Part 1 - Awal

58 34 40
                                    

Kenalin, namanya Dewi Ananta. Dewi panggilan akrabnya sejak kecil. Berawal dari panggilan sayang kedua orangtuanya sejak kecil sampai sekarang. Bukan sekarang, terakhir sejak dia masih duduk di bangku SMP. Orangtuanya meninggal dan sekarang wanita berhijab ini hanya tinggal berdua dengan abangnya bernama Dehan Wardana, Dehan panggilan akrabnya. Begitulah biografi singkat tentang kehidupan Dewi.

Mandiri. Satu kata yang langsung terlintas kalau kalian mendengar nama Dewi Ananta. Saat ini dia sedang duduk di akhir perkulihan tepatnya di semester tujuh. Dewi mengambil jurusan ilmu komunikasi di salah satu Universitas di Indonesia. Tidak hanya mandiri, wanita ini juga pintar dan jago masak. Suaminya kelak dijamin tidak akan mati kelaparan ataupun kekurusan.

Bukan cewek mostwanted, idaman, primadona atau apapun itu sebutannya. Tidak mengikuti organisasi ataupun lembaga kemahasiswaan yang ada di kampus. Sebutan untuknya yakni mahasiswi kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang). Dia hanya punya satu sahabat di kampus. Satu orang ini sudah bersahabat dengannya sejak SMP. Selebihnya, Dewi hanya berteman biasa-biasa saja, bukan yang teman dekat.

Seperti saat ini. Dia dan Neli sedang duduk di taman kampus sembari bersantai setelah mata kuliah berakhir. Nelisa Khairunisa, satu-satunya sahabat Dewi di kampus. Baik hati dan sikapnya layaknya ibu peri sudah tidak diragukan lagi. Cewek cantik dengan kacamata hitamnya. Berbeda dengan Dewi, Neli mahasiswi kura-kura (kuliah rapat-kuliah rapat). Neli Ikut salah satu lembaga kemahasiswaan di fakultas. Super sibuk dan terkenal. Setiap berjalan di kampus pasti ada saja yang memangil namanya. "hay kak Neli" begitulah kira-kira.

Setelah selesai bertemu dengan dosen pembimbing untuk melakukan perbaikan di skripsi keduanya, Dewi dan Neli memilih untuk beberapa menit duduk santai di taman sembari berbicara absurd tentang kehidupan. Hari ini Dewi pulang kampus dengan Neli. Jalanan lancar seperti kisah cinta orang.

Sampailah di depan pagar cokelat, yap pagar rumah Dewi.

"Gak mampir dulu? Minum atau mandi gitu?" tanya Dewi yang baru keluar dari mobil Neli dan berdiri di samping jendela mobil..

"Ngapain gue mandi di rumah lo. Ntar abang lu ngintipin gue lagi." balas Neli.

"Sembarangan lu kalo ngomong." Timpa Dewi dengan cepat.

"Masuk gih, lo mau gue anter sampe kamar?" ujar Neli.

"Hih ngeri banget. Okey bay Nel. Thank you ya."

"Yaa, gue balik ya. Bayyy" ujar Neli lalu mengendarai mobilnya meninggalkan Dewi.

Baru saja Reina membuka pagar rumahnya. Matanya tertuju pada laki-laki yang duduk santai di teras rumah dengan laptop dan kopi yang menemani. Tetangga depan rumah Dewi lebih tepatnya.

"Kayaknya tetangga baru. Tampan uga." batin Dewi.

Matanya masih tetap betah melihat ke arah laki-laki di depan sana. Kalau saja tidak ada mobil yang lewat, mungkin dia bisa berdiri disitu sampai besok. Masuklah Dewi ke rumah dan langsung menuju ke kamarnya. Setelah menggantung tas selempangnya, dia menjatuhkan badannya ke tempat tidur dengan sprei berwarna krem.

'Hahh akhirnya rebahan juga' batin Dewi.

Karena kelelahan, Dewi tidak sadar kalau dirinya sudah tertidur hampir dua jam. Antara kelehan atau karena memang dia hobi tidur dan gampang ngantuk, sangat tipis perbedaannya. Jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Setengah jam lagi abangnya pulang kantor. Jangan sampai nama Dewi hilang dari kartu keluarga hanya karena belum beresin rumah dan masak untuk makan malam.

Dewi bergegas bangun dan langsung beres-beres rumah. Mulai dari menyapu, lap meja, sampai dengan merapikan buku-buku untuk diletakkan kembali di lemari khusus. Maklum saja, dia dan kakaknya hobi membaca dan hobi sembarangan menaruh buku ketika selesai dibaca.

Setelah itu, Dewi beranjak ke dapur dan mengecek bahan makanan yang ada di kulkas. Sesuai bahan yang tersedia, Dewi memilih memasak ayam goreng dan kangkung tumis, tidak lupa nasi putih. Saatnya mengeksekusi bahan-bahan yang dia sudah keluarkan dari kulkas.

Sat set sat set, makanan untuk makan malam sudah siap. Tersaji di meja makan sebelum Bang Dehan sampai rumah.

'Selamat hidup gue' ujar Dewi dengan helaan napas panjang.

------

Malam tiba. Dehan sampai rumah pukul enam sore, karena ada pekerjaan tambahan yang harus dia selesaikan. Di ruang makan, dua bersaudara berkumpul untuk melaksanakan ritual makan malam.

"Bang kayaknya kita punya tetanga baru. Tadi aku liat rumah di depan udah ada yang nempatin." ujar Dewi.

"Emang iya? Abang belum liat soalnya."

"Tampan bang. Kayaknya seumuran Bang Dehan deh."

"Tetap Dehan Wardana Bin Wardana yang paling tampan."

"Idih pedenya ampe langit ke tujuh." Jawab Dewi.

"Nggak, emang itu faktanya."

"Wueek, nggak dulu deh." Dewi yang hampir muntah karena ucapan kakaknya.

Begitulah hari-hari mereka. Ngobrol tentang kejadian hari itu di saat makan malam. Sesuai kebiasan mama papanya, Dewi dan Dehan selalu diajar dan dicontohi untuk saling terbuka dan peduli satu sama lain. Saling sayang satu sama lain sudah pasti. Berani ada yang menyentuh adik satu-satunya, bisa dipastikan tempatnya hanya dua, kalau bukan rumah sakit atau nggak langsung kuburan.

"Besok abang mau lari pagi. Mau ikut nggak?" tanya Dehan ke adiknya.

"Uaaammm." Jawab Reina dengan nada manja.

"Apaan uam. Kalo ngomong yang jelas deek."

"Maksudnya mau bang. Mau kalau dibalik kan bacanya jadi uam."

"Serah deh. Besok kalo telat bangun abang tinggal. Jam 6 harus udah siap. Jam 6 lewat satu menit, abang tinggalin."

"Buseet, iyaiyaa."

Bersambung...






Vote, komen dan follow *Jangan lupa*
Tambahkan ke perpus kalian
Enjoy everyone!!!

Terima kasih sudah berkenan baca cerita kedua saya, semoga keterusan yah😊

My Husband is My NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang