Gadis yang Bodoh

161 30 6
                                    

'Seorang pelaku pembunuhan, tewas dengan bom bunuh diri saat berhasil ditangkap. Beberapa orang luka-luka dan Kepala Kepolisian Konoha, Nara Shikaku yang ikut dalam penangkapan pelaku, ikut terbunuh.'

=.=

Pacar(-pacar)ku by Rameen

Naruto by Kishimoto Masasi

Uzumaki Naruto x Hyuuga Hinata

=.=

Suasana pemakaman biasanya akan sepi di hari biasa tanpa peringatan apa pun seperti ini, tapi hari ini, di salah satu sisi tanah pemakaman yang cukup luas, terlihat keramaian. Upacara pemakaman yang dilakukan para anggota kepolisian saat itu cukup mengundang banyak mata untuk menyaksikan. Tentu saja upacara seperti itu berlaku bagi seorang Kepala Kepolisian yang gugur saat bertugas.

Tidak ada yang pernah menyangka kapan manusia menutup usia. Setidaknya itulah yang selalu dipikirkan oleh seorang pemuda bermarga Nara itu. Dia tidak pernah berpikir kalau akan kehilangan sosok ayah secepat ini. Padahal dia masih ingat obrolan singkatnya dengan sang ayah tadi pagi, atau makan malam mereka tiga hari yang lalu, atau permainan catur terakhir mereka seminggu yang lalu di tengah malam.

Di sana, Nara Shikamaru berdiri dengan wajah datar tanpa emosi. Melihat dengan berdiri tegap pemakaman ayahnya. Tidak ada air mata yang mengalir atau kesedihan yang terlihat di wajahnya, tapi dari genggaman tangannya yang sangat kuat di tangan sang kekasih, cukup membuat kekasihnya mengerti bagaimana perasaan sang pemuda Nara.

Hinata hanya bisa membalas genggaman tangan itu tanpa suara, mencoba memberikan kekuatan kepada Shikamaru untuk bertahan dan bersabar. Gadis Hyuuga itu tahu benar bagaimana rasanya kehilangan sosok yang sangat disayangi. Walau Shikamaru selalu tak acuh, tapi Hinata tahu kalau Shika adalah laki-laki penyayang yang akan selalu menyayangi keluarganya.

Dulu, kehadiran Gaara, Naruto, Sasuke, dan Neji membuat Hinata bangkit dari kesedihannya. Saat pertama kali ia bertemu dengan Shikamaru, pemuda itu sedang kabur dari omelan ibunya. Hinata tidak habis pikir kenapa Shika bisa-bisanya kabur, padahal Hinata sendiri berharap masih bisa diomeli oleh sang ibu. Bahkan sampai sekarang pun, Hinata masih selalu teringat akan ibunya.

Bersyukur, dia mempunyai sahabat untuk selalu menghibur.

Kini, giliran Hinata yang harus menghibur orang-orang itu. Walau hanya mampu meminjamkan tangan, Hinata akan selalu berdiri di samping Shikamaru selama pemuda itu menginginkannya.

Sasuke, Gaara, dan Naruto berdiri di belakang mereka. Sementara ibu Shika yang terlihat paling terpukul, wanita itu menangis di pelukan Temari yang langsung datang dari Oto begitu menerima kabar. Suasana itu seolah kembali mengingatkan Hinata akan kenangan masa lalunya saat mengantarkan ibunya ke peristirahatan terakhir.

.

.

Langit mulai meredup, orang-orang yang datang mulai berangsur pulang. Menyisakan beberapa orang yang terasa enggan meninggalkan area pemakaman.

"Shika." Gaara menyentuh pundak sahabatnya itu, memberi tanda ajakan untuk pulang karena tidak baik jika mereka terlalu lama di sana.

Pandangan Shika yang terfokus pada nisan sang ayah beralih kepada sosok ibunya yang masih menangis. Dia melangkah, melepaskan tautan tangannya pada sang kekasih dan menuju ibunya. Menarik berdiri wanita yang melahirkannya itu sambil membawanya ke pelukannya. "Sudah cukup, kita pulang!"

Yosino hanya menangis tidak menjawab. Shika menggiring ibunya menjauh dan mengantarkannya kepada teman-temannya.

"Kau tidak pulang?" Pertanyaan lembut dari Hinata membuat Shika menoleh, dia memang belum berniat untuk pulang.

Pacar(-pacar)kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang