74. PERJANJIAN

14K 2.1K 215
                                    

Kirana menunggu dan terus menunggu.

Sudah lebih dari sebulan, sejak Giandra mengancam untuk melengserkan posisi Kirana. Dan saat itu, Kirana sangat terpukul dan begitu khawatir. Namun, entah mengapa setelahnya, Giandra seolah diam. Pria itu tidak lagi mengancamnya atau pun mendesaknya untuk melengserkan Prabu Aditya. Giandra bahkan tidak lagi mengirimkan surat padanya seperti dahulu. Kirana tentu tidak bisa bernafas lega, sebab ia tahu diamnya Giandra bisa berarti banyak hal. Pria itu pasti merencanakan sesuatu dan salah satunya adalah memberitahu Aditya mengenai semua kebusukannya.

Awalnya, ancaman itu memang menakuti Kirana. Kini, tidak lagi, sebab Kirana memiliki sesuatu yang menjadi pegangan utamanya. Jika benar, Giandra memberitahu Aditya, maka suaminya tentu akan langsung menyelidiki apa yang terjadi. Jika semua perkataan Giandra benar, maka Kirana akan lengser dari posisinya dengan cara yang tak hormat. Namun, semua keputusan itu tetap berada di tangan Aditya. Pria itu harus tetap bungkam dan berpura-pura tidak tahu akan apa yang telah Kirana lakukan. Aditya telah berjanji untuk tidak melepaskan Kirana. Meskipun Aditya tak lagi memiliki rasa padanya, tetapi pria itu tetaplah pria yang memegah teguh janjinya. Janji itulah yang akan dimanfaatkan Kirana untuk membungkam Aditya dan mempertahankan posisinya di keraton itu, bersama Respati. Dan pada saat yang sama, Kirana akan membongkar semua rencana pengkhianatan Giandra pada Prabu Aditya. Maka, dengan begitu Giandra akan hancur -sehancur-hancurnya, di saat Kirana tetap berada di posisi aman.

Kirana menyesap tehnya pagi itu dengan tatapan yang menerawang, berusaha memikirkan rencana jangka panjang untuk tetap bertahan. Sungguh, sejak menjadi Kangjeng Ratu, tidurnya tak pernah semalam pun nyenyak. Ia dirundung kegelisahan yang seolah tak pernah berhenti. Seolah itu belum cukup, kesepiam pun kini merambati dirinya. Inikah kutukan menjadi garwa padmi kadipaten besar? Merasa sendiri dengan dihantui kecemasan tak beralasan setiap waktu. Namun, jika itu semua berarti ia bisa tetap bersama Respati, maka Kirana takkan keberatan untuk menanggung semuanya.

Kirana menggeser cangkir teh itu dengan perasaan muak luar biasa. Wangi teh itu sangat tajam dan menusuk, membuatnya mual. Melihat sikap sang nona, membuat Ni Manika langsung bersegera memanggil abdi dalem lain untuk membereskan cangkie teh itu menjauh dari Kirana. Ni Manika mendekati Kirana kemudian memijat pundak wanita itu dengan lembut, berusaha meredakan rasa tak enak di tubuh sang kangjeng ratu.

"Apakah Kangjeng Ratu kembali mual?" tanya Ni Manika perlahan sambil melirik Ranti yang menatapnya penuh makna.

Kirana mengangguk dengan helaan nafas beratnya. "Saya ingin ramuan herbal-"

"J-jangan, Kangjeng Ratu," sergah Ni Manika panik, membuat Kirana menoleh dengan wajah bingungnya. Ni Manika terdiam sesaat dan tampak berpikir keras, sebelum menjawab, "I-ini hanya mual biasa. Mau saya buatkan teh madu dan jahe, Kangjeng Ratu?"

Kirana mengerutkan keningnya tidak mengerti, kemudian mendengus pelan. "Saya tidak hamil, Ni."

"S-saya buatkan saja, Kangjeng Ratu," balas Ni Manika bersikeras sambil berpamitan pada Kirana, kemudian bergegas pergi dari situ. Kirana bahkan belum memberi izin atau persetujuan, tetapi wanita paruh baya itu begitu bersemangat memberikannya teh dengan jahe dan madu. Itu adalah teh untuk meredakan mual kehamilan. Tentu saja, Kirana tidak hamil. Ia tidak bercinta dengan siapa pun beberapa minggu terakhir ini. Aditya saja bahkan tidak ingin melihat wajahnya.

Namun, tak sampai beberapa menit kemudian, Ni Manika kembali lagi ke kediaman Kirana, tetapi kali ini tidak ada teh bersama wanita paruh baya itu. Ni Manika terengah-engah dengan keringat dingin yang membasahi pelipisnya. Tubuh Ni Manika gemetar hebat dan Kirana yakin hal ini bukanlah pertanda yang baik.

"Kangjeng Ratu..." ucap Ni Manika, berusaha menenangkan nafasnya. Tubuh Kirana menegang hebat. "Bendara Bupati Giandra datang mengunjungi sang Prabu Aditya."

PUSAKA CANDRA✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang