{Karya ini telah diterbitkan dalam buku Gugusan Mimpi Pemuda Negeri dari penerbit Nur Media pada September 2020 ISBN 978-623-92757-2-3}
30 Januari 2020, abad ke-21, ketika kemunculan virus yang sangat cepat penularannya membuat sekian ratus juta orang di dunia, mau tidak mau, suka tidak suka, diharuskan untuk mengkarantina diri mereka. Begitu pula yang terjadi di Indonesia, sejak kasus pertama diumumkan pada awal Maret, warga Indonesia diwajibkan untuk #dirumahaja. Aku tidak akan membahas lebih lanjut mengenai Corona yang sudah sangat nge-trend di dunia. Izinkan aku mengisahkan kisahku selama pandemi ini.
Aku tinggal di kota besar, yang sehari-harinya selalu ramai dan sibuk. Biasanya, aku akan berangkat untuk kuliah. Namun, karena pandemi itu, aku berakhir #dirumahaja selama berbulan-bulan. Setelah menyelesaikan proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang berlangsung hampir satu semester yang diakhiri dengan ujian online bertumpuk 8 kali ujian di bulan yang sama, aku bisa mengatakan bahwa aku sudah terbebas dari bulan neraka itu. Mulai hari ini, liburanku dimulai!
Awal-awal liburan, aku menghabiskan waktu untuk bermain games, menonton film, dan membaca komik. Sejujurnya, tidak ada yang berubah. Ketika masa PJJ saja, aku tetap melakukan kegiatan itu, bahkan ketika masa-masa ujian. Hingga suatu ketika, aku menemukan suatu website yang menawarkan cara menjadi superhero. Aku sebenarnya tidak begitu tertarik, namun masa liburanku sangat stagnan dan tidak ada yang seru. Akhirnya, aku mencoba membuka website tersebut dan menekan tombol hijau. Saat aku menekan tombol tersebut, mendadak sekelilingku berubah menjadi putih terang, tidak ada benda-benda yang biasanya selalu ada di sana. Aku bertanya-tanya mengenai apa yang terjadi.
Setelah mencoba berkeliling untuk mencari tahu keberadaan manusia lainnya, aku menemukan dua pintu. Pintu di sebelah kiri berwarna hijau bertuliskan "Exit," di sampingnya ada catatan berisi "Jika Anda memilih pintu ini, Anda tidak akan bisa kembali ke tempat ini dan Anda juga akan melupakan segala hal dari tempat ini." Pintu di sebelah kanan berwarna merah bertuliskan "Danger," di sampingnya juga ada catatan yang berisi "Jika Anda memilih pintu ini, Anda tidak akan bisa kembali menjadi diri Anda saat ini karena Anda akan menjadi Superhero." Sesungguhnya aku merasa bingung dengan kata-kata yang dituliskan tersebut. 'Apakah ini adalah sebuah lelucon? Superhero katanya, lucu sekali,' begitulah pikirku sambil berusaha untuk menahan tawa. Namun, beberapa menit kemudian, aku mulai berpikir serius untuk memilih antara dua pintu itu. Akhirnya, aku memilih pintu berwarna merah tersebut.
Saat aku membuka pintunya, aku melihat perosotan yang terhubung dengan tempatku saat itu. Aku segera duduk dan bersiap-siap untuk meluncur. Rasanya sangat jauh dan sangat lama aku meluncur. Aku juga tidak tahu sekarang ada di mana karena sekelilingku gelap gulita. Tiba-tiba ada sinar yang semakin lama semakin terang. Aku menutup mataku karena sangat menyilaukan. Setelah mataku beradaptasi dengan cahaya sekitar, aku mulai melihat ujung dari perosotan ini. Ternyata ujungnya tidak ada! Maksudku, ujungnya benar-benar kosong. Aku melihat ke bawah dan tinggi perosotan ini sekitar 10 meter. Apakah aku akan mati? Aku sangat takut dan aku mulai teriak sekencang-kencangnya. Aku juga berusaha untuk memperlambat dan menghentikan lajuku. Sayangnya tidak bisa, aku tetap melaju dengan kecepatan yang membuatku seperti berada di wahana halilintar, tanpa sabuk pengaman! Aku mulai berkeringat dan menangis. Aku belum siap mati!!!
Semakin terlihat ujungnya, aku mulai menutup mata dan mencoba menerima apa pun yang akan terjadi padaku. Tiba-tiba saja, aku sudah tidak merasakan adanya penopang untukku duduk. Aku berteriak sekuat tenaga karena saat itu aku sedang terjatuh dari ketinggian sekitar 10 meter. Aku memberanikan diri melihat ke bawahku, ternyata ada kolam berisikan bola. Apakah aku bisa selamat? Aku terjatuh ke dalam kolam bola tersebut. Ternyata di bawahnya ada air. Jadi, aku selamat! Jantungku masih berderu kencang. Kepalaku sangat pusing. Tanpa ku sadari, aku jatuh tertidur atau lebih tepatnya pingsan, entah berapa lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back in Time
Non-FictionKumpulan karya fiksi dan non-fiksi yang pernah ditulis bertahun-tahun sebelumnya untuk dilombakan atau diterbitkan. Ada yang menang dan ada yang kalah, namun tak apa karena semua akan menjadi sejarah yang ditulis dalam media yang tak akan hilang dim...