23

303 35 20
                                    

Graceline menatap keluar jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Graceline menatap keluar jendela. Sedari keluar kawasan sekolah, gadis itu hanya terdiam. Sedangkan Max dibuat penasaran dengan kejadian tadi. Saat dia tidak ada di dekat Graceline.

"Aluna," panggil Max lembut.

Graceline menoleh. "Apa?" tanyanya.

Max menatap sekilas manik mata Graceline yang terlihat sayu. "Kalau kamu mau menangis, menangis aja. Aku siap mendengarkan semua keluh kesah kamu," jawabnya dengan lembut.

Graceline menatap Max dengan teduh. Cowok itu selalu bisa membuatnya merasa nyaman namun, sayangnya kenapa tidak ada perasaan pada cowok itu. Kenapa bukan cowok itu yang disukainya. "Kenapa kamu telat datang," ucapnya lirih dengan mengigit bibir.

Max menoleh kembali dan saat melihat tatapan Graceline, seketika langsung menepikan mobilnya. Setelah menepikan mobil, Max merubah posisinya agar bisa berhadapan pada Graceline. "Aku dengarkan," ucapnya lembut dengan merapihkan sisi rambut Graceline yang sedikit berantakan.

Graceline menunduk dengan meremas kedua tangannya. Kenapa saat berhadapan dengan Max, perasaan nyaman selalu terbentuk. "Kenapa kamu baik sama aku?" tanyanya tiba-tiba.

Max terdiam sejenak. Kenapa gadis itu memberikan pertanyaan yang menurutnya aneh. "Because of you, Aluna," ucapnya tulus.

Entah kenapa, kedua mata Graceline berkaca-kaca. Merasa Max adalah sosok yang ia inginkan selama ini. "Kenapa bukan kamu yang aku sukai?" tanyanya lirih yang sontak membuat Max mengerjap. Graceline mendongakkan kepala dan berusaha menahan tangisannya. "Kenapa aku harus menyukai, Luca? Kenapa bukan kamu?"

Max masih terdiam. Ada perasaan sesak dan sakit saat melihat dan mendengar keluh kesah gadis tersayangnya. "I'm tired, Max. Aku lelah diabaikan. Aku lelah dibenci," ucap Graceline gemetar. Kristal bening yang berusaha ditahan, seketika jatuh begitu saja. "Max...please...please help me to forget Luca," lanjutnya terdengar putus asa. "Aku mau menyerah, Max. Rasa menyakitkan dan sesak terasa di sini." Graceline menyentuh dadanya. "Ten years I kept that feeling...," Graceline semakin menangis dan kali ini terdengar lirih, pilu dan menyakitkan. Bahkan tangannya meremas dadanya. "Sakit...di sini. Begitu menyakitkan...," Max yang tidak tahan langsung memeluk tubuh gemetar itu. Memberikan pelukan hangat yang selalu membuat Graceline merasa nyaman saat mendapatkan pelukannya.

"Sshhh...jangan diteruskan jika sesak dan sakit. Menangis saja, aku akan setia menunggu sampai seorang Aluna ku kembali tersenyum. Setelah itu, cukup sampai sini kamu merasakan sakit. Aku tidak akan memberikan air mata kembali keluar dari matamu, Aluna," ucap Max tulus dengan mengelus punggung Graceline.

Seketika tangis Graceline pecah. Raungan dan rematan tangan pada punggung Max berubah kencang. Bahkan Max merasakan basah pada bagian bahunya. "Luapkan semuanya dan setelah itu lupakan," lanjut Max dengan menepuk pucuk kepala Graceline penuh kasih sayang. "Mulai saat ini, kamu boleh bergantung padaku. Kamu boleh melakukan apapun padaku, bahkan menyukaiku. Aku akan terima semuanya. Because you are my second home...."

LOVE SCENARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang