PART 1 : HAECHAN

340 26 21
                                    

Waktu sudah berlalu 3 hari semenjak Jaehyun bertemu dengan Jungwoo dan memberitahukan keinginannya dan belum ada kabar selanjutnya. Mengapa begitu lama hanya untuk menuntaskan hasrat yang telah menyiksanya selama bertahun - tahun ini. Jaehyun mendengus kesal, jika bisa ia ingin mengumpat keras saat ini juga, tetapi jelas tidak mungkin karena ia sedang berada di sebuah kafe yang cukup ramai. Kepala Jaehyun menoleh, menatap kearah sebuah meja dimana ada beberapa anak SMA yang tengah berbicara dengan canda tawa mereka yang terlihat begitu menyenangkan. 

Mata Jaehyun menatap pada salah seorang murid SMA yang ada di meja itu. Seorang anak laki - laki dengan warna kulit paling gelap diantara warna - warna putih lainnya. Warna kulit tan yang membuat Jaehyun tertarik, ditambah dengan sikap ceria si anak laki - laki, dan mata bulat yang seakan semua harapan hidup di dunia bisa diraihnya. Hasrat didalam diri Jaehyun mendadak bangkit kembali, membayangkan dirinya menindih tubuh mungil berkulit tan dengan senyuman lebar itu, kemudian melesakkan paksa penisnya pada lubang anal sempit dengan suara tangisan dan rintihan kesakitan yang membuat hasratnya semakin naik. Membayangkannya saja membuat sesuatu dalam dirinya bergejolak dan tentu saja membuat penisnya yang sedari tadi tertidur kini terbangun. 

Jaehyun mendengus kesal, ia bangkit dari duduknya dan segera melangkah menuju kamar mandi. Untuk sementara, ia menyelesaikan masalahnya dengan cara paling tradisional. 

@@@@@

Anak laki - laki berkulit tan bernama Haechan, menatap pada temannya yang menggeser duduk dengan senyuman lebar. 

“Ada apa Jeno?” tanya Haechan menatap heran pada Jeno yang masih saja senyum - senyum aneh kearahnya. 

“Kau tidak sadar jika om - om yang duduk di meja itu sedari tadi menatap padamu,” kata Jeno menunjuk pada sebuah meja yang kosong, hanya menyisakan gelas dan cake yang belum tersentuh sama sekali. 

“Iya lho.. dari tadi aku juga memperhatikan itu om - om ganteng melihat kearahmu terus Haechan…”

Kali ini Haechan menatap pada temannya yang lain - Sunwoo. 

“Ya mungkin dia merasa terganggu karena kita berisik,” ucap Haechan.

“Mana ada berisik, kita dari tadi bicara biasa saja kok,” sahut teman yang sedari tadi sebenarnya lebih banyak diam - Seungmin, “Tapi aku juga sadar jika om - om itu menatap kepadamu.”

“Kalau memang om - om itu menatapku lalu kenapa? Biarkan saja, mungkin dia merindukan anaknya yang dibawa oleh istrinya setelah mereka bercerai,” kata Haechan. 

Jeno, Sunwoo dan Seungmin kompak terdiam dan menatap pada Haechan. Teman mereka ini selain berisik dan juga bersemangat dalam hidup, selalu saja pintar merangkai kalimat untuk sebuah keadaan yang begitu dramatis. Mungkin Haechan terlalu suka menonton drama, jadi terpengaruh. 

“Ngomong - ngomong Haechan,” kata Seungmin yang sepertinya ingin memulai pembicaraan dengan lebih serius, “Kita sudah bersahabat lebih dari satu tahun, semenjak masuk SMA Seungri tapi kau tidak pernah memperbolehkan kami datang kerumahmu.”

Haechan mengaduk minuman didalam gelasnya yang sebenarnya hanya tinggal sedikit, ia menatap pada 3 temannya dan tersenyum kaku, “Bolehkah aku melakukannya jika aku sudah siap?”

“Sebenarnya kenapa sih?” tanya Jeno, “Kau pernah ditindas oleh gengnya Jaemin karena dikira miskin kan… tapi orang miskin mana yang memakai jam tangan seharga satu milyar.”

Haechan menatap pada jam tangannya, “Yah… pokoknya aku meminta izin pada kalian untuk tidak memaksaku.”

“Kami tidak akan memaksa kok,” kata Seungmin, “Tapi, masa sebagai sahabat kami tidak  boleh datang kerumahmu.”

Black And White - JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang