dengar. Begini 'kan?"

Aku mulai menggerakkan jariku yang berada dibawah jarinya, mengikuti yang di katakan Chanyeol kepadaku.

"Ya begitu, jika sudah bisa, kau harus mempercepat temponya" ujar nya kembali.

Chanyeol benar-benar mengajari ku dengan telaten, sepertinya ia memang menguasai tentang musik, terlihat dari tangannya yang mahir memainkan piano itu, ia benar-benar pria yang multitalent.

Tampan, baik, kaya, multitalent. Kurang apa lagi coba orang di sebelahku ini?

Tibalah saat aku sudah bisa memainkannya, Chanyeol perlahan merapatkan tubuhnya denganku, aku tidak tau apa yang sedang di pikirkan nya, namun nafasnya mulai memburu di dekat leherku yang mana cukup untuk memantik gairahku.

Aku merasakan tangan Chanyeol meremas pinggangku, aku terkesiap menatap wajahnya yang tengah menatapku dengan sayu, saat aku hendak bertanya apa yang sedang ia lakukan, bibirnya segera membungkam bibirku.

Park Chanyeol, dengan gila nya menciumku padahal kami baru saja bertemu hari ini, dan sialnya aku tidak bisa menolak. Aku seperti terhipnotis dengan sentuhannya saat ia mulai melumat bibirku, menjejalkan lidahnya untuk memasuki rongga mulutku, mengajak lidahku untuk berperang disana dan aku sangat menikmatinya.

Saat mataku mulai terpejam, bayangan tentang pria tampan bak pangeran itu hadir kembali kedalam benakku, aku melihat dengan jelas pria itu adalah Park Chanyeol, pantas saja aku tidak asing saat pertama kali melihatnya.

Ketika aku mulai kehabisan nafas aku memukul pelan dada Chanyeol agar ia berhenti menciumku.

Chanyeol melepas ciumannya dari bibirku dan beralih menuju leherku, kesadaranku mulai kembali namun Chanyeol tetap menggigit dan mencium leherku penuh nafsu hingga muncul ruam kemerahan, jujur saja perlakuannya itu membuatku sedikit terangsang.

"Ahh! hentikan, apa yang kau lakukan?" Aku berusaha mendorong tubuh Chanyeol, namun ia semakin merapatkan tubuhnya denganku, memaksaku untuk menerima sentuhan-sentuhannya yang memabukkan.

"Dengar, Nara. Kau boleh memainkan alat musik apapun disini, tapi piano adalah keputusan yang salah, jadi kau harus mendapat hukumannya" Chanyeol mengatakan dengan sensual di telingaku sebelum akhirnya ia mengangkat tubuhku untuk berada di pangkuannya.

___

Kalian sudah bisa menebak ceritanya seperti apa? aku kasih tau cerita ini bakalan banyak plot twist nya wkwkw silahkan kalian berasumsi dan menebak-nebak sendiri hihi.

Next ? jangan lupa vote dan komen ya ♡

LOEY STUDIO ; PCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang