Keesokan harinya, Taeyong berencana akan mengunjungi Pamannya, Aiden di daerah utara Arezzo. Dia berencana pergi sendiri sembari menikmati waktu sendirinya beberapa hari disana. Pagi itu Doyoung membantunya menyiapkan beberapa pakaian dan keperluan yang akan dibawanya kerumah sang paman, sedangkan Taeyong sendiri tengah bersiap-siap saat dia tiba-tiba mencium wangi seorang gadis dari dalam rumahnya. Taeyong menghentikan kegiatannya dan mencium wangi itu dalam-dalam. 'Wangi siapa ini?' batinnya. Taeyong terus memusatkan indra penciumannya.
"Doy, kau mencium wangi seorang gadis disini?" tanya Taeyong.
Doyoung kemudian menghentikan kegiatannya, "Bau seorang gadis? Hanya bau Nona muda Yunjin dan pelayan-pelayan wanita saja yang bisa kubau."
Taeyong melihat Doyoung sejenak dan kembali bingung dengan indra penciumannya, "Kau benar-benar tidak mencium bau gadis lain dirumah ini?"
"No. Why?" tanya Doyoung balik.
Taeyong cepat-cepat menggeleng dan berjalan menuju balkon kamarnya, dan bau itu semakin merebak di indra penciumannya. Taeyong akhirnya keluar kamar dan mengikuti bau itu hingga ke taman belakang, tempat para pelayan sedang menjemur pakaian. Mengetahui sang Tuan muda ada disitu, sontak para pelayan menunduk hormat melihat Taeyong berada disana.
"Your Highness, anda sedang apa disini?" tanya salah satu pelayan disana.
"Aku seperti mencium bau seorang gadis disini, tapi bau ini sangat asing, dan sepertinya bukan bau dari penghuni rumah disini." jawab Taeyong.
"Maksud anda? Disini tidak ada pegawai atau pelayan perempuan baru." kata sang pelayan.
"Emily, kau yakin tidak mencium bau gadis lain, selain adikku dan pelayan disini?" tanya Taeyong lagi pada sang pelayan.
"No, Your Highness. Aku hanya mencium bau orang-orang yang ada di kediaman ini." balas pelayan bernama Emily itu. Taeyong pun semakin bingung dengan indra penciumannya. Dan ketika dia akan mengajak sang pelayan bicara kembali, dia melihat sebuah baju seorang gadis kecil tergantung diantara cucian pagi itu. Dihampiri dan diciumnya baju itu. Seketika dia terbelalak kaget. Dia menemukan bau yang dimaksudnya sedari tadi.
"Emily, baju siapa ini? Kenapa disini ada baju anak kecil perempuan?" tanya Taeyong.
"Oh, baju itu. Aku menemukannya dikolong tempat tidur kamar ibu anda." jawab Emily.
"Ini baju milik Yunjin? Kurasa bukan, wangi Yunjin bukan seperti ini." tanya Taeyong lagi. Tak menjawab pertanyaan sang majikan, Emily mengerutkan alisnya hingga bertautan.
"Your Highness, ada apa denganmu?" tanya Emily curiga. Sesaat Taeyong ragu namun cepat-cepat dia berbalik dan menggunakan kekuatan tak kasat matanya untuk menghilangkan sedikit ingatan Emily agar pelayan itu tidak curiga atau mengatakan hal-hal yang tidak benar ke penghuni rumah. Setelah sang pelayan meninggalkan dirinya, Taeyong cepat-cepat membawa baju gadis kecil itu, memasukkan ke kemejanya, dan pergi dari taman belakang untuk kembali kekamarnya.
"Kau darimana?" kata Doyoung mengagetkan Taeyong saat dirinya masuk ke kamar.
"Eoh..? Ehm.. aku dari kamar adik-adikku. Hanya ingin berpamitan saja." jawab Taeyong mencoba mengontrol wajahnya agar Doyoung tak curiga seperti Emily.
Doyoung hanya mengangguk dan kembali menyelesaikan pekerjaannya.
Pukul 8 pagi, Taeyong berangkat ke kediaman sang paman. Mengendarai Maserati Ghibli warna hitam, dia melajukan mobilnya menuju Arezzo yang berjarak 4 jam dari kediaman. Dalam perjalanan, Taeyong cukup menikmati perjalanan sendirinya. Beberapa kali dia berhenti dikota yang dilewati. Sembari menikmati segelas coffee didalam mobil, Taeyong kembali teringat akan baju milik seorang gadis kecil yang tadi dibawanya. Dia pun mengambil baju itu dari laci mobil dan dilembarkannya di kemudi mobil. Ditatapnya lekat baju itu. Terasa asing baginya, apalagi mengetahui jika itu bukan baju milik adik perempuannya, namun disisi lain dia merasa jika baju itu adalah milik seseorang yang seperti cukup dekat dengannya. Sekelebat pikiran tentang seorang gadis yang pernah Daniel katakan pun terlintas 'Apa mungkin.. ini baju seseorang yang Dad maksud..? Tapi, siapa dia?' batinnya. Baunya memang asing buatnya, namun sosok itu seolah sudah lekat dalam dirinya. Taeyong memang tidak pernah mengetahui sosok yang dimaksud sang ayah, karena orangtuanya pun daridulu juga tidak pernah bercerita masalah gadis lain di keluarga mereka dan kehadirannya. 'Aku tidak mungkin memberitahu siapapun masalah ini, tapi aku juga tidak tahu, harus mencari informasi tentang gadis itu kepada siapa... Apa mungkin aku bertanya pada Noir tentang hal ini? Atau Paman Aiden? Apa mungkin mereka tahu tentang gadis itu? Karena tidak mungkin aku bertanya pada Dad..' selama perjalanan, Taeyong terus memikirkan cara agar dia bisa mendapatkan informasi tentang gadis itu. Dia berusaha untuk tidak gegabah dan sembarangan bertanya tentang sosok itu, walaupun itu Doyoung atau Jin ho. Pukul 1 siang, dia sudah sampai dirumah sang Paman. Dari jauh dilihatnya sang sepupu yang sedang berlatih pedang bersama dengan sepupunya yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD PROMISES *Chapter* || Lee Taeyong
Vampire"Mereka tidak memberiku banyak pilihan, namun kekuatan apapun yang kau miliki secara fisik, hanya kekuatan ikatan sajalah yang akan menang dalam kasus ini. Aku akhirnya menyerah, dan membiarkan sulur apinya menelanku ke dalam kegelapan tanpa dasar...