Bab 4

646 144 31
                                    

Seorang pria dengan balutan jas biru, juga kemeja dan celana berwarna putih itu menghentikan mobilnya tepat di depan area pelataran rumah bibi Ane.

Ia mengambil ponsel yang tergeletak di dasboard mobil. Jari-jarinya dengan lincah menekan setiap huruf pada keyboard dengan senyuman yang tak memudar.

Leonel Siregar
Jihane, aku telah sampai di depan rumahmu.

Jihane Almira
Baiklah, Tuan.

Setelah mendapat balasan pesaannya. Leo kembali menyimpan ponselnya ditempat semula. Entahlah, tiba-tiba saja jantung ini berpacu lebih cepat dari biasanya. Buliran keringat dingin mulai membasahi kening. Tangan Leo gemetar, saling manaut satu sama lain.

"Come on, jangan terlihat seperti orang bodoh" gumam Leo pada diri sendiri.


Jihane berjalan menuruni anak tangga setalah 30 menit berdandan. Ia sangat cantik dengan balutan gaun putih yang sangat kontras menyatu dengan kulit. Rambut hitam panjang itu dibiarkan terurai sehingga memberikan kesan anggun nan menawan.

Langkah kaki Jihane terhenti tepat dikursi meja ruang makan. Ia berdiri disamping kursi yang diduduki oleh Bibi Ane.

"Bibi?" panggilnya.

Bibia Ane menoleh "Wahh, putriku ini sangat cantik." pujinya yang membuat Jihane mengulum senyum.

"Aku pergi dulu Bibi."

"Ya, akan ku antar ke depan."

Bibi Ane mengantar Jihane sampai pada ambang pintu rumahnya. Pandangan matanya beralih pada mobil hitam yang terparkir didepan rumah.

"Apakah pria di dalam mobil itu pacarmu, Jihane? kapan-kapan kenalkan lah padaku, ya?" goda Bibi yang membuat semburat merah jambu menghiasi wajah Jihane.

Jihane terkekeh  "Tidak, Bi. Dia atasan ku dikantor." jawabnya malu-malu.

"Aku pergi ya, Bi." pamitnya sembari mencium punggung tangan Bibir Ane.

"Ya, hati-hati. Salamkan pada pacarmu."

Jihane terkekeh dengan mengelengan-gelengkan kepala. Ia melangkahkan kakinya menjauhi rumah dan mendekat pada mobil yang tumpangi Leo.

"Hai." sapanya pada Leo yang duduk di kursi kemudi.

Leo terbius sesaat. Ia menatap Jihane dengan binar kekaguman. Lihatlah! bahkah kedua matanya seperti engga berkedip. Demi apapun, Leo tak pernah menyukai wanita manapun sampai seperti ini. Mungkin benar, ia telah jatuh hati pada Jihane.

"Kau sangat cantik Jihane." puji Leo membuat kedua pipi Jihane memerah.

Jihane mengulum senyum "Kau juga Tt-ampan, Leo." pujinya.

Keduanya saling melempar tawa malu-malu.

"Baiklah. Apa kau siap Tuan Putri?"

"Yaa, tentu."

Leo mulai melajukan mobilnya menuju tempat pesta itu digelar. Memang Haque Company sering sekali mengadakan pesta, walaupun hanya sekedar untuk merayakan keberhasilan keja mereka. Dan, Aghni pun tak melarang selagi itu tidak mengganggu bisnisnya.

*****

Lampu berwarna-warni itu mulai berkedip berputar-putar. Suara dentuman musik sangat terdengar keras memekakan telinga. Semua orang di dalam terbuai dan bergoyang mengikuti irama musik.

Psychopathic GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang