“—kau cukup peduli pada mereka untuk mengizinkan mereka berbagi selimut yang dari awal kubawa hanya untuk kita pakai!” Aku syok mendengar pembelaan Evan.
“Jadi semuanya SALAHKU?! Kau bahkan tidak ada disana. Kau hanya disana selama lima menit lalu menghilang tanpa membalas pesanku, dan yang kau lakukan sekarang adalah menyalahkanku dan teman- temanku karena pertengkaran ini.” Aku menatapnya setengah tidak percaya.
“Jangan menyalahkan aku dan teman- temanku atas rasa tidak percaya diri itu, aku tidak menerimanya Evan. Kau harus pikirkan alasan lain yang masuk akal dan tolong, berhentilah membuat ini semua terasa seperti seolah- olah aku sudah melakukan sesuatu yang tidak dapat dimaafkan.” Aku tidak lagi mengeraskan suaraku. Aku marah dan lelah dengan sikap Evan yang seperti ini. Apa yang sudah dilakukan para Lycan sampai dia membawa- bawa mereka dalam urusan ini? Semua ini hanya karena dia tidak memberitahuku kebenarannya kan? Bahwa dia ingin menikmati malam ini bersama dengan pacarnya itu!
“Aku tidak merasa tidak percaya diri Remi. Aku hanya pergi sebentar untuk menyelesaikan urusanku, tidak bisakah kau terima alasan itu, membiarkannya berlalu dan berbaikan denganku seperti yang biasa kau lakukan? Jujur saja, semua perdebatan ini benar- benar tidak sepadan. Ini hanya masalah sepele.” Evan menatapku galak, aku merasa menemukan kepingan baru dalam persahabatan kami. Aku tidak pernah melihat sisi Evan yang seperti ini. Aku sangat takut dengan apa yang kutemukan saat ini.
“Aku harus menerima semua alasanmu dan bersikap bodoh seperti yang biasa kulakukan benar? Hanya karena aku tidak ingin kehilangan satu- satunya teman yang kumiliki, tentu saja.” Aku mendengus dan tertawa getir, tidak percaya dengan apa yang kudengar dan kukatakan barusan. Jujur saja, apa yang dia katakan barusan adalah hal paling keterlaluan yang Evan katakan padaku malam ini. Air mata rasanya sudah ada dipelupuk mata, menunggu jatuh saja. Aku merasa sangat sakit hati dan marah dan tidak percya dan kecewa. Aku bahkan tidak bisa mendeskripsikannya, dadaku terasa terbakar sampai rasanya sakit. Semua ini benar- benar sulit dipercaya, mulutku masih membuka dan menutup tanpa mengeluarkan suara apapun, aku kehilangan kata- kataku.
“Tidak, bukan seperti itu Remi. Kau tahu bukan itu maksudku, aku hanya ingin kau percaya dengan kata- kataku seperti biasanya. Kau salah paham.. aku tidak akan bicara begitu padamu.”
Wajah Evan melembut, tapi aku merasa dia tidak merasa ada yang salah dengan kata- katanya barusan. Apapun yang terjadi, ini hanya Remi. Remi akan selalu menerima kesalahannya. Remi akan merangkul bahunya dan menelpon saat dia sudah selesai dengan emosinya. Dia tidak akan berani melepaskan satu- satunya temannya.
Dia akan berusaha sekeras mungkin untuk membuat temannya senang. Dia menyukai temannya sendiri, Remi yang bodoh. Aku merasa menyedihkan.
“Aku tidak bodoh Evan. Aku tidak tahu kenapa aku terus- terusan merasa terganggu dengan sikapmu sekarang. Kurasa kau lebih baik kembali pada pria yang menggunakan baju hitam yang sama denganmu malam ini. Pria yang sama yang membuatmu mengabaikan pesanku dan menertawakannya bersamanya tanpa tahu aku melihat semuanya. Kau dan dia sangat cocok menjadi sahabat daripada aku dan kau beberapa tahun terakhir. Dan kau tidak perlu lagi pergi diam- diam dan membuat alasan tidak jelas untuk menemuinya. Selamat tinggal.” Aku berdiri dan meninggalkan Evan yang masih duduk dan tertegun.
Sepertinya setelah aku menyebutkan pria itu, dia baru memasuki ‘mode panik.’ Evan memanggil- manggil namaku, aku mengabaikannya. Tidak sekalipun melirik kebelakang. Aku tahu dia akan mulai mengikutiku, jadi sebelum aku setengah jalan menuju Elias dan para lycan, aku mengancamnya.
“Jangan ikuti aku. Kau tidak akan suka melihat gadis seperti apa aku sebenarnya.” Aku lanjut berjalan menuju Elias dan teman- temannya.
Aku bisa merasakan tatapan sakit hati yang Evan berikan dari balik punggungku. Aku merasakan hal yang sama. Perasaan ditinggalkan sendiri tanpa ada seorangpun yang peduli.
Hidup penuh kesendirian yang menungguku di depan mata karena aku adalah manusia yang menyedihkan. Aku merasa tidak berguna. Aku ingin menangis.
Aku hampir sampai di depan para Lycan sebelum Elias muncul dihadapanku dan menutupiku dari pandangan teman- temannya. Kurasa aku terlihat sangat kacau sampai dia seperti itu. Tapi saat aku menangkap sorot matanya, aku tahu. Dia pasti memperhatikan interaksiku dengan Evan. Entah dia mendengarkan perdebatan kami atau tidak, aku tidak terlalu peduli sekarang. Aku menahan desakan untuk memeluknya saat itu juga. Itu akan menarik perhatian lycan- lycan lain. Mereka sedang bersenang- senang dan tidak mempedulikan kami sekarang. Elias menatapku lebih lama sebelum menangkap pergelangan tanganku dan menariknya dengan lembut.
“Aku tahu kau sedang tidak baik- baik saja. Tapi kita bisa pergi ke tempat yang lebih sepi untuk membuatmu lebih tenang, atau kau bisa mengabulkan satu permintaanku saat ini juga dan berdansa bersamaku.” Katanya dengan masih menatapku, aku memandang wajahnya. Ekspresinya masih sama seperti biasa, dia tidak memperlihatkan wajah yang lunak, kasihan atau semacamnya. Hanya saja, tatapannya padaku terasa seperti seolah dia tahu apa yang sedang terjadi, dan apa yang sedang kupikirkan.
Meskipun satu- satunya hal yang kuinginkan sekarang adalah pulang ke rumah dan bergelung dalam kegelapan kamarku, aku mengangguk pada Elias. Dia menarikku lebih dekat dengannya—menuju entah kemana. Kuharap, aku tidak akan pernah menyesali keputusan ini di kemudian hari.
Aku mengalihkan perhatianku pada tangan Elias yang menggenggam tanganku. Aku merasa seperti memiliki mimpi buruk yang baru. Aku ketakutan, tidak punya siapa- siapa dan tangan ini—tangan yang besar dan tidak terlalu kukenal, yang eksistensinya begitu kuat tapi tidak pernah kubayangkan akan masuk begitu dekat di kehidupanku—menggenggamku seolah dia tahu apa yang harus dilakukan dengan Remi yang hancur dan menyedihkan.
Tangannya yang besar dan hangat menggenggam tanganku yang dingin karena tegang dan pasrah. Aku mulai merasa takut, sebenarnya aku tidak pernah benar- benar berpikir Elias benar- benar makhluk setengah supranatural yang berbahaya, tapi membayangkan tangan dan wujud manusianya sekarang dan membayangkan akan jadi apa tangan itu ketika dia mengubah diri menjadi Lycan membuatku sedikit gemetar.
Aku harusnya takut dengan Elias dan Lycan- lycan itu, tapi disinilah aku. Bergaul dengan mereka, membiarkan sahabatku membenciku dan mempersilahkan satu orang dari mereka untuk menarikku dalam kegelapan malam—mencari tempat yang lebih sepi. Itu semua terdengar gila dan ceroboh. Tapi kuhempas ketakutan- ketakutan itu dan membiarkan-nya menuntunku. Aku mulai hilang akal dan tidak bisa memutuskan mana yang baik dan mana yang berbahaya. Satu- satunya yang kupikirkan saat ini adalah betapa nyamannya seandainya aku pulang dan bergelung di kasurku.
Mungkin menghitung debu yang terlihat dibawah lampu sorot yang kadang kunyalakan untuk menyintas kegelapan kamar. Atau mungkin hanya berbaring dan menangis mengingat apa yang Evan katakan padaku barusan.
Air mata membasahi pipiku, aku memikirkannya lagi. Semua perkataan yang tadi terucap seperti racun, aku benci bahwa percakapanku dengan Evan mengingatkanku tentang percakapanku dan Elias sebelum kami berdamai. Aku sakit hati dengan apa yang Evan katakan, rasanya benar- benar tak tertahankan. Apakah Elias merasakan hal yang sama saat itu? Aku selalu menyebutnya egois dan memikirkan diri sendiri. Rintihan mulai keluar dari tenggorokanku. Aku benci.
Aku benci merasa seperti ini. Aku ingin hilang dari bumi dan tidak merasakan apapun yang kurasakan sekarang.
Mungkin, lebih baik kalau aku tidak pernah lahir di dunia. Ibu tidak akan mati, ayah akan Bahagia, dan Evan.. dia mungkin tidak perlu menyembunyikan hal- hal seperti ini hanya karena seorang gadis bodoh jatuh cinta padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lycan Prince
Werewolf"Aku tidak setuju dengan istilah 'memata-matai', aku hanya memuaskan rasa penasaranku. Faktanya, ada hal lain yang membuatku lebih penasaran sekarang.." Matanya turun sedikit, melihat bibirku. "kelihatan sangat lembut." Dia sedikit menurunkan wajahn...