Darker

7K 455 3
                                    

Ia duduk dibawah keremangan club malam ini. Tangan kanannya menggenggam sebuah gelas kaca yang berisikan cairan merah bening. Pandangannya menatap tajam pada seorang pria yang tengah mendekap seorang wanita dengan pakaian minim bergerak mengikuti alunan musik yang memekakkan telinga dibawah sana. Sudut bibirnya tertarik sedikit ketika ia melihat pria itu tengah mencumbu nafsu pada wanita bergaun minim, desahan yang keluar dari bibir wanita itu membuatnya mengernyit jijik. Sesuatu di dalam dirinya mengeram ingin mengambil alih tubuhnya.

"Tidak sekarang, boy. Kita akan lakukan itu nanti."

Ia menenggak cairan di dalam gelasnya sekaligus. Baru saja gelas itu menyentuk meja, pandangannya tiba-tiba saja menatap sosok mungil bergaun peach selutut memasuki club. Sosok mungil itu terlihat salah tempat dengan gaun peachnya dan wajah cantik nan polosnya. Ia melihat gadis itu mematung menatap kearah pria yang kini tengah bercumbu di sudut remang lantai dansa. Pria itu terlihat tengah memasuki pusat gairah wanita bergaun minim dalam dekapannya. Ia benar-benar ingin memukul rahang pria itu sekarang, tapi ia tak melakukannya ketika melihat gadis bergaun peach itu berjalan pelan menuju pria yang kini tengah mengeluarkan suara desahan tak senonoh dari mulutnnya.

Gadis itu menatap tak percaya pada apa yang baru saja dilihatnya. Ia merasakan matanya mulai berkabut, ia meremas dadanya kuat. Hatinya lebih sakit melihat hal ini. Ia berjalan mendekat perlahan, memastikan apakah yang ditangkap oleh kedua iris matanya benar atau tidak.

"Dani..." gadis itu merasakan suaranya bergetar. Dengan sedikit mengumpat pria itu semakin cepat memasuki pusat gairah wanita didepannya. Sentakan terakhir membuat pria itu mengerang tertahan sambil melumat bibir wanita dalam dekapannya.

"Dani..." sekali lagi, gadis itu memanggil pria itu dengan suara serak menahan tangisnya. Pria itu kembali mengumpat dan berbalik menatap wajah seseorang yang tengah berani menganggu aktifitas seksualnya. Seketika pria itu menegang mendapati sosok gadis dihadapannya yang kini menatapnya tak percaya.

"Claire..., a.. ku bisa jelaskan ini..."

"Stop!!" Gadis itu terpekik tertahan. Ia tak percaya dengan apa yang kedua matanya lihat, tapi ia yakin dirinya tidak bermimpi ketika pria dihadapannya memanggil namanya. Pria yang sudah amat berarti di dalam hidupnya. Gadis itu menutup kedua matanya, membiarkan genangan air di matanya jatuh mengalir di pipi meronanya.

"Kau.., menghianatiku, Dani... kau.., benar-benar menghianatiku..." susah payah gadis itu berucap sambil menahan isakannya.

"Claire.., aku bisa jelaskan semua ini.., ini... diluar kendaliku.. aku...,"

"Kita batalkan semuanya."

Kalimat gadis itu menghentikan ucapan si pria, pandangan terkejut sangat kentara dikedua matanya.

"Apa.. maksudmu? Kita tidak bisa membatalkan semuanya, kau tahu itu akan membuat keluargaku malu."

Gadis itu, Claire. Memejamkan matanya sesaat. Ditatapnya pria dihadapannya.

"Akan lebih malu lagi apabila wanita itu tiba-tiba datang padamu dan mengatakan ia tengah mengandung anakmu, Dani... lebih baik aku yang mengalah..."

Kalimat terakhir itu membuat Claire berbalik sesegera mungkin dari hadapan prianya. Tidak. Lebih tepatnya mantan prianya. Ia melangkah cepat tanpa menghiraukan teriaka Dani yang memanggil namanya. Ia ingin cepat-cepat pergi dari tempat terkutuk ini dan mengunci dirinya dikamar.

Tanpa ia sadari sedari tadi, seseorang menatapnya dengan sendu di dalam kegelapan. Hanya sekejap. Sebelum tatapan membunuh menguasai wajahnya.

Masih hitam dan putih..
Hahahahha..

See ya..

PIECES OF THE MOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang