Manisnya Pembalasan
#cerpenBRUGH!!
Tubuh Denis jatuh di atas lantai yang rutin dibersihkan penjaga sekolah. Hidungnya hampir saja menyentuh permukaan yang masih menyisakan bau karbol. Suara tawa menggelegar menyusul kemudian. Ia meringis diam-diam, menahan nyeri pada lutut yang tidak seberapa dibanding rasa malunya.
Denis tetap bangkit, meski rasanya berat sekali menegakkan pandangan.
"Dasar cupu! Kutu buku!" Makian rutin yang terlontar kemudian.
"Jangan nangis! Siapa suruh jalan gak liat-liat!" timpal yang lainnya.
Mereka bertiga, anak-anak lelaki urakan yang selalu tertawa berlebihan. Berjalan kesana kemari dengan gaya arogan, seolah mereka lah yang berkuasa atas tiap-tiap sudut sekolah.
Pikir Denis, mungkin ini memang salahnya, berani melintasi gerombolan itu tanpa memutar saja. Padahal ia tahu keberuntungannya selalu tak bisa diandalkan jika sudah dihadapkan pada mereka -- Rendra Atmaja, Angga Sanjaya, dan Erlan Triguna -- tiga anak konglomerat yang mengandalkan kekayaan orangtua untuk menjadi jumawa.
Berlagak sok tegar, Denis menepuk celana panjang abu-abunya, membetulkan letak kacamata yang miring lalu kembali menyusuri selasar menuju kelas. Meninggalkan gelak tawa yang terus terngiang di kepalanya.
Sungguh Denis sudah sangat terbiasa oleh bulian mereka. Namun yang sulit Denis terima adalah, ketika Lorencia, gadis tercantik di sekolah itu menatapnya dengan iba dari tepi koridor ... seperti saat ini.
Ya, ia memang tak tahu diri. Makhluk cupu yang menaksir wanita populer di sekolah. Benar-benar seperti pungguk merindukan bulan. Mengenaskan.
Namun bagaimana lagi, semakin dihalaunya perasaan itu, semakin ia mengetatkan belenggunya. Denis tak lagi berdaya. Ia tersiksa oleh rasa malu dan juga cinta yang rasanya mustahil kesampaian.
Denis mempercepat langkah menuju kelas, menghenyakkan diri di kursi lalu membenamkan konsentrasinya pada buku pelajaran di atas meja. Berusaha menghalau pandangan iba Lorencia dari memorinya.
"Denis, kamu gak apa-apa?" Suara lembut itu membuatnya meragukan kewarasan diri sendiri. Mungkinkah terlalu sering dibuli membuatnya berhalusinasi? Tapi tidak, di hadapannya berdiri nyata sang gadis impian, tengah mengulas senyum khawatir. Dua buah lesung pipi yang muncul samar-samar, membuat kecantikannya semakin istimewa.
Denis tak menyangka bidadarinya datang menyapa. Ini benar-benar pertama kalinya, setelah dua tahun berlalu Denis hanya menjadi penggemar rahasia tanpa pernah berani berkenalan. Hari ini ia memang dilanda kesialan, tapi rupanya Tuhan masih menyisakan sedikit keberuntungan.
"Ng ... nggak, aku gak apa ... apa," jawab Denis yang tiba-tiba kesulitan menelan ludah. Denis menunduk semakin dalam menyembunyikan kegugupannya.
"Benar-benar keterlaluan mereka itu! Lain kali kamu jangan diam saja dong, lawan!"
Senyum getir muncul begitu saja.
'Aku bisa melawan dengan apa? Bisakah melawan mereka dengan kemampuan bermatematika?' pikirnya sinis.
"Oh ya, aku Lorencia, kelas 2 B. Tepat di sebelah." Gadis itu mengulurkan tangannya. Yang dengan bodohnya hanya Denis pandangi saja.
"Eh ... sori. Mungkin kamu gak mau diganggu ya? Kalau gitu, aku ke kelas dulu, bye ..." Dan Lorencia pun berlalu setelah menarik uluran tangannya dengan raut malu.
Denis memaki dirinya dalam hati. Merutuki perilaku bodoh yang pasti akan disesalinya seumur hidup.
*****
![](https://img.wattpad.com/cover/320199448-288-k287034.jpg)