11. Wajah yang sama di tempat yang berbeda

441 66 4
                                    

Bg Yuda
Lo tadi gue teriakin kenapa diem aja anjim? Malu gue di liatin satu rumah sakit teriak-teriak manggil lo.

Jafar menyerngit kebingungan saat membaca sebuah pesan dari saudara kandung temannya yang bernama Soni itu. Bang Yuda namanya, tengah menjalani masa koas nya di salah satu rumah sakit umum kota. Tapi itu tidaklah penting, semua orang juga tau kalau bang Yuda tengah menjalani masa koas nya di rumah sakit, tapi pesan dari bang Yuda lah yang penting!

Dari pagi, hingga kini ia telah bau ikan gosong, tak sekali pun Jafar meninggalkan sekolah nya, lantas bagaimana pula bang Yuda bisa mengiriminya pesan seperti itu? Yang seakan-akan mengatakan bahwa bang Yuda melihatnya di rumah sakit.

Belakangan ini Jafar merasa bahwa orang-orang di sekitarnya melihat ia berada di dua tempat yang berbeda. Tapi bagaimanapun, di tinjau dari segala aspek, Jafar tidak mungkin bisa berada di dua tempat yang berbeda, kecuali ia bisa menggandakan diri seperti Naruto, tapi nyatanya Jafar hanya manusia biasa.

Ia masi diam setelah lima menit yang lalu membaca pesan dari bang Yuda. Setelah Laras yang mengatakan bahwa ia seperti bertemu sosok Jafar yang lain di tempat yang berbeda, kini Bang Yuda juga mengatakan hal yang sama, membuat ia penasaran setengah mati, sebenarnya ada apa dengan dirinya? Apakah ia secara tidak sadar pernah menjadi kelinci percobaan lalu menggandakan diri? Atau mungkin ia mengidap penyakit lupa ingatan sejenis demesia dan tanpa sadar pergi kesuatu tempat lalu ia lupa? Ayolah, bahkan umurnya belum dua puluh tahun!

Tapi di satu sisi, ia percaya bahwa setiap manusia punya tujuh kembaran, mungkin saja orang yang di lihat oleh Laras dan Bang Yuda adalah salah satu kembarannya? Jelas itu tidak bisa di pungkiri. Tapi apakah semirip itu? Sampai-sampai Laras dan Bang Yuda memanggil orang itu dengan namanya.

"Cantik ya."

Jafar jelas terlonjak kaget saat sebuah suara tiba-tiba memecah lamunannya. Itu Juna, datang dengan dua botol minuman kaleng dingin, yang satunya langsung ia berikan pada Jafar. Temannya itu langsung meneguk minumannya hingga menyisakan setengahnya, lalu menoleh padanya.

"Lihat, Laras cantik banget," katanya sambil menunjuk Laras, tersenyum manis tanpa beban, tak peduli dengan status Jafar sebagai pacar dari gadis yang barusan ia puji.

"Kabarnya pacarnya juga ganteng," jawab Jafar sambil membuka minuman kaleng nya, terkekeh saat mendapati wajah sebal Juna. Temannya itu berdecih dengan wajah yang di buat-buat jelek.

"Gimana adek tingkat yang kemarin sempat lo dekatin? Karin? Masi lanjut?" tanya Juna mengubah topik. Ia meneguk habis minuman kaleng nya, lalu melempar sampah itu ke dalam tong sampah.

Jafar menggeleng untuk memberikan jawaban. Ia mengayun-ayunkan tangannya sambil mengamati air yang keluar dari kaleng itu. Hatinya tiba-tiba terasa sendu saat sekian lama tak lagi mendengar nama Karin, entahlah, sepertinya dari semua gadis yang pernah Jafar sukai, hanya Karin lah yang tak berhasil ia gapai. Walaupun ia sepenuhnya sadar bahwa seratus persen perasaanya itu hanya berlandaskan rasa penasaran, tapi tetap saja rasa itu memang pernah ada.

"Bagus deh kalau gitu, gue juga turut senang kebiasaan gonta-ganti pacar dalam sebulan lo perlahan berakhir."

Jafar menoleh pada Juna yang tengah menatap Laras di tengah lapangan, berdiri berdampingan dengan Asa menggunakan baju adat daerah mereka. Pasangan itu menjadi pusat perhatian seluruh orang yang berada di sekitaran lapangan, yang satu cantik, dan satunya lagi tampan. Sungguh serasi.

"Tapi dengan begitu lo jadi jarang jalan bareng Laras lagi kan?" tanya Jafar tiba-tiba, membuat Juna menoleh padanya.

"Iya terus?"

"Gue ga bodoh, Jun."

Cowok bermata sipit itu tak menanggapi. Ia tau kemana arah pembicaraan ini. Juna kembali menatap Laras yang kini tengah berjalan keluar lapangan bersama Asa.

Tunggal • njm [00L]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang