Tanpa sadar, kedua tanganku sudah mengapit sisi kanan- kiri wajahnya. Hangat.
Aku merasakan perasaan berbunga- bunga itu lagi dalam dadaku. Seolah- olah ribuan kupu- kupu meledak dari perutku dan mengepakkan sayap- sayap mereka di rongga dadaku.
"Kau.." gumam Elias terkejut.
Aku segera melepaskan peganganku. Dasar Remi bodoh-bodoh-bodoh! Dalam hati, aku merutuki keteledoran yang baru saja kulakukan. Bisa- bisanya aku melakukan hal seperti itu. Aku mulai takut Elias akan salah paham dan mengira aku sudah menerimanya menjadi Mate.
Kudengar Elias berdeham dan menyentuh pundakku pelan,
"Kau harusnya beristirahat, apa yang kau lakukan diluar sini?" Katanya sambil mendudukkanku di sofa usang itu lagi.
Dia berlutut di depanku setelah itu. Aku mengambil buku catatan yang kuletakkan diatas pegangan sofa, hati- hati untuk tidak membukanya di depan Elias. Buku catatan ini terlalu penting dan barang yang sangat personal, aku belum siap menunjukkannya kepada siapapun. Tidak pada Ayah ataupun Evan, apalagi Elias.
"Aku.. Err, sedikit bosan di dalam kamar. Hanya ingin mencari suasana baru." Dia melirik buku catatan yang kupegang erat- erat. Menatapku lagi dan membuang muka,
"Selama kau tidak melakukan hal berat, tidak masalah. Tapi kau harus istirahat dengan benar Princess." Aku sedikit tersenyum mendengarnya. Ini benar- benar gawat, perasaan ini pasti terjadi karena Mate- bond sialan itu. Harus segera kuhentikan, kalau tidak, bisa gawat.
"Aku harus pergi sekarang, besok kau akan datang ke kampus kan? Tidak apa- apa kutinggalkan kau sendiri? Hati-hati, jangan biarkan gadis- gadis werewolf yang lemah itu mengganggumu." Katanya menyentuh tanganku. Dia bersiap untuk bangkit, tapi aku menahannya dengan kata- kataku.
"Werewolf adalah makhluk yang lemah ya."
Aku merasa terganggu mendengar kalimat terakhirnya. Rupanya dia tidak mengerti. Dia mungkin selamanya tidak akan mengerti. Werewolf yang bisa langsung mengubahku menjadi remah- remah kecil masih dia anggap lemah?
"Kalau mereka kau sebut lemah, maka aku yang manusia tentu kau sebut tidak bisa apa- apa. Menurutmu seandainya aku tidak lemah dan bisa setidaknya berusaha melindungi diri sendiri dari cewek- cewek sialan itu, apakah aku akan ada disini? Kesakitan?"
Aku menatap buku catatanku, mempererat genggaman tanganku sampai- sampai aku mulai khawatir tanpa sengaja merobeknya.
"Kau masih tidak mengerti ya, Elias. Seandainya kau tahu rasanya menjadi manusia biasa di sekitar sini-di lingkungan werewolf.. Tapi tentu saja kau tidak akan tahu, ya kan?"
Kepahitan menghiasi wajahku, aku bahkan sudah tidak tahu lagi bagaimana menyembunyikannya, rasanya ada racun dalam hatiku yang membuatku terus merasa sakit dan menderita.
"Kau tidak mengerti, karena yang kau pedulikan hanyalah status tinggi itu dan juga hak-mu sebagai pangeran. Kau hanya peduli dengan dirimu sendiri dan juga latar belakangmu sampai- sampai tidak perlu repot memikirkanku ataupun posisiku."
Saat ini apa yang ingin kulakukan hanyalah berhenti bicara, tapi racun itu tetap mengalir.
"Kau ingin aku menerimamu sebagai mate? Kau benar- benar egois. Kupikir kita tidak akan bisa bersatu. Jadi, selagi kau ada disini, lebih baik kau cari saja wanita lain yang lebih cocok denganmu. Karena aku tidak akan pernah menjadi Mate-mu"
Saat kalimat terakhir itu keluar dari mulutku, aku merasakan sesuatu menusuk dadaku. Sakit. Tapi kuabaikan perasaan itu dan lagi- lagi menyalahkan Mate- bond bodoh yang menjangkitiku sekarang.
Elias menghela napas. Dia tidak mengatakan apapun sejak tadi dan hanya menatapku. Aku tidak menatapnya karena itu terlalu sulit. Tapi setelah aku selesai dengan kalimat terakhirku-saat kulihat wajahnya-tidak ada emosi spesifik yang terlihat di wajahnya yang tampan itu. Aku tidak bisa membaca wajahnya. Aku bingung. Aku menunggu. Aku ingin mendengar balasannya tapi dia tetap diam.
"Itu menyakitkan. Sampai jumpa di kampus, My dear" Ucapnya akhirnya sebelum menghilang tiba- tiba.
Seperti biasa, dia menghilang seolah dia tidak pernah ada disana. Meninggalkanku termenung di sofa-ku. Mood yang awalnya bagus jadi tidak bagus. Aku merasa menjadi versi terburuk dari diriku saat racun- racun itu keluar. Dan itu terjadi hanya di depan Elias. Aku berusaha mengenyahkan pikiran itu dari kepala dan menarik hal lain untuk dipikirkan.
Elias selalu datang dan pergi sesukanya, dalam sekejap mata. Itu karena dia Lycan. Bahkan werewolf yang tidak akan bisa kulawan dalam raga manusia ini juga dia anggap lemah. Aku mendengus memikirkannya. Tentu saja, karena dia dari awal memang terlahir sebagai Lycan.
Lycan sangatlah cepat, mereka punya kemampuan yang lebih baik dari werewolf. Apapun yang bisa dilakukan werewolf, sudah pasti bisa Lycan lakukan dengan ratusan kali lebih baik. Yang kutahu, perubahan Lycan tidak seperti werewolf.
Transformasi mereka tidak membuat mereka berubah menjadi serigala yang utuh. Kalau mereka ingin bertransformasi, mereka hanya akan selalu bertahan pada kedua ciri fisik-manusia dan serigala, dengan lengan dan kaki yang masih bergerak seperti manusia. Yang kudengar dari Evan, saat mereka bertransformasi, mereka akan tumbuh lebih besar, tinggi dan berbulu.
Tapi yang lebih hebatnya lagi, mereka bisa menggunakan kekuatannya tanpa bertukar posisi dengan wujud Lycannya. Sesuatu yang tidak akan pernah bisa dilakukan werewolf, karena Yah.. mereka harus menghabiskan lima belas menit untuk berubah ke wujud serigalanya. Well, mungkin tidak selama itu.
Tapi intinya, Lycan lebih baik dalam segala hal jika dibandingkan dengan werewolf. Itulah kenapa Elias selalu muncul dan menghilang tiba- tiba, dan hal itu dia lakukan tanpa banyak usaha.
Aku membuka catatanku, tapi tidak bisa fokus. Alisku berkerut sangat dalam saat kucoba menggambarkan transformasi Lycan. Aku cukup pintar menggambar, tidak memiliki teman membuatku melakukan berbagai macam hobi untuk membunuh waktu dan tidak terlalu memikirkan kesendirianku. Menemukan 'sesuatu' untuk membantuku lari dari dunia adalah salah satu bakatku. B
eberapa orang menganggapnya tidak berguna, tapi Hey, apa yang kauharapkan dari satu- satunya manusia dalam pack serigala? Teman? Fakta bahwa aku berteman dengan Evan saja sudah patut disyukuri.
Hari ini langit terlihat cerah berawan. Aku bernapas dengan pelan, berusaha menikmati udara segar hari ini. Dulu, aku ingin menjadi Lycan. Berubah menjadi monster yang berdiri dengan dua kakinya. Menjadi seseorang yang lebih cepat dari yang lain.
Kupikir itulah yang kuinginkan dalam hidupku, dulu. Aku sangat putus asa untuk menjadi bagian dalam pack ini. Mengingat itu, aku tersenyum pahit. Aku masih muda dan sangat naif, berharap semua orang tetap memperlakukanku seperti sebelumnya. Tapi tentu saja itu hanya harapanku yang konyol.
Setelah itu aku menyadari bahwa werewolf adalah makhluk yang sangat kejam terhadap yang lebih lemah. Dan karena hal itu, aku menyerah dengan semuanya dan bersembunyi dari lingkungan ini. Lingkungan yang akan kutinggalkan suatu hari nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lycan Prince
Vlkodlaci"Aku tidak setuju dengan istilah 'memata-matai', aku hanya memuaskan rasa penasaranku. Faktanya, ada hal lain yang membuatku lebih penasaran sekarang.." Matanya turun sedikit, melihat bibirku. "kelihatan sangat lembut." Dia sedikit menurunkan wajahn...