Hi sayang? Apa kabar?Apakah kamu sudah makan?
Jangan lupa vote yakk yg berkenan!
Happy Reading!
-Aelin masih mempertimbangkan, apakah dia butuh untuk tahu apa alasan Jaivee sebenarnya, atau dia sudah merasa cukup dengan hatinya.
Menerima kenyataan bahwa dia dan Jaivee sudah tidak bisa bersama. Entah Aelin akan berakhir dengan Arlo, atau justru memilih menjalani hidupnya sendiri, yang jelas, tidak kembali dengan Jaivee. Atau, Aelin tetap memilih untuk tahu apa yang terjadi, dan siap menghadapi jika benteng yang sudah dia bangun untuk membendung perasaannya dengan Jaivee akan hancur seketika.
Jaivee menyembunyikan sesuatu, yang punya potensi membuat Aelin kembali memandang Jaivee dengan orang yang berbeda. Membangkitkan kembali rasa. Tetapi, setelah Aelin berpikir panjang, dia memang merasa jauh lebih siap untuk mengetahui semuanya.
Setidaknya, jika dia tahu, dia bisa lebih mengerti bagaimana perasaan Jaivee juga.
Maka dari itu, di sinilah sekarang. Aelin dan Jaivee.
"Kenapa nggak mau aku jemput di rumah?" Kalimat itu yang diucapkan Jaivee saat Aelin masuk ke dalam mobilnya.
Aelin menutup pintu mobil. "Ya, karena aku kan emang lagi nggak di rumah. Ngapain juga aku harus pulang lagi?" Aelin baru selesai dari mendadani keluarga pengantin, mereka itu teman Arnina yang waktu itu meminta nomor Aelin agar bisa dihubungi juga.
Lumayan, Aelin mendadani lima orang lebih keluarga mempelai. Dengan riasan sederhana juga. Aelin meletakkan tas yang berisi alat riasannya di belakang mobil Jaivee.
Jaivee bantu noleh ke belakang juga buat nyingkirin sepatu olahraga dan tas yang dia bawa kalau lagi main tenis, biar ada ruang di sana. "Kamu udah bilang sama Mamamu kita bakal pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaivee and His Coffee
RomanceJaivee mengakhiri hubungan dengan Aelin karena alasan-alasan yang berat untuk dijelaskan. "Gue ngerasa kita udah nggak sejalan lagi, kita sering berantem belakangan ini." Aelin tidak mengatakan apa pun hari itu selain hanya menteskan air mata. Dia t...