16. Lebaran

114 17 0
                                    

Suara takbir yang berkumandang dari semalam di seluruh masjid, berhenti ketika adzan subuh tiba. Suasana subuh yang sejuk, ceria, antusias dan cerah menyambut hari raya idul Fitri.

Mulai dari beberapa remaja yang mengumandangkan takbir, ibu-ibu yang sibuk membangunkan anak-anaknya, bapak-bapak yang baru pulang dari masjid namun ada juga yang sedang melihat peliharaannya, remaji yang tidak bisa ikut sholat karena halangan sedang kesal, dan masih banyak lagi hal-hal yang berbeda di hari raya.

Sekarang Asa sudah rapih dengan koko putih dan sarung hitam bermotif, tampan dan teduh itulah kata yang dapat di ucapkan.

"Budhe, Asa disek an neng masjid yo. Mau ngumpul remaja sek," ucap Asa sambil menyalami budhe yang sedang berias diri.
(Bibi, Asa duluan ke masjid ya. Mau ngumpul remaja dulu)

"Yo, amal wes rung?"
(Ya, (duit) amal udah belum?)

"Wes budhe, assalamualaikum."
(Udah, bibi, assalamualaikum)

Asa langsung pergi menuju masjid, banyak juga anak-anak yang menyalakan petasan di halaman rumah mereka dan juga bapak-bapak yang sedang bersenda gurau. Tak terasa halaman masjid sudah di depan mata, Asa langsung menuju teman-temannya yang sedang menggelar tikar.

"WEH ASA, RENE BANTU AKU, ABOT IKI TIKER'E," teriak seseorang yang melihat Ada dari kejauhan, Asa langsung menghampiri pemuda itu. (Weh Asa, sini bantu aku, berat ini tikar nya)

"Yo Kosek, koe Ajo bengok-bengok, ijeh subuh," teman Asa hanya mendengus lalu melanjutkan menggelar tikar. (Ya bentar, kamu jangan teriak-teriak, masih subuh.)

Matahari mulai muncul dengan malu-malu, tikar yang telah digelar sudah mulai di duduki oleh orang-orang. Ada yang sedang bermain dengan kucing liar, ada yang sedang foto-foto, ada juga yang sedang bercengkrama setelah lama berpisah karena merantau.

Asa berdiri di depan untuk menyapa bersama pemuda dan bapak-bapak. Hingga jam setengah tujuh untuk melaksanakan sholat idul Fitri.

"Kapan balik ke sana Sa?" Tanya teman Asa di sela-sela ceramah.

"Minggu depan kayaknya, kenapa?"

"Besok mau ngajak ke balai desa buat acara lebaran sama remaja yang lain."

"Oh gitu, gw ikut."

"BUDHE, CHANDRA NYA NAKAL NIH," teriak Wonodya yang kesal karena Chandra mengganggu acara makeup nya, dia tidak ikut sholat hanya ikut ke sana karena baru saja datang bulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"BUDHE, CHANDRA NYA NAKAL NIH," teriak Wonodya yang kesal karena Chandra mengganggu acara makeup nya, dia tidak ikut sholat hanya ikut ke sana karena baru saja datang bulan.

"Cah bagus, jangan ganggu saudara mu," ucap mama Chandra dengan lembut, Chandra langsung pergi ke meja tamu mengambil toples nastar yang masih di solatip. Karena kalau mamanya sudah seperti itu, maka amarahnya lebih besar daripada biasanya.

"Astaghfirullah susah banget, Wody, bantuin buka toples dong," Chandra kesal karena tidak menemukan ujung nya.

"Ogah, siapa suruh ganggu gw, sekarang rasain tuh."

Asa Bentala | Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang