05

23 1 0
                                    

Happy Reading!~♡

Kini Viona tengah bersiap, sebentar lagi balapannya dengan Arsen akan dimulai.

Viona melihat Arsen sekilas, lelaki itu sekarang berada di sampingnya, tengah duduk santai di atas motor ninjanya, serta memakai helm full face dengan kaca terbuka.

"Ingat, kalau lo kalah, lo jadi pacar gue!" Ucap Arsen sambil tersenyum miring.

Viona mendelik.

"Mimpi, siapa juga yang mau jadi pacar orang galak."

Arsen mendengar hal itu, kemudian bergumam kecil.

"Lihat aja nanti."

Seorang laki-laki yang adalah teman Arsen maju ke depan Viona dan Arsen sambil membawa bendera kecil berwarna hitam.

"Balapan akan kita mulai, dalam hitungan Satu .... Dua .... Tiga!"

Arsen dan Viona sama-sama menginjak rem, memutar gas dan melaju secepat yang mereka bisa. Kedua tangan mereka seakan beradu, untuk terus menarik gas lebih kuat lagi.

Viona kesal saat dirinya tidak bisa menyalip Arsen, lelaki itu selalu memiliki cara untuk menghalangi Viona yang ingin mendahuluinya.

5 menit berlalu, tangan Viona terasa sangat pegal. Tapi dia tidak akan menyerah, taruhan ini menyangkut harga dirinya.

Setelah banyak cara yang dilakukan Viona, akhirnya dia bisa mendahului Arsen.

"Wleee." Ejek Viona saat melewati Arsen.

Garis finish sudah dekat, Viona merasa senang karna dia pikir dia yang akan menang. Namun, faktanya tak semudah itu, ketika Viona hampir saja mendapatkan garis finish, Arsen tiba-tiba datang dan lebih dulu melalui garis finish.

Yaampun, Viona sial sekali!

Viona memberhentikan motornya, tepat di samping motor milik Arsen.

Viona membuka helm yang digunakannya, menampilkan raut cemberut dari wajah itu.

"Mau mukanya dibikin sejelek apapun, ga bakal ngerubah fakta kalah lo kalah taruhan." Ejek Arsen.

"Udahlah kak, lupain aja ya. Aku mau pulang."

Arsen menahan pergelangan tangan Viona, saat perempuan itu ingin beranjak pergi.

"Mau kemana? Lo udah kalah, dan lo tau konsekuensinya kan? Mulai hari ini lo jadi pacar gue!" Tekan Arsen.

"Apaan sih kak, kakak ngapain mau jadi pacar aku coba? Kita aja ga kenal."

"Gue kenal, lo Viona!"

Viona menggelengkan kepalanya.

"Itu bukan kenal kak! Kalau itu, artinya kakak cuma sekedar tau nama aku."

"Ga peduli, kan lo yang setuju sama perjanjian kemaren. Jadi, sekarang lo harus nepatin itu karna lo kalah!"

"Satu lagi, gue kenal lo, lebih dari kenal. Kalau lo mau gue lebih memahami lo, oke! Karna suatu hubungan itu tujuannya buat kenal satu sama yang lain. Sekarang pulang, besok pagi gue jemput ke rumah lo."

Setelah berbicara dengan panjang, Arsen pergi meninggalkan Viona yang membisu. Viona bingung. Arsen kenal kepadanya? Bahkan lebih dari kenal? Padahal Viona juga baru tau Arsen sejak insiden kecil kemarin, lalu, sebenarnya siapa Arsen?

¢¢¢

Sesuai dengan perkataannya kemarin, pagi ini Arsen sudah berada di rumah Viona.

"Jadi kalian sekelas?" Tanya Rafi.

"Iya om."

"Pagi Mama, Papa ---" Viona terkejut saat melihat kedatangan Arsen, lebih terkejut lagi saat Papa nya berbincang dengan asiknya bersama Arsen.

"Kamu ini, lama banget. Ini Arsen udah nungguin loh." Kata Rina.

"Iya, yaudah Ma, Pa. Viona pergi dulu ya, babayy." Viona cepat-cepat pergi dari sana setelah menyalimi tangan kedua orang tuanya, dan hal itu dilakukan juga oleh Arsen.

"Kakak ngapain sih?"

"Kok nanya lagi sih! Kan gue udah bilang mau jemput lo hari ini."

"Yaudah iya, terus tadi ngapain ikut-ikutan salim?" Tanya Viona.

"Emangnya salah salim sama calon mertua?"

"Ih apaan!" Reflek Viona menampar lengan Arsen.


"Aw." Ringis Arsen.

Viona hanya diam karna dia pikir Arsen hanya bercanda, tapi karna melihat wajah Arsen yang terlihat seperti kesakitan Viona mulai khawatir.

"Aduh kak, gapapa kan? Maaf ya tadi anu- reflek aja gitu mukul."

"Huh, kdrt!" Ucapan Arsen mampu membuat Viona geleng-geleng.

"Cepetan kak, nanti telat," kata Viona yang sekarang sudah duduk di belakang Arsen.

"Telat? Sekarang aja masih jam enam lewat 15."

"Kan jaga-jaga kak, kalau nanti macet gimana."

"Hm"

Arsen melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, membuat Viona hampir jatuh.

"Kak jangan balap-balap dong, mau jatuh ini!" Teriak Viona kepada Arsen.

"Kan tadi katanya ga mau telat jadi harus balap. Pegangan biar ga jatuh!" Ucap Arsen yang juga berteriak di balik helm nya.

'Kalau gue ga pegang nanti gue jatuh, tapi masa iya sih gue pegang? Ah udahlah daripada gue jatuh.' Setelah berkutat dengan pikirannya, Viona memilih untuk menurunkan ego dan melingkarkan tangannya di perut Arsen.

Mengetahui hal itu Arsen semakin menaikkan kecepatan, membuat Viona semakin erat melingkarkan tangannya.

Dibalik helmnya, Arsen mengangkat kedua sudut bibirnya.

¢¢¢

07-11-2023

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 07, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

VIOARSEN (BELUM DI REVISI UTUH)Where stories live. Discover now