1

1.8K 260 43
                                    

Tes...

Kesadarannya mulai kembali.

Tes...

Karena merasakan adanya air yg menetes, mata pun secara perlahan terbuka.

Tes...

Dan saat dia sadar sepenuhnya, rasa sakit dari semua luka lukanya yg terkena tetesan air tadi pun mulai terasa.

Tes...

"A..." Teriakan tanpa suara. Tenggorokan terlalu kering. Karena itulah suaranya tak bisa keluar.

"Ah? Kau sudah sadar rupanya. Tolong tahan sebentar. Aku tau ini akan terasa sakit, tapi ini demi kebaikanmu sendiri"

Suara lembut namun terasa memerintah terdengar. Iris berwarna hijau bergradasi oranye milik orang itu terlihat cantik.

Tes...

"Ukh!"

"Maaf. Tapi ini yg terakhir. Jadi tolong tahan sekali lagi"

Tes...

"...." Karena sudah terbiasa dengan rasa sakitnya, suara apapun tak keluar lagi.

"Nah, sekarang apa kau bisa mendudukkan dirimu?" Tanya orang itu.

Yg ditanya menggeleng.

Menghela, orang itu membantunya untuk duduk.

Surai panjang berwarna kelabu berjatuhan. Orang tadi pun membantu untuk menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

Segelas air disodorkan. Orang itu dengan sabar membantu pasiennya meminum air itu hingga habis.

"A... Ah..." Bagus, suaranya sudah mulai keluar.

"Apa kau ingin bertanya sesuatu?" Tanya orang tadi.

"Bagaimana bisa aku masih hidup?"

Netra hijau gradasi orang itu melebar. Pertanyaan yg sungguh tidak terduga.

"Bisa dibilang aku menyelamatkanmu" jawab orang itu.

"Oh, namaku tighnari. Aku seorang penjaga hutan dan peneliti" sambung orang itu.

"...(Y/n)" jawab perempuan bernama (Y/n) itu.

Tighnari mengernyit. "Hanya itu?"

(Y/n) menatap tighnari dan berpikir sejenak.

"Terima kasih?"

Tighnari sweetdrop. Memang kata terima kasih juga bisa diucapkan. Tp sekarang ini mereka sedang kenalan loh. Kenalan!

"Sama sama. Tapi maksudku itu perkenalanmu. Apa hanya nama saja? Tidak ada penjelasan lain?"

"... Untuk sekarang sepertinya iya"

Baiklah. Tighnari pasrah. Dia tidak akan memaksa (Y/n) jika dia tidak ingin bercerita. Tetapi, dia tetap harus waspada pada (Y/n).

"Ya sudah kalau begitu. Kau lebih baik istirahat. Kondisimu masih bisa dibilang parah. Jadi kembali tidur lah. Dan jangan bantah aku"

(Y/n) tidak merespon dan kembali merebahkan diri. Dia menaikkan selimut yg dipakainya dan memejamkan mata.

Sebenarnya, (Y/n) bukanlah orang yg mudah tidur. Tetapi saat dia mencium aroma harum yg asing, pikirannya menjadi tenang dan dia mulai tertidur.

Dalam seumur hidupnya, baru kali ini (Y/n) dapat tidur dengan nyenyak...

.
.
.

Beberapa hari telah berlalu. Tighnari berjalan menuju kamarnya dan masih mendapati pemandangan yg sama.

(Y/n) masih tertidur. Bukan pingsan ataupun koma tetapi tertidur.

Entah apa yg dialami (Y/n) selama ini sampai sampai dia tidur selama ini.

Tetapi, walaupun (Y/n) tidak bangun. Tighnari dapat melihat proses penyembuhan (Y/n) berjalan dengan baik.

Bahkan mungkin bisa dibilang sangat baik.

Saat tighnari ingin memulai kegiatan rutinnya untuk mengecek luka (Y/n). Tighnari dikejutkan dengan (Y/n) yg sudah duduk dan menatapnya.

Berbeda dari sebelumnya. Tatapan (Y/n) yg awalnya nampak gelap, was was dan kosong kini menjadi lebih hidup.

Baru kali ini tighnari dapat melihat iris berwarna cyan milik (Y/n).
Dan warna itu sebenarnya cukup unik. Tetapi cocok baginya.

"Kau..." (Y/n) membuka suara

"Berapa lama aku tidur?" Tanyanya.

Tighnari mendudukkan diri di kursi yg ada di samping kasur.
"5 atau 6?" Jawabnya.

(Y/n) terdiam. Dia lalu menatap luka luka di tubuhnya yg sudah mulai sembuh dan kembali menatap tighnari.

"Apa selama ini kau merawatku?" Tanya (Y/n) lagi.

Tighnari mengangguk. "Mana mungkin aku meninggalkan orang yg terluka begitu saja"

"Begitu...."

Tighnari memiringkan kepala bingung saat melihat (Y/n) menunduk dengan sendu.

Keheningan diantara keduanya berlangsung cukup lama.
Ketika tighnari berdiri untuk keluar, (Y/n) memanggilnya.

"Tintari. Apa kau tidak curiga denganku?" Tanya (Y/n).

Tighnari menatap (Y/n) lamat lamat. Dia memperhatikan bagaimana (Y/n) menatapnya dengan mata yg menyiratkan rasa bersalah.

"Ekhem! Pertama. Namaku itu tighnari, bukan tintari" ujar tighnari dengan wajah serius.

(Y/n) mengerjap dan sedikit memerah karen malu. Bagaimana bisa coba dia salah menyebutkan nama seseorang dengan sangat nyaring dan tepat di depan orangnya langsung.

"Kedua. Aku curiga denganmu"

Ucapan tighnari yg baru saja didengarnya membuat (Y/n) sedikit tegang.

"Tapi, walaupun aku curiga denganmu, aku tau kau tidak ada niatan buruk padaku, atau pada sumeru"

"Sumeru?"

"Benar. Sekarang, kau sedang berada di sumeru"

(Y/n) ber-oh ria dengan pelan. Jujur, ini pertama kalinya (Y/n) menginjakkan kaki di sumeru.

"Tighnari" panggil (Y/n).

Tighnari merespon dengan deheman.

"Apa aku... Apa aku boleh tinggal di sini???"

"Eh, apa???"

Otak tighnari serasa berhenti bekerja untuk sesaat. Setelah kembali sadar, dia langsung menatap (Y/n) serius.

"Kau tidak punya tempat pulang?" Tanya tighnari.

(Y/n) mengangguk. Dia menggaruk tengkuknya dan mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Uh.. untuk sekarang aku hanya bisa bilang kalau aku tidak punya tempat tinggal lagi. Untuk alasannya. Maaf, aku perlu waktu untuk mengarakannya padamu"

Tighnari dapat melihat kalau kata kata yg diucapkan (Y/n) benar. Dan dia juga bisa memastikan kalau (Y/n) bukanlah orang jahat.

Sepertinya, untuk sekarang tighnari hanya bisa mempercayainya.

"Baiklah kalau begitu. Kau bisa tinggal disini. Tp kalau boleh tau, memangnya kau mau apa di sumeru?"

Senyuman merekah di wajah (Y/n). "Menjelajah dan belajar~"

Melihat keantusiasan (Y/n), tighnari hanya bisa terkekeh. Padahal tadinya (Y/n) sangat berhati hati padanya. Tetapi sekarang, (Y/n) justru terlihat sangat terbuka.

Tighnari tersenyum. Tangannya memainkan token besi di sakunya  dalam diam.

Mungkin, tidak semua fatui itu orang jahat...

.
.
.
.

To be continue~~


Tighnari X Reader {Orogin}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang