Pagi-pagi sekali Lania sudah terlihat rapi. Bukan karena dirinya ada jam pagi sehingga membuatnya sudah serapi itu tetapi karena hari ini dirinya berniat mencari kerja paruh waktu. Keuangannya akhir-akhir ini mulai menipis. Dirinya bukan tidak berani meminta uang pada Bibinya padahal Bibinya itu tanpa diminta pun pasti akan selalu mengiriminya uang.
Hanya saja Lania merasa tidak enak sudah merepotkan Bibinya dan pun ia ingin hidup mandiri tanpa meminta uang pada Bibinya. Ditambah lagi Bibinya adalah seorang sigle parents yang hanya mencari uang sendiri.
Selama ini, Lania hanya hidup bersama dengan Bibinya dan juga Reya anak dari Bibinya yang saat ini menginjak bangku kelas 3 SMA. Kedua orang tuanya sudah meninggal dunia ketika dirinya berumur 2 tahun karena mengalami sebuah kecelakaan.
Sudah 2 tahun ini Lania hidup sendiri dikarenakan Ia kuliah jauh dari tempat tinggalnya. Awalnya dirinya tidak berniat untuk kuliah jauh apalagi meninggalkan Bibi beserta Adik sepupunya itu. Tetapi karena ada lowongan beasiswa di sebuah Universitas membuat Lania tertarik mengambilnya dan akhirnya ia lulus dari beasiswa itu. Dikarenakan Bibinya juga mendukung mau tidak mau akhirnya Lania berani untuk kuliah jauh dari sang Bibi.
Setelah mengecek penampilannya sekali lagi di cermin, Lania segera keluar dari apartemen nya. Saat di lift, dirinya tidak sengaja bertemu dengan Alkan, cowok yang baru pindah di apartemen yang sama dengannya dua Minggu yang lalu. Bedanya cowok itu berada di lantai atas. Karena sering berpapasan di lift akhirnya Alkan mengajak dirinya berkenalan. Dan ternyata Alkan satu kampus juga dengan nya bedanya cowok itu dari jurusan Psikologi.
"Hai La, ada jam pagi ya?" sapa cowok itu.
"Enggak kok Al, Gue lagi mau nyari kerja nih. Keuangan gue udah menipis banget soalnya," jawab Lania diiringi dengan ringinsannya.
"Wah kebetulan banget, sepupu gue juga cari pengawai juga buat toko bunganya. Kalo lo mau, bisa gue bilangin sama dia."
Lania yang mendengar itu tentu saja senang. Memang kalau orang baik mudah selalu jalannya. Buktinya ia dengan cepat mendapatkan lowongan kerja. "Boleh banget Al! Kenapa juga gue harus gak mau?"
Alkan yang melihat raut senang Lania tertawa kecil. "Oke, gue bilangin sekarang aja."
"Eh iya sekarang? Lo mau ngapain, Lo lagi gak sibuk kan?" ucap Lania sedikit tidak enak. Ia berpikir mungkin cowok itu mempunyai kesibukan lain sekarang.
"Enggak, Gue cuman mau ke minimarket depan," jawab Alkan bertepatan dengan pintu lift yang terbuka.
Alkan kemudian mengajaknya duduk di sebuah bangku yang berada di depan apartemen mereka dengan cowok itu yang menelpon kakak sepupunya.
Setelah Alkan menelpon sepupunya, Lania mendapatkan kabar jika dirinya bisa menemui sepupunya Alkan siang ini.
Lania yang mendengar kabar itu tentu saja tidak bisa untuk membendung rasa senang nya. Akhirnya dirinya akan dengan segera mendapatkan pekerjaannya. Rasanya untuk menunggu siang saja ia sudah tidak sabar.
•••
Rasa senang Lania masih bertahan sepanjang hari ini. Ia tersenyum senang mengingat dirinya diterima kerja di toko bunga milik Kak Arla yang tak lain adalah sepupu nya Alkan dan dirinya juga sudah bisa mulai bekerja besok hari. Selain itu, sepupunya Alkan orangnya pun baik bisa menyesuaikan jam kerja dengan jam kuliah nya. Sepulang kuliah dirinya bisa menggantikan Kak Arla menjaga toko karena Kak Arla harus mengurus anaknya yang masih berumur 10 bulan.
Sekarang Lania berada di sebuah kafe yang berada tidak terlalu jauh dari Apartemen nya. Bukan tanpa alasan dirinya di sini, Aneisha lah yang tadi menganjaknya bertemu. Berhubung hari ini ia tidak ada jam kuliah alias libur jadi Lania mengiyakannya saja seraya berbagi kebahagiaan dengan sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lania
Teen FictionLania merupakan mahasiswi biasa yang tiba-tiba mulai dikenal banyak orang karena bersahabat dengan Aneisha. Dirinya yang biasa tidak nampak wujudnya mulai menjadi sorotan karena sering bersama Aneisha. Entah mengapa bisa dirinya bersahabat dengan pr...