Pagi hari ini cuaca terlihat sangat buruk. Angin bertiup kecang memisahkan daun dari pohonnya. Langit seakan redup tak menampakan cahaya, berganti awan hitam disertai hujan. Seolah menjadi pertanda perubahan hidup kelam seseorang.
Jihane duduk termenung menatap keluar jendela. Setelah mendengar semua kebenaran dari mulut Leo kemarin membuat pikirannya kalut. Bahkan, ia tak bisa memejamkan mata meskipun hanya sedetik. Bayang-bayang kematiannya terus menggema memenuhi isi kepala.
Drttt Drtt
"Ya."
"Aku akan menjemputmu segera. Bersiaplah."
"Hemm."
Sambungan telefon terputus. Jihane menghela nafas berat kembali menatap lurus kedepan dengan gurat wajah penuh kecemasan.
Flashback On
Mendengar pernyataan Leo. Kedua mata Jihane membesar, jatungnya berdebar cepat, pikiranya bergelut satu sama lainnya.
Bagaimana mungkin?
Tidak! Mungkin, Jihane lah yang salah dengar. Jihane tak memiliki masalah apapun dengan Nona Haque. Bagaimana bisa atasannya itu akan menyakitinya?
Ya! Nona Haque tidak mungkin melakukannya. Tetapi bagaimana dengan darah yang dilihatnya waktu itu?
Jihane tertawa hambar berusaha menenangkan dirinya "Jangan bergurau ini tak lucu, Tuan Leo."
Leo menoleh dan tiba-tiba saja menepikan mobil di bahu jalanan. Kedua netra Leo menatap dalam wanita disampingnya ini. Ekspresi wajahnya terlihat begitu serius hingga menimbulkan kerutan dahi.
Jihane bisa melihat jelas sorot mata itu, penuh kecemasan, ketakutan berbaur menjadi satu. Tak ada lagi binar disana, hanya ada— keredupan dan kepasrahan.
"Aku tak sedang bergurau Jihane yang ku katakan adalah benar" Leo menghela nafas berat "nyawa kita berada dalam bahaya."
Kedua alis Jihane menaut, menandakan ketidakpahaman "Apa maksudmu? Aku tak mengerti, Leo!"
Sebelum menjawab Leo mengusap wajahnya kasar dengan menghembuskan nafas berat bersamaan.
Leo kembali menatap Jihane "Apakah kau ingat mengapa aku melarangmu ke ruangan Nona Aghni? dan kau menginggat darah itu?"
Jihane menggangguk.
"Saat itu Nona Aghni memintaku berjaga. Ia ingin menyiksa seorang wanita yang berada di ruangannya. Tetapi, aku meninggalkannya sebentar karena pekerjaan, dan kau datang. Kau memasuki ruangannya tanpa izin Jihane, meskipun aku telah memberimu peringatan sebelumnya." jelas Leo sejelas-jelasnya, berharap Jihane mengerti.
Jihane menatap tak percaya "Tapi mengapa harus aku?"
"Nona Aghni merasa kau telah mengetahui sedikit rahasianya."
Kening Jihane mengeryit "Rahasia apa Leo?"
"Nona Aghni adalah seorang Psikopat. Dia wanita gila!" jelas Leo berseru frustasi "Ia sudah menyiksa banyak wanita untuk kepuasaannya sendiri, Jihane."
Jihane menggeleng pelan.
Apakah ini gurauan? Tentu saja tidak! melihat wajah Leo yang terlihat sangat tegang dan ketakutan saat menyebut nama itu saja sudah cukup menjelaskan bahwa segalanya adalah sungguhan, bukan gurauan.
Jihane diam.
Kepalanya perlu mencerna segalanya. Ini begitu cepat, terlalu cepat. Jatung Jihane berdengup sangat kecang. Ingatan tentang darah ditangan Aghni. Peringatan Ayahnya beberapa hari lalu, juga insiden tadi seolah bergantian berputar dikepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopathic Girl
RomanceBagaimana ketika seorang psikopat kejam menelan ludahnya sendiri, karena jatuh hati pada korbannya? ......... "Jihane. Bolehkan aku menciummu untuk sekali saja?" ........ "Sesekali tersenyumlah. Aku tak pernah melihatmu tersenyum." "Baiklah, seperti...