Yang Sebenarnya Terjadi

6.3K 996 870
                                    



Hai Hacin!

Gimana hatinya? Dah siap?

Gimana hatinya? Dah siap?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote  dan comment recehnya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Jangan lupa vote dan comment recehnya!

Happy Reading!



Ada dua kemungkinan.

Pertama, Jaivee sengaja tidak langsung bercerita malam itu karena dia masih belum sanggup, entah karena lelah atau merasa waktunya kurang tepat.

Kedua, dia memang sengaja untuk tidak menceritakan itu karena tidak ingin merusak momennya bersama Aelin. Jaivee menunda waktu karena dia berpikir, malam ini begitu indah untuk dirusak dengan ucapan darinya.

Sejujurnya, setelah menghabiskan air mata malam itu. Aelin dan Jaivee sama-sama sulit untuk tidur. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing. Mandi di bawah kucuran air hangat pun tidak banyak membantu menenangkan pikiran. Namun, mereka sadar bahwa istirahat adalah hal yang dibutuhkan tubuh, jadi mereka setidaknya mencoba untuk memejam.

Jaivee tak jarang sesekali menoleh pada Aelin ketika dia terbangun, hanya untuk mengusap pipi Aelin. Dan, Aelin terbangun. Mereka saling menatap, lalu memejam lagi. Kemudian, satu jam kemudian Aelin yang ganti terbangun lagi, memandangi wajah Jaivee yang terlelap.

Aelin ingat pernah menaruh impian, bahwa dia akan punya hari di mana dia akan bangun setiap pagi dan melihat wajah Jaivee. Dia membayangkan akan hari-hari di mana dia akan berdebat karena Jaivee akan sengaja susah dibangunkan. Dia menantikan hari di mana dia ketika dia menyetrika pakaian Jaivee atau sekedar memilah baju di lemari, dia melihat cincin yang terpasang di jari manisnya. Lalu, setelahnya ada yang memeluk dirinya dari belakang dengan tubuh yang masih setengah basah karena kejahilan Vee yang baru selesai, bukannya mengeringkan tubuh dengan benar, malah sengaja memeluk agar tubuh Aelin basah juga.

Hal-hal manis seperti itu pernah menjadi bayangan yang singgah dalam benak Aelin, mengharapkan bahwa Jaivee adalah seseorang yang akan menjadi teman hidupnya untuk selamanya.

Jaivee and His CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang