Claire merasakan butiran halus itu disepanjang telapak kakinya yang tak beralas. Claire menikmati semilir angin malam di bibir pantai dalam temaram sinar bulan. Gesekan pelan dibelakangnya membuat Claire beralih menatap kebelakang. Manik hazelnya menangkap siluet putih berbulu mendekatinya, tidak. Lebih tepatnya berjalan sembari memutarinya. Claire tak bergeming sedikitpun, ia tak merasakan takut sama sekali ketika sosok itu sudah tertangkap jelas oleh indra pengelihatannya. Seekor serigala, dengan bulu seputih salju. Claire tersenyum ketika serigala itu menatapnya dengan pandangan yang sulit ia artikan.
"Apa yang membuatmu datang kemari? Disini tempatku." Serigala itu berhenti memutari Claire dan berdiam diri disisi kanannya sambil menatap Claire.
"Aku tak tahu. Tiba-tiba saja aku berada disini. Ah.., kita belum berkenalan. Siapa namamu?" Claire menatap tersenyum.
Serigala putih itu menatap Claire diam. "Aku? Aku adalah dirimu, Claire... kau tak ingat? Mereka menyegelku disini. Di dasar terdalam hatimu."
Claire menatap serigala itu tak mengerti. Apa maksudnya dengan diriku? Dan menyegel? Kenapa ia disegel?
"Aku Serena, Claire.. kalau-kalau kau lupa akan nama yang kau berikan padaku."
"Serena?" Serigala itu mengangguk. Berjalan mendekat kearah Claire. Claire tak beranjak, ia mengulurkan tangannya mengelus bulu-bulu seputih salju itu. Sangat lembut.
"Siapa yang tega menyegelmu ditempat seperti ini? Kau pasti kesepian, Serena."
"Kau bisa melepaskanku kapan saja, Claire.. jika kau menginginkanku."
Serena menatap Claire tepat di manik hazelnya seolah meyakinkan dirinya."Melepaskanmu? Bagaimana caranya?"
Serena berjalan menjauhi Claire menuju bibir pantai, kaki depannya ia biarkan tersapu ombak ringan yang terbawa angin malam. Ia menatap rembulan sembari mengaum panjang sebelum berbalik menatap Claire.
"Cukup memanggil namaku, Claire. Maka aku akan datang padamu."
*********
Claire tersentak bangun dari tidurnya. Ia kembali bermimpi, dan sekarang mimpi itu tentang serigala seputih salju.
"Serena..." Claire bergumam pelan. Ia menggelengkan kepala. Seolah mengusir sisa-sisa mimpi yang mengisi kepalanya.
"Aku pasti sudah gila."
Ia beranjak dari ranjang menuju kamar mandi disisi kiri kamarnya. Ia harus bekerja sebelum terlambat. Tanpa ia ketahui, sesuatu didalam dirinya mulai mengeliat pelan. Sesuatu yang sudah lama tersegel itu akan kembali dan berjalan bersisian dengannya.
Serena.
*******
Pandangannya menyapu seluruh isi hutan dengan nyalang. Bahkan ia mampu melihat hingga radius puluhan kilometer. Desiran angin membawa aroma yang amat sangat dikenalnya. Aroma lavender yang kian menguat seiring gerak langkahnya yang secepat angin. Indera penciumannya menggiringnya menuju seseorang yang ingin segera ia temukan. Langkahnya terhenti, ia terpaku menatap genangan darah disetiap bagian rumah ini. Menggeram pelan, ia kembali berlari menuju sebuah kamar dengan pintu coklat tia dan mendobraknya paksa. Tubuhnya jatuh meluruh ketika ia mendapati ruangan itu juga terdapat genangan darah yang membuatnya gemetaran, berharap apa yang ada dipikirannya salah. Ia kembali tersentak bangun, menelisik setiap sudut mencari seseorang yang ia yakini masih tetap bertahan. Nihil. Tak ada siapapun. Ia ingin beranjak, tapi sebuah tangan menghentikan kakinya. Ia melihat seorang pria menahan kakinya. Segera ia memapah pria itu, tapi ia hanya menggeleng pelan.
"Waktuku sudah tak lama.., Alpha. Tolong..., lindungi putriku. Aku menyegel kekuatannya, ia aman selama seseorang itu tak menemukannya. Lindungi dia.., demi kami." Setelah berkata seperti itu, ia menutup matanya. Selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PIECES OF THE MOON
WerewolfClaire Rouge, gadis anggun nan lemah lembut ini harus berhadapan dengan kepingan - kepingan misteri yang selalu membayangi mimpinya ketika menginjak usia 23 tahun. Tidak hanya itu, hidupnya kian rumit ketika ia dihadapkan dengan pria tampan nan aro...