Selamat datang kembali di part terakhir dari Chapter 1.
Mohon maaf jikalau ada typo yang bertebaran dimana-dimana karena memang manusia tempatnya typo.
Soo, enjoy your story sista...
#
#
#
#
#
#
#
#
Tidak, tidak, tidak mungkin. Siapapun itu tapi dia .....
Oh ! Tidak , tidak ! Tidaaaak....
"Tae... Hyung...are you OK?" tanya sebuah suara yang membuat dirinya terperanjat dari tidurnya.
'UH! Kenapa aku harus mendengarkan detak jantung itu! Kenapa juga harus bernafas- tidak bernafas selama setahun pun aku tidak akan mati-! Uh! Aku tidak bisa menyangkalnya lagi.... detak jantung itu....seolah sangat kukenal.' batin Taeyong.
Dihadapannya sudah berdiri Doyoung dan Jeno sembari menatapnya heran.
Dalam sekejap di tengah sedetik, konsentrasi itu langsung buyar. Dinding pertahanan yang telah susah-susah dibuatnya retak dengan mudahnya. Namun, terlebih daripada kekesalannya tak bisa mengenali wajah itu karena usahanya yang sia-sia, tiba-tiba sesuatu yang lain datang. Datang lebih cepat daripada apapun, panas memancar dari dalam tubuhnya, memancar dari setiap bagian. Setiap jari dan persikuan. Setiap sel dan setiap nafasnya. Yah....dia tahu kalau dirinya haus, dan kali ini adalah suatu keharusan baginya untuk meminum sedikit darah, lagi. Bukan hanya itu, rasanya dia ingin menancapkan taring-taringnya yang tajam ke daging yang lembut, masuk ke dalam peredaran darahnya, dan menghisap darah itu hingga tetes darah penghabisan. Taeyong tidak mau ada sisa satu tetes darahpun di tubuh incarannya itu. Tidak ada pengampunan. Namun dia seolah ditampar oleh hasrat yang lain dalam dirinya. Hasrat itu seolah memperingatkan Taeyong akan dirinya yang sebenarnya.
"Loe kenapa?" tanya sebuah suara yang dia kenal. Taeyong mendongak dan mendapati Jeno dan Doyoung berada di hadapannya.
"Sedang apa kalian disini?" tanya Taeyong pada kedua pria itu.
"Seharusnya kami yang bertanya padamu, kenapa kau tidur di kursi? Ku kira kau hanya mendengarkan music dari iphonemu tapi setelah kuhampiri, ternyata kau tertidur." jawab Doyoung.
"A-aku tadi memang sedang mendengarkan musik tapi setelahnya aku tidak mengingat apapun. Memangnya aku tertidur?" tanya Taeyong balik. Dia tahu, pertanyaan yang seharusnya dia tahu jawabannya, malah dilemparkan pada orang lain.
"Itu kau tahu, kenapa kau bisa tertidur dikursi." tanya Jeno bisa membaca pikiran Taeyong.
"Aku juga tidak tahu, aku tadi hanya ingin beristirahan sejenak sambil mendengarkan musik dan tidak terasa sudah tertidur di kursi." jawab Taeyong yang sebenarnya juga tidak tahu, ada apa dengan dirinya.
"Arraseo, sekarang lebih baik Hyung cepat mandi dan sarapan. Yang lain sudah selesai sarapan dan mereka berencana akan pergi jalan-jalan. Wanna join?" ajak Jeno.
"Eemm....tidak untuk sekarang, kapan-kapan saja. Kalian sudah minum tabletnya?" tanya Taeyong mengingatkan.
"Mereka sudah meminum tablet darahnya dan mereka juga sudah membawa masing-masing, kau tak perlu khawatir." timpal Doyoung melirik tuannya.
"Ok, sampaikan salamku pada mereka, have fun." kata Taeyong sebelum Jeno menghilang dari kamarnya. Adik keduanya itu mengangguk dan meninggalkannya sendiri bersama Doyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD PROMISES *Chapter* || Lee Taeyong
Vampire"Mereka tidak memberiku banyak pilihan, namun kekuatan apapun yang kau miliki secara fisik, hanya kekuatan ikatan sajalah yang akan menang dalam kasus ini. Aku akhirnya menyerah, dan membiarkan sulur apinya menelanku ke dalam kegelapan tanpa dasar...