Sudah hampir satu tahun semenjak peristiwa mengerikan yang menimpa Haechan dan menguncang keluarga Bang. Keadaan sudah lebih baik, Haechan tidak lagi bermimpi buruk akan malam itu. Haechan tidak lagi menangis dalam tidur. Haechan tidak lagi mendadak gemetar ketakutan. Hanya saja, Haechan belum bisa membuka hati untuk sebuah hubungan khusus.
Haechan menoleh kearah kirinya, dimana seorang laki - laki yang sepertinya mahasiswa menyodorkan tisu padanya. Dia memang sedang mencuci tangan di wastafel tapi tidak begitu butuh pelayanan khusus seperti ini.
"Hai... perkenalkan.. namaku Mark.."
Haechan tidak menjawab apapun, ia melangkah pergi dengan tangannya yang basah.
@@@@@
Helaan nafas panjang tercipta dari belah bibir Haechan. Ia tengah meratapi nilainya yang kurang untuk masuk ke universitas favoritnya.
"Aku panggilkan guru les untukmu ya," ucap Taeil yang duduk disamping Haechan sembari membawakan nampan berisi jus melon dan beberapa camilan.
"Boleh hyung, kalau nilaiku seperti ini tentu saja tidak akan bisa masuk," Haechan mengacak - acak rambutnya kesal.
"Jangan putus asa begitu, pasti bisa kalau kau berusaha," ucap Taeil.
Haechan tersenyum lebar, ia mengambil jus melon buatan kakaknya dan meminumnya ketika salah seorang anak buah keluarganya masuk kedalam ruang belajar.
"Tuan muda Taeil..." ucapan si anak buah terhenti, menatap sejenak pada Haechan dan kembali menatap pada Taeil.
Taeil bangkit berdiri, ia mengelus lembut pada rambut Haechan sebelum beranjak pergi.
Haechan menjulurkan tangan dan mengambil camilan kali ini, dengan tatap mata terus mengarah pada kakak tertuanya sampai sosoknya menghilang.
@@@@@
Haechan menunggu dengan cukup gelisah di kafe yang dijanjikan sebagai tempat pertemuannya dengan guru lesnya. Ia menarik nafas dalam - dalam dan menghembuskannya kasar.
"Maaf, sudah membuatmu menunggu..."
Haechan menoleh, matanya membulat menatap kepada sosok yang beberapa hari lalu mendekatinya di toilet.
"Ternyata kau," Mark duduk di hadapan Haechan, "Apa aku perlu memperkenalkan diri padamu lagi?"
Bibir Haechan masih tertutup rapat, tidak berkata apapun. Matanya menatap pada tangan Mark yang terjulur padanya.
"Tapi aku belum tahu namamu," ucap Mark dengan senyuman lebar.
Haechan menatap ragu pada tangan Mark. Ia hanya terus dan terus menatap tangan itu. Cukup lama hingga seharusnya membuat Mark menyerah dan menarik tangan untuk membatalkan jabat tangan mereka. Tetapi Mark masih pada pendiriannya, menjulurkan tangan dan menanti sambutan balasan dari Haechan.
Haechan justru menyerah, ia menerima uluran tangan Mark, "Haechan..."
@@@@@
30 menit berlalu, Haechan rasanya ingin membuang buku - buku dihadapannya ini. Kepalanya sudah mulai pusing karena memang ia sudah belajar dari siang tadi.
"Istirahat dulu Haechan," Mark yang memahami Haechan sudah mulai pusing, menutup buku di depan anak laki - laki berusia 18 tahun itu, "Mau minum apa biar aku ambilkan?"
"Biar aku ambil sendiri hyung," Haechan bangkit berdiri, melangkah ke pantry yang ada di ujung ruangan. Jika sedang suntuk dan cukup pusing begini, favoritnya adalah teh tarik hangat, "Mark hyung aku buatkan teh tarik hangat ya... buatanku enak lho."
KAMU SEDANG MEMBACA
Black And White - Jaehyun
FanfictionBerawal dari keinginan aneh Jaehyun yang berhubungan dengan sesosok anak laki - laki berusia 17 tahun bernama Haechan. WARNING!!! ADEGAN KEKERASAN TANPA SENSOR!! BOYS LOVE!!! DONT LIKE DONT READ