26. ELIAS: Revealin' Some Stories

27 6 0
                                    

Pertemuan kami dengan Lucas dan Jason Weltz tidak memakan banyak waktu.

Matahari masih tinggi di atas sana, walaupun cuaca masih tetap dingin dan sedikit berkabut. Roxy terus menanyakan percakapan dengan Lucas di ruang kerjanya tadi. Semua tutup mulut sampai kami semua tiba di mansion.

Saat ini kami berkumpul di lantai dua.

Mansion ini memiliki tiga lantai. Lantai dasar selalu digunakan untuk menyambut dan melayani tamu. Lantai dua adalah tempat yang dihuni teman- teman Lycanku. Aku menguasai lantai terakhir, sendirian.

Para pelayan biasa tidak akan berani memasuki lantai tiga tanpa izin dariku. Karena itu, kami lebih sering berkumpul di lantai dua. Tapi sekarang berbeda, topik yang akan kami bicarakan sangat rahasia. Aku tidak ingin ini sampai bocor.

"Pertama- tama, ayo kita ke lantai tiga."

Setelah memberi instruksi untuk mengosongkan lantai dua pada Martin-butler penanggung jawab mansion, aku mengajak teman- temanku keatas.

"Kenapa kita harus mengosongkan lantai dua? Kenapa pergi ke ranah pribadimu? Kau benci wilayahmu dimasuki sembarang orang"

Tanya Roxy saat kami berjalan santai ke ruang baca di lantai tiga. Kurasa dia merasakan kegelisahanku melalui bound antara Alpha dan anggota pack-nya.

Setiap kali seseorang dalam pack serigala merasakan emosi yang terlalu kuat, anggota lain akan sedikit terkena imbas. Mereka akan merasakannya, seperti saat aku merasakan kemarahan dan ketakutan dari Noah dan kegelisahan juga kekhawatiran dari Vionn. Roxy juga pasti merasakan emosi kami.

"Karena ini rahasia. Dan tidak ada yang boleh tahu, selain kita berlima. Tidak ada yang boleh tahu, termasuk ayahku."

Sesuatu yang bahkan tidak boleh diketahui ayah adalah hal yang tentu saja sangatlah buruk. Kalimat itu harusnya sudah membuatnya paham.

Saat keheningan tidak mengenakkan menyelimuti ruang baca, Alex memecahkan keheningan itu dengan tidak nyaman.

"Elias, ada hal yang harus kupastikan. Aku harus pergi sekarang sebelum werewolf dari Crescent Pack mulai bergerak."

Dia mengirimkan apa yang dia pikirkan melalui telepati pikiran. Gambar- gambar tentang dokumen Jason Weltz dan keluarganya terlintas di antara pikiran itu, serta ekspresi tahanan itu yang terlihat panik dan seperti berusaha sebaik mungkin untuk menahan diri.

"Kau akan menyelidiki keluarganya lebih dahulu?" Tanyaku.

"Ya." Jawabnya mengangguk.

Aku melirik Noah, kurasa dia tidak perlu diingatkan lagi dengan kejadian beberapa tahun lalu. Rahangnya mengeras sejak tadi, dia sangat tegang sejak mendengar apa yang dikatakan Lucas di ruang kerjanya.

"Kalau begitu, kau harus ikut dengannya Noah."

Aku mengalihkan tatapanku pada Noah. Dia sedikit tertegun, tapi kemudian ekspresinya melembut, dia menatapku dan gumpalan rasa syukur menerpaku. Alex sepertinya mengerti dengan niatku dan menyeret Noah pergi dari ruangan itu.

"Nah, bisakah kau mulai sekarang?"

Tanya Roxy dengan tidak sabar. Aku melirik Vionn, dia tidak tampak seperti seseorang yang ingin memulai penjelasan. Jadi kubuka kisah itu dengan kalimat paling umum yang mengawali kisah ini.

"Seandainya Vionn tidak menemukan Mate-nya, kami pasti sudah menikah sekarang." Ingatanku kembali pada peristiwa dua puluh tahun yang lalu..

Saat itu aku baru menginjak usia 18 tahun. Aku masih muda dan berdarah panas, tidak ada hal lain yang kuinginkan selain pergi ke dunia luar, karena sejak bayi orang- orang selalu mengurungku di balik pagar istana kerajaan.

Menghadapi pelatihan dan banyak pengetahuan untuk menjadi pangeran yang sempurna, ditambah politik licik yang terkadang disimpan oleh Lycan dan werewolf yang mengaku kuat membuatku bosan. Jadi, saat ayah menyuruhku mulai mencari Mate-ku aku mulai marah, dan tanpa sadar lepas kendali sampai para bangsawan licik itu mengeluarkan taringnya.

"Aku tidak pernah mengira kau akan lepas kendali Elias. Sekarang lihat akibatnya. Aku hanya menyuruhmu mencari takdirmu, dan mereka-bangsawan- bangsawan Lycan licik itu ingin membuatmu segera menikah."

Saat itu ayah sangat kecewa. Dia marah dan mengusirku dari istana, dengan satu misi dari para bangsawan Lycan:

"Temukan keturunan Secleus, perjalanan mencari keturunan terakhir itu akan membuatmu lebih dewasa dan matang. Kali ini, kuizinkan kau untuk keluar ke dunia manusia."

Tentu saja aku senang. Tapi selain itu, sedikit kemarahan terselip. Bangsawan-bangsawan itu ingin menjodohkanku dengan keturunan Secleus. Semua orang di istana tahu bahwa Secleus sudah lama menemui keruntuhannya. Tapi mereka menyodorkanku misi mustahil hanya untuk menyerangku dan menggoyangkan posisiku sebagai putra mahkota. Tapi karena saat itu aku menerima hal yang paling kuinginkan-kebebasan-aku menerimanya dan keluar dari istana. Sendirian tentunya.

"Lalu aku bertemu Vionn, ya, dialah Secleus itu. Keturunan Secleus sudah lama dikenal sebagai marga yang sering dijadikan pilihan untuk menjadi pasangan dari pewaris tahta kerajaan." Jelasku pada Roxy.

Roxy tampak terpana dengan ceritaku. Padahal itu baru permulaan.

"Aku tidak pernah membayangkan hal seperti ini. Kalian? Waw."

Dia menatapiku dan Vionn dengan ekspresi berkaca- kaca. Vionn mendesah sambil menghela napas.

"Dari sini biar kulanjutkan Elias." Katanya, aku mengangguk. Menenggak air putih untuk melegakan mulutku yang kering.

"Saat itu aku sedang mengalami masalah yang sangat besar Roxy. Kehadiran Elias seperti bencana dan bantuan disaat yang bersamaan."

Bayangan Vionn yang menangis di bukit dengan langit merah yang terhampar membayangi kepalaku. Saat itu dia berlutut di depanku, putus asa dan hancur. Aku hanya berdiri di hadapannya dan menatapnya tanpa ekspresi. "Tolong.. tolong aku siapapun dirimu.."

"Aku tidak menyadari 'apa' aku ini karena saat itu aku dibesarakan oleh manusia. Tapi kemudian aku bertemu Noah dan yah.. kau tahu bagaimana, Mate dan sebagainya mulai berjalan. Tapi belum sempat aku menyadari semua itu, seseorang mengambil Noah dariku."

Beberapa desa hancur, semua orang tewas. Darah, adalah satu- satunya yang kuingat saat pertama menemui Vionn di bukit itu. Vionn berlutut dengan baju berlumuran darah. Sekarang saat dia menyebutkannya, aku ingat suasana sore itu. Tidak hanya merah sunset, tapi desa yang hancur dengan banyak mayat juga menyumbang kengerian hari itu.

"Dia kembali padaku dalam wujud.. dalam wujud.." Dia meneguk ludah, terror menyintsi wajahnya, Vionn melirikku dengan panik.

"Noah kembali dalam wujud Monster yang membantai beberapa desa di sekitar tempat itu. Aku menemukan Vionn di tempat itu, dalam keadaan sudah diambang kewarasan."

Roxy terkesiap, emosi takut, khawatir dan penyesalan campur aduk dia rasakan. Aku membentengi diri dari emosi- emosi itu dan membiarkannya diam sejenak. Dia perlu memproses informasi ini dengan benar. Vionn juga perlu menenangkan diri. Aku berdiri dengan niat meninggalkan mereka seperti itu. Tapi Roxy segera mengajukan pertanyaan lain.

"Seperti apa dia?" Katanya dengan nada sangat serius.

Aku menimbang- nimbang untuk beberapa saat. Apakah buruk meninggalkan kisah ini untuk diceritakan Vionn saja? Apakah aku terlalu egois melimpahkan beban kisah ini hanya pada Vionn?

'Aku tidak apa- apa, akan kujelaskan.' Tepat saat itu, Vionn mengirimkan telepati itu padaku. Aku tidak bisa tidak bangga dengan keteguhannya kali ini. Sebelum pergi meninggalkan ruangan itu, aku menjawab pertanyaan Roxy.

"Seperti mimpi burukmu tentang Lycan dan Manusia Serigala."

Kubayangkan satu gambaran lagi tentang makhluk 'itu', Noah yang pertama kali kulihat dahulu. 'Taring yang menakjubkan.' Pikirku.

My Lycan PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang