Bab 1

1.2K 187 42
                                    

Keesokan paginya. Seorang wanita tampak mengaca ,mematut dirinya lewat pantulan cermin. Ia merapikan kembali kemejannya, lalu menguncir rambut hitam lebatnya tinggi keatas. Hari ini ia akan kembali melamar pekerjaan seperti hari-hari sebelumnya.

"Ayolah! Semoga keberuntungan menimpaku hari ini." gumamnya pada dirinya sendiri.

Jihane beranjak keluar melewati ruang tengah. Ia melihat ayahnya itu sedang menyesap secangkir kopi hitam panas dengan koran ditangan.

"Ingin kembali mencari pekerjaan?" tanya Rudi, ayah Jihane, saat melihat penampilan rapi putrinya di pagi hari.

Jihane menganggukkan kepala pelan sebagai jawaban. Sedangkan Rudi tersenyum meremehkan "Kau payah! aku yakin kau tak akan mendapatkannya lagi, hari ini." katanya meremehkan.

Mendengar itu Jihane memalingkan muka, mencoba mengontrol emosinya.
"Aku bersumpah akan mendapatkannya hari ini!" ucapnya tegas, lalu melenggang pergi begitu saja dari hadapan Rudi.

****

Jihane telah sampai dipelataran Loby kantor PT. Haque Company. Mata Jihane tak lepas memandangi setiap sudut kemegahan gedung besar yang menjulang tinggi itu.

"Wah, sangat besar. Aku tak yakin bisa bekerja disini." batinnya dalam hati.

Saat sedang asik memandang kagum kemegahan didalam gedung, juga orang-orang yang berlalu lalang bekerja di dalam. Tiba-tiba...

Brukk

Jihane terkejut dengan badan yang hampir terhuyung kebelakang. Ia membulatkan mata, seluruh barang Jihane berjatuhan kelantai.

"Maaf, Aku tak sengaja."  ujar Jihane gugup.

Gadis yang ditabrak tadi tak menjawab hanya menatap Jihane dengan tatapan datar, aura kelamnya seakan begitu mencekam membuat siapapun bergidik ngeri saat berhadapan.

Jihane terduduk, memungut seluruh barangnya yang terjatuh.

"Bodoh!" umpatnya dalam hati, mengerutuki diri sendiri.

Setelah selesai memungut barangnya, Jihane kembali berdiri. Ternyata gadis didepannya ini masih saja berdiri di tempat tanpa bergerak sedikit pun, menatap ke arahnya tanpa ekspresi.

"Maaf ak—" ucap Jihane terpotong karena gadis itu pergi meninggalkannya begitu saja tanpa sepatah kata.

"Aneh."

Akhirnya, Jihane telah sampai didepan diruang HRD. Ia terduduk dikursi tunggu, menunggu dirinya dipanggil ke dalam ruangan. Jarinya menaut satu sama lain, jantungnya berdebar tak menentu. Ia mengambil nafas dalam untuk menghilangkan kegugupan itu.

"Kau tau? CEO diperusahaan ini sangat mengerikan." ujar perempuan disebelah Jihane kepada teman disebelahnya.

"Benarkah? semenyeramkan apa dia?"

"Kau pernah mendengar rumor tentang keluarga Haque?" tanya perempuan itu berbisik pelan pada akhir kalimat. Sedangkan, teman perempuannya tadi hanya mejawab dengan gelengan kepala.

Perempuan itu berdecak kesal "Payah! Kau payah! biar ku beri tahu. Bagi keluarga Haque membunuh orang adalah sesuatu yang wajar." beritahunya geram.

"Kau pernah membaca artikel berita selama 3 tahun kebelakang? bahwa, terdapat beberapa gadis hilang tanpa sebab, tanpa alasan yang jelas."

"Tetapi, itu masih rumor." jawab perempuan yang lain tak percaya.

Perempuan disebelah Jihane memukul pelan kepala temannya "Aishh, kau bodoh! keluarga mereka kaya, mereka bisa menutupi segala kejahatannya dengan uang dan kekuasaan! Bahkan, komisaris cerdik seperti tuan Edric tak pernah bisa membelit mereka!"

Psychopathic GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang