"Lo bisa ga sih stop nelfon gue buat satu hari aja?! Ini udah yang ke sepuluh buat hari ini!"
Brak!
Fajar melempar ponselnya sembarangan setelah memutuskan sambungan panggilan itu. Apasih yang sedang kembaran nya itu pikirkan? Apa dia sebegitu tak ada kerjaan sampai terus menghubungi nya? Ayolah Fajar ingin hidup tenang.
Sebenarnya gampang saja untuknya memblokir nomor Jafar, tapi entah mengapa Karin dengan sungguh memintanya untuk tidak memblokir nomor Jafar.
Ya begitulah, sesaat setelah Jafar menghubungi nya bulan lalu, Karin langsung menelfon nya untuk meminta maaf karena tidak bisa menolak permintaan Jafar, ia pikir Jafar berhak memiliki nomor Fajar, walaupun di lubuk hati terdalam Karin ia sungguh membenci Jafar.
Bukan, dia bukan membenci Jafar karena citra playboy nya, Karin tak peduli sama sekali dengan itu, ada hal lain yang lebih besar yang membuat nya membenci Jafar, bukan, tapi sangat membencinya. Karin memang gadis sempurna, dia pintar, cantik, berprestasi, tapi dari semua itu dia tetaplah seorang manusia yang mempunyai emosi. Tapi dia pintar sekali, sampai bisa menyembunyikan emosi itu selama dua tahun ini.
Fajar juga tidak tau kenapa Karin memintanya untuk tidak memblokir nomor Jafar, tapi demi berhenti mendengar Karin mengoceh, Fajar akhirnya menurutinya, walaupun ini malah membuat nya terganggu.
Coba saja kalian bayangkan ada orang yang menghubungi kalian setiap harinya secara konsisten selama sebulan penuh dengan minimal panggilan lima kali dalam sehari, apa tidak muak? Ayolah dia bukan anak kecil yang akan tiba-tiba menghilang, ia bisa menjaga dirinya.
Asal kalian tau, Jafar juga tidak pernah menghubungi nya dengan serius, saudara kembarnya itu hanya iseng, contohnya saja tadi pagi, tepat jam nya sarapan, disaat Fajar pikir ia bisa sarapan dengan tenang, ponselnya malah berdering menampilkan nama Jafar, dan kalian tau apa yang Jafar katakan setelah Fajar menerima panggilannya?
"Enaknya pagi ini sarapan bakwan apa tahu goreng?"
Kejadian berikutnya bisa kalian tebak sendiri, tidak perlu di jabarkan karena isinya hanya Fajar yang misuh-misuh setelah itu. Orang waras mana yang tak bisa memutuskan hal seremeh- temeh itu? Bukankah Jafar terlalu istimewa di sebut sebagai manusia? Dia itu masi satwa. Satwa!
"Bang, udah siap belum?"
Sebuah ketukan di pintu kamarnya membuatnya menoleh.
"Kalau udah siap aku masuk ya."
Tanpa menunggu persetujuan dari Fajar tamunya itu langsung menyelonong masuk dengan cengiran khas nya. Dialah Karin, orang yang sebulan ini telah merepotkan hidupnya karena telah memberi nomornya pada Jafar.
"Gue ga bilang lo boleh masuk?" tanya Fajar yang lebih terdengar seperti menyindir saat gadis itu duduk di meja belajar nya, lalu dengan santainya menarik lengan Fajar untuk membantu cowok itu menggulung lengan bajunya dengan rapi.
"Lihat, aku udah cocok jadi istri yang baik," bukannya menjawab pertanyaan Fajar, gadis cantik itu bersikap seolah-olah tak mendengar apapun,"Oke dari segala sisi udah ganteng, ayo kita turun buat makan malam sebelum pergi main." Karin dengan cepat menggandeng lengan Fajar dan melangkah meninggalkan kamar, yang membuat Fajar mau tak mau harus mengikutinya.
"Karin, kamu jangan gangguin abang kamu dong tiap hari," tegur sang Ayah saat Karin dan Fajar tiba di meja makan.
"Mana ada aku gangguin abang, bang Fajar nya aja yang gandeng-gandeng aku."
Demi tidak melempar piring yang ada di depannya ke muka Karin, Fajar lebih memilih mengisi piringnya.
"Tuhkan kamu tuh ya suka banget gangguin abang kamu," celetuk Bunda saat meletakkan hidangan terakhir nya di meja makan, Karin yang merasa di pojokkan mencebik sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunggal • njm [00L]
Fiksi PenggemarPART 2 OFF SIBLINGS SERIES "Aku ingin terus bersamamu hingga akhir, tapi aku sadar, kamu sebaiknya tak berakhir bersama seorang pembunuh." --- Ini kisah dua anak tunggal yang menjalani hubungan palsu hanya untuk memenuhi keinginan orang tua mereka...