Claire memijit pelipisnya. Akhir-akhir ini banyak hal yang ia pikirkan, entah itu kehidupan pribadinya, pekerjaan dan bahkan pertemuannya dengan pemilik wangi dark chocolate yang kini membuatnya uring-uringan tak jelas.
Claire menghembuskan nafas berat, ini hari minggu dan ia tidak berkeinginan untuk berlarut-larut dalam kegiatan semunya.Claire beranjak menuju dapur apartementnya. Ia membeli apartement ini karena jaraknya yang dekat dengan tempatnya bekerja, ia juga tak ingin merepotkan kedua orang tua angkatnya yang sudah merawatnya.
Claire menikmati segelas coklat panas dan 2 lembar roti gandum dengan selai kacang diatasnya sembari menonton acara televisi. Layar televisi menampilkan acara yang menurutnya kurang menarik, terlintas dipikirannya untuk sekedar merefresh tubuhnya pagi ini. Claire beranjak menuju kamarnya, mengganti pakaiannya dengan sebuah dress berbahan satin selutut dan bergegas pergi ke tempat yang ingin ia kunjungi. Claire bukan tipe gadis yang suka memamerkan tubuhnya saat berpakaian, sebisa mungkin ia akan memakai sesuatu yang sopan. Ia bukan gadis jelek, bisa dibilang Claire adalah gadis yang sangat cantik, menjadi primadona saat dibangku pelajar bahkan sampai kuliah bukanlah hal yg baru. Perangainya yang lemah lembut, dengan wajah cantik dan sikap sopannya membuatnya menjadi idaman kaum lelaki. Tapi Claire bukan tipikal gadis yang mudah jatuh cinta, bahkan kepada Dani pun ia membutuhkan waktu yang lama untuk belajar mencintainya.
Kaki jenjang Claire berhenti ketika ia sudah sampai dipinggir danau ditengah-tengah kebun tulip. Ia merentangkan tangannya sembari menghirup dalam-dalam hawa segar yang memenuhi paru-parunya. Claire tersenyum, sudah lama ia tak menghirup udara sesegar ini. Ya. Claire kini berada jauh dari pusat kota. Ia berada didaerah perbatasan kota dengan hutan. Claire mengingat kembali beberapa kejadian di dalam mimpinya. Seolah-olah semuanya adalah hal nyata yg pernah ia lalui.
Claire menatap pantulan dirinya di air. Keningnya berkerut ketika melihat sesuatu bergerak di dalam sana, pelan ia menjulurkan tangannya berusaha mencapai air. Belum juga tangannya mencapai permukaan air, sesuatu menariknya dari dalam. Claire tercebur ke danau. Ia berusaha berenang kepermukaan, tapi sesuatu menahannya, sesuatu yang tidak ia lihat. Ia berusaha keras melawan, sia-sia. Claire merasa pasokan udara dalam paru-parunya mulai menipis, ia tidak kuat lagi. Apa ia akan mati seperti ini? Tenggelam tanpa sepengetahuan siapapun? Tangan Claire berhenti meronta, ia sudah kehabisan nafas. Disela-sela kesadarannya ia melihat sesuatu bergerak kearahnya dan sebuah tangan menariknya. Dan aroma dark chocolate adalah aroma terakhir yang ia tangkap sebelum kegelapan menyelimutinya.
**********
Pria itu mengeram marah, berani sekali Nymph air itu mengincar mate-nya. Amarah menguasainya. Warna matanya berubah keemasan pertanda sesuatu didalam dirinya sedang mengambil alih tubuhnya. Tapi, pria itu mulai mengatur nafasnya dan kembali memejamkan matanya. Akan berbahaya bila Dilland keluar dan mengamuk. Yang ada ia akan membuat seisi hutan ini menjadi semakin mencekam. Seseorang datang menghampirinya sembari membungkuk hormat.
"Alpha, Luna Claire sudah siuman."
Seseorang yang dipanggil Alpha mengangguk dan mempersilahkan pesuruh itu pergi. Sebuah senyum tipis menghias wajah tampannya.
"Kita harus menemuinya, boy." Ia beranjak dari posisinya menuju tempat dimana Claire berada.
********
Claire membuka matanya perlahan, bias cahaya yg mengintip dari tirai jendela disebelahnya membuatnya sedikit kesulitan. Ia menggerakkan tangannya guna menutupi bias cahaya itu mengenai wajahnya. Matanya kini sudah terbuka penuh. Hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit ruangan yang berwarna putih gading. Claire mengernyit, rasanya langit-langit kamarnya berwarna putih, sejak kapan ini berubah? Seolah dihantam sesuatu, Claire beringsut terduduk dengan cepat. Matanya menyapu seluruh isi ruangan yang ia yakin bukan kamar apartementnya. Ia meringis ketika kepalanya merasakan sakit, mungkin karena ia tiba-tiba bangkit. Ia menyampirkan selimut yang membungkus tubuhnya, berusaha bangkit ditengah rasa nyeri pada kepalanya. Belum genap lima langkah tubuhnya tiba-tiba limbung, tapi sepasang tangan menghentikan tubuhnya menyentuh lantai yang dingin. Claire mendongak menatap siapa yang menolongnya. Ketika matanya bertemu pandang dengan mata sebiru langit itu, Claire tahu, ia dalam masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PIECES OF THE MOON
WerewolfClaire Rouge, gadis anggun nan lemah lembut ini harus berhadapan dengan kepingan - kepingan misteri yang selalu membayangi mimpinya ketika menginjak usia 23 tahun. Tidak hanya itu, hidupnya kian rumit ketika ia dihadapkan dengan pria tampan nan aro...