Happy Reading!~♡
"Duh duh." Ringis Viona saat hampir terjatuh dari motor, untung Papa nya sigap menolong Viona. saat ini Viona sedang belajar mengendarai motor ninja, milik Papa nya.
"Kamu sih, masa mau belajar naik motor besar gini, emang udah cocok kamu naik Scoopy aja sana." Ejek Rafi, Papa Viona.
"Ihh Papa sih, harusnya Papa bersyukur aku mau belajar naik ini, biar motor Papa ini ga nganggur trus di garasi." Ucap Viona membela diri sendiri.
"Bagusan juga nganggur di garasi daripada kamu yang make, takutnya baru sehari udah hancur nih motor kesayangan nya Papa," ucap Papa nya, membuat Viona mengerucutkan bibir pertanda kesal.
"Dih mirip muncung ikan koki," kata Rafi sambil terbahak-bahak.
"Papa aaaa, Mama liat Papa ngeselin."
Mendengar keributan di luar rumahnya, Rina, Mama Viona keluar dengan tangan yang dilipat di dada. Jangan lupakan sendok goreng yang berada di tangan kirinya.
"Ada apasih ini ribut-ribut Pa? Mama mau masak jadi ga tenang."
"Tau Mah, anak Mama ini lah yang ribut dari tadi," ucap Rafi tanpa beban.
Viona memandang Papa nya kesal.
"Papa ngeselin banget sih."
"Emang lagi ngapain sih?" Tanya Rita.
"Ini Mah, Viona tiba-tiba minta di ajarin naik motor ini." Jawab Rafi
"Yaampun Viona, buat apasih kamu sok-sok an belajar naik motor besar begituan. Udah mendingan kamu naik Scoopy pink kesayangan kamu itu aja, lebih aman."
Mendengar komentar Mama nya yang juga sama seperti Papa nya yang menyuruhnya untuk naik Scoopy saja membuatnya menghela nafas berat.
Andai saja Mama dan Papa nya tau dia ingin belajar naik motor ini bukan karna keinginan nya sendiri, melainkan karna Arsen yang ingin menyelesaikan masalah mereka dengan balapan ninja besok, membuat Viona terpaksa harus bisa menaiki motor ini. Viona merasa ini tidak adil, bagaimana tidak, Arsen yang notabenya pernah menjadi ketua geng motor sudah dipastikan dia ahli dalam motor besar seperti ini, sedangkan Viona? Untuk sekedar naik keatas motor itu saja dia cukup kesulitan.
¢¢¢
Bunyi jam weker yang menggema di seluruh isi kamar, membuat Viona terpaksa membuka matanya dan mematikan jam yang berada di atas nakas itu. Lalu bergegas untuk mandi.
Sekarang hari Minggu dan masih pukul 06.00, harusnya saat ini Viona masih tidur nyenyak di bawah selimutnya. Namun, karna nanti dia akan balapan dengan si Arsenio yang galak itu, jadi terpaksa dia bangun pagi. Viona ingin persiapan mental dulu sebelum balapan jam 08.00 nanti.
Setelah selesai mandi Viona mengambil kaos crop hitam berlengan panjang dan celana kulot jeans berwarna hitam, simpel, namun membuat aura kecantikan Viona bertambah. Viona ini memang sangat cantik maka, tak jarang ada lelaki yang terang-terangan mengungkapkan perasaannya kepada Viona, namun tidak ada satupun yang dapat memikat hati Viona, sampai saat ini.
Setelah selesai bersiap, Viona bergegas pergi dari rumah. Orang tua Viona masih tidur, lagipula Viona sudah memberi tahu kemarin malam kepada kedua orang tuanya bahwa dia akan pergi keluar bersama Tiara pagi ini.
"Vio, gue udah mau sampe ini." Ucap Tiara sebelum mematikan sambungan telepon dengan Viona.
Tak berselang lama, Tiara sampai di depan rumah Viona.
Kali ini Tiara tidak menaiki mobilnya, karna dia akan pergi bersama dengan Viona menggunakan motor ninja yang akan dipakai balapan oleh Viona.
"Ayo." Ajak Viona yang sudah duduk di atas motor.
"Vio, lo yakin nih udah bisa?" Tanya Tiara penuh keraguan.
"Yakin lah, gue semalem sehari penuh naik nih motor."
Setelah menghela nafas panjang, Tiara memberanikan diri untuk menaiki motor tersebut.
"Udah siap ra?"
"Kalo untuk mati, gue belum siap Vio."
"Anjir, yang mau ngajak lo mati bareng siapa." Viona menggelengkan kepala. Lalu, tanpa banyak bicara lagi, Viona menginjak gas dan melaju dengan kecepatan diatas rata-rata.
¢¢¢
Dibawah teriknya matahari, Viona dan Tiara sedang bersantai sambil memakan ice cream. Ice cream adalah kesukaan mereka berdua.
"Ra, gimana kalo gue kalah nanti?" Tanya Viona sambil menyendok kan ice cream strawberry ke mulutnya.
"Ya gimana lagi Vio, kalah menang kan wajar. Lagian kalo kalah ga ada konsekuensinya kan."
Viona hampir tersedak ice cream saat mendengar pernyataan Tiara. Astaga, dia lupa memberi tau Tiara soal konsekuensi yang akan didapatnya jika kalah pertandingan.
"Eee... Sebenernya, kak Arsen ngasih konsekuensi kalo gue kalah. Sorry, lupa kasih tau."
Tiara menyipitkan matanya, penasaran dengan apa yang akan menjadi konsekuensi jika Viona kalah.
"Huh, kak Arsen bilang kalo gue kalah, gue harus jadi pacar dia."
"ANJAYYYYYYYYYY."
Viona menutup menaruh kedua tangannya di telinga, saat Tiara tiba-tiba berteriak.
"Berisik tau."
"IH DEMI APA? DEMI APA? DEMI KAU DAN DIA BERSATUUU. KIW KIW, CEKURUKUKKK. SEMOGA VIONA KALAHHH"
Viona memandang Tiara sinis, apa sebenarnya maksud anak itu? Viona saja berdoa agar tidak kalah supaya tidak menjadi pacar Arsen. Sekarang malah Tiara senang jika Viona kalah dan menjadi pacar Arsen.
"Diem lo, harusnya lo doain supaya gue menang."
"Vio, lo kok aneh banget sih. Tau gak? Banyak loh yang pengen jadi pacarnya kak Arsen, tapi kak Arsennya aja selalu nolak. Tapi ini? Lo bisa gampang jadi pacarnya, bahkan dia sendiri yang pengen lo jadi pacarnya. Ini sih udah takdir namanya."
"Dih, itu orang lain yang mau jadi pacar dia. Kalo gue mah engga, ogah jadi pacar orang galak"
"Awas jilat ludah sendiri."
¢¢¢
04-11-2023
YOU ARE READING
VIOARSEN (BELUM DI REVISI UTUH)
Teen FictionPertemuan yang tidak sengaja antara Viona dan Arsen, membuat semuanya semakin rumit. Kesalahan kecil yang dilakukan Viona terhadap Arsen membuat Viona harus terjebak dalam taruhan yang diadakan oleh Arsen. Semua tak masuk akal, termasuk Arsen yang m...