13|b. Puasa

89 18 0
                                    

Malam ronde kedua dimulai. Sang mafia sedang berdiskusi dengan gerak tubuh. Mereka tidak boleh bersuara agar tidak ketahuan siapa mafia nya.

Felix sedikit terkejut karena ia tidak menduga bahwa 'mereka' adalah mafianya. Mereka sangat baik menutupi identitas.

"Pilih Nathan aja," gerak bibir 'dia' yang diikuti oleh tunjukan ke arah Nathan, mendapatkan balas gesture ok oleh rekannya.

Waktu mafia sudah habis, sekarang adalah waktu polisi. Tugas polisi adalah mencari identitas pemain atau membunuh pilihannya, itu hanya berlaku setiap malam permainan, setelah mengetahui identitas yang dia tunjuk, dia harus menyelamatkan orang tersebut kecuali yang dia tunjuk adalah seorang mafia.

Sang polisi menunjuk ke arah salah satu pemain dan Gentala mengangguk menandakan bahwa yang di tujuk adalah warga. Polisi tersebut sedikit kecewa karena tebakannya tidak tepat sasaran.

Waktu polisi sudah habis, selanjutnya adalah waktu terakhir yaitu dokter. Tugas dokter adalah menyelamatkan nyawa secara bebas tanpa mengetahui identitas pemain lainnya dan dokter bisa menyelamatkan dirinya sendiri.

Sang dokter mengangkat kepalanya, dia memperhatikan pemain lainnya untuk di pilih namun dia memilih menyelamatkan dirinya. Lalu menunduk lagi karena sudah habis waktunya.

Felix yang duduk sangat greget dengan Dokter, kenapa dia memilih menyelamatkan diri. Tapi kalau Felix menjadi dokter, dia juga akan menyelamatkan dirinya sendiri.

Gentala membuka suara, "pagi telah datang," semua pemain langsung mendongakkan kepalanya. "Ditemukan mayat bernama Nathan Janardana mayat tersebut di duga korban mafia. Polisi tidak dapat menemukan mafianya dan dokter tidak dapat menyelamatkan nyawa nya."

Nathan langsung kaget, dia mati di bunuh mafia? "Gimana sih polisi sama dokternya, nih yang mafia ada dendam pasti," ucap Nathan dengan ekspresi kesal yang membuat semua tertawa.

"Udah sini sama gw hahaha," ucap Felix yang masih tertawa.

"Nih pasti mafia nya pinter, jangan-jangan si Kamal mafia nya," ucap Dirga dengan menunjuk Kamal.

Chandra langsung mencoba melindungi Kamal, "Kayaknya bukan. Kalo Kamal yang mafia nya, pasti udah ketahuan dri awal. Bagaimana kalau Asa yang jadi mafianya?" Hampir semua setuju dengan ucapan Chandra.

Asa langsung menjawab Chandra, "kenapa bisa lu langsung nuduh gw?" Tanya Asa

"Ya gw nggak tau, gw spontan aja" jawab Chandra yang mendapat delikan dari Asa

"Waktunya lima menit dari sekarang, ya"ucap Gentala di sela keributan Chandra dan Asa.

Semua mulai gaduh, bahkan yang sudah kalah pun ikutan gaduh hingga Chaiden yang dari tadi diam telah mati dalam permainan karena tuduhan warga.

"Bang Chaiden diem aja, jangan-jangan bang Chaiden mafianya."  Ucap Dareen yang berlindung diri.

Sekarang pemain ada 9. Semua pemain menunduk lagi dan para tokoh sedang melakukan tugasnya.

Mereka (mafia) memilih Haidar sebagai korban selanjutnya, Polisi memilih untuk mengetahui identitas, dan dokter memilih orang yang akan diselamatkan nya.

Gentala langsung membangunkan semua pemain. Hasilnya membuat terkejut karena tidak ada korban di sesi malam ini. Sang dokter merasa bangga karena tidak salah pilih.

"Wih nggak ada korban," seru Asa dengan tepuk tangan. Semua juga mengikuti apa yang Asa lakukan.

Tak lama adzan Dzuhur berkumandang, semua langsung pergi bersiap untuk melaksanakannya sholat di masjid.

Asa Bentala | Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang