#13 Now, What?

4 1 0
                                    

Kalya cukup terkejut dengan Dewa yang tak biasanya pulang sendiri, bahkan menunggu di depan pintu. "Bukan urusan kamu." Kalya melengos dan pergi menuju ke dapur untuk meneguk segelas air dingin. Tenggorokannya hampir segersang Gurun Sahara. "Lo... kuliah di mana?" 

Dewa ternyata masih menguntit. Ia masih terus berjalan mengikuti Kalya hingga ke dapur. Tatapan Kalya saat ini cukup ragu melihat ekspresi suaminya yang terlihat cukup penasaran dengan urusan Kalya. "Pengen tau banget. Kenapa sih?" jawab Kalya ketus.

Dewa menggeleng dan hanya melihat punggung Kalya yang berjalan menuju koridor kamar pelayan, dan tentu saja kamarnya. Segala barang bawaan Kalya dihamburkan ke atas kasur. Lelahnya bukan main walaupun ada yang membantunya menyelesaikan tugas. Saat hendak merebahkan dirinya ke ranjang, satu notifikasi dari ponselnya menggagalkan niat Kalya. 

"Maya?"

"Mampus! Kan tadi aku nitip batagor...Gue telfon aja deh."

Setelah menunggu beberapa nada sambung, seseorang dari seberang langsung meninggikan suaranya untuk mencecar Kalya atas ulahnya. 

"Kal! Lo parah! SIALAN! Gue nunggu lo kampret! Kata orang perpus lo udah balik. Setan lo emang!"

"May... sumpah sorry banget. Gue gak sengaja. Tugas gue banyak banget."

"ALAH! ALESAN! Batagor lo gue kasih ke Pak Udin."

"Iya gapapa deh. Besok gue ganti uang lo."

"Wey! Suara lo kok gitu sih? Kenapaaa??"

"Gue capek banget seharian ini, terus pulang-pulang si Dewa Zeus itu masa nanya gue pulang sama siapa terus nanya gue kuliah dimana. Apaan coba."

"Lah? Emang lo pulang sama siapa?

"Sama Wisnu. Tadi habis dibantu ngerjain tugas. Terus ditawarin pulang. Yaudah gue mah iya aja sekalian ngirit uang jajan."

"PARAHHH!!! Apa gue bilang. Lo ketemu dosen itu kan? Lo sama Pak Wisnu aja sekarang manggil Wisnu? Gila sih lo."

"Dia yang nyuruh kok."

"Ohhh... Gue tahu sekarang. Si Dewa suami lo itu, mulai cemburu kali lihat lo sama cowo lain. Make sense kan?"

"Hah? Dewa? Cemburu? MITOS! Dia tuh cewenya banyak. Ngapain cemburu sama Wisnu? Gue juga gak dianggep."

"Percaya sama gu―"

TOK!! TOK!! TOK!!

"Bentar." henti Kalya untuk melihat siapa yang mengetuk kamarnya saat ini. 

Siapa? Yap! Dewa. Entah mengapa hari ini Dewa cukup menyebalkan untuk terus memperlihatkan diri ke Kalya. "Ngapain?" tanya Kalya ogah-ogahan sambil bergelayut di gagang pintu. 

"Kakek nyuruh kita makan bareng. Udah jam makan malem."

"Ya udah bentar."

Setelah beberapa menit Kalya menyiapkan diri dan hendak pergi keluar, ternyata Dewa masih menunggunya di depan kamar. Tanpa ponsel yang biasa ia mainkan, Dewa hanya fokus melihat pintu Kalya yang saat ini telah terbuka. "Ayo," ajak Dewa sambil melangkahkan kaki jenjangnya. Kalya mengernyitkan dahi. 

Ngapain sih nih orang? Beda banget hari ini. 

Selama melewati beberapa koridor, mereka berdua hening tanpa percakapan apapun. Kalya yang melihat postur Dewa dari belakang, masih sempat membayangkan laki-laki di depannya ini adalah yang menyia-nyiakannya dan berani bermain api di kamar pengantin mereka sehari setelah pernikahan. Bahkan perharinya membawa pulang gadis yang berbeda. Rasa hati menonjok laki-laki ini, tapi bayangan itu dipudarkan dengan status bahwa ia adalah suami Kalya. 

Hingga mereka hampir sampai di meja makan utama, Dewa meraih tangan Kalya. Kalya melotot kaget. Tangannya serasa digenggam oleh kehangatan yang sangat nyaman. 

Beginikah rasanya digandeng Dewa?

"Hai pengantin baru! Lama sekali kalian. Ayo makan sebelum hidangannya dingin." Kakek menyambut cucu dan cucu menantunya untuk segera bergabung dalam momen yang sulit didapatkan ini. Terlihat beberapa makanan yang sangat tidak biasa dimakan Kalya hanya untuk makan malam. 

"Special for you," imbuh Kakek

Menu hari ini adalah glazed salmon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menu hari ini adalah glazed salmon. Ini dibuat khusus untuk menyambut kedatangan Kalya secara resmi ke dalam keluarga konglomerat ini. Kalya hanya tersenyum dan bersiap menarik kursinya untuk makan. Tapi kali ini, Dewalah yang dengan sigap mengatur kursi sebelum istrinya dapat meletakkan dirinya dengan nyaman dan makan. 

Kalya melihat Dewa dengan tatapan sinis. Aneh. 

"Wow! So sweet. Jadi, begini sikap Dewa selama ini ke kamu, Kalya? Sikap cucuku pasti menurun dari kakeknya," sambil diiringi tawa renyah Kakek memuji Dewa yang nampak hanya bersandiwara bagi Kalya. Ingin rasa mulut Kalya mengungkap apa yang sebenarnya terjadi selama Kakek tidak dirumah, namun apalah daya, ia hanya seorang menantu yang masih tau batas kesopanan. 

Hingga tak beberapa lama setelah makanan penutup habis, salah seorang kaki tangan Kakek datang dan berbisik kurang lebih 10 detik ke telinga atasannya. "Ok, semuanya. Maaf, tapi aku harus pergi. Biasa, urusan mendadak."

"Ilyas antar, Kek?" tanya Ilyas bersiap untuk ikut berdiri.

"No. Lanjutkan di sini berbincang bersama kakak-kakakmu." 

Tertinggal Kalya, Ilyas, dan pastinya Dewa di meja makan. Mereka saling tatap tanpa sepatah katapun. Sesekali Kalya menyendok sedikit makanan penutupnya. Ilyas berdehem. "Kak Kalya, tadi waktu aku ngegym di atas, aku lihat kakak dianter pulang cowo. Siapa sih? Kenalin dong." Ilyas mengatakan hal itu dengan nada menggoda. Matanya berkedip satu mengarah ke Kalya untuk mengisyaratkan hal ini akan tampak sempurna jika bisa memancing rasa penasaran Dewa yang ternyata sempat diungkapkan kepada adiknya itu.

"Dosen aku, Yas. Tapi tadi dia bantuin aku."

"Loh? Dosen? Serius, Kal? Wah asik nih deket sama dosen. Pantesan nggak nungguin Bang Dewa di ruang tamu kaya biasa. Sampe Bang Dewa pulang celingukan."

Kalya terdongak. Mencoba memberi tanda kepada Ilyas atas maksud jelas dari apa yang baru saja ia katakan. "Mulai cemburu deh, Kal, abang gue kayanya." 

UHUK!

Kalimat Ilyas terakhir membuat Kalya dan Dewa bersamaan tersedak. "Upsie, maaf ya kawan-kawan." tutup Ilyas cengengesan. 

Kini Kalya dan Dewalah yang saling bertatapan. Mungkin sekarangpun isi hati mereka saling bertautan mengenai pernyataan yang dilontarkan Ilyas beberapa detik lalu. Hingga sebuah nada dering terdengar dari ponsel Dewa.

"Hey, sweetie. Iya malem ini aku ke sana."

Entah jawaban apa yang diucapkan oleh sang penelepon, Dewa menutup dengan kalimat yang cukup menggelikan saat didengar. "Aku kasih bonus kalau benar-benar memuaskan."

SIALAN DEWA!

Lagi-lagi. Setelah membuat Kalya terbang, ia menjatuhkannya lagi tanpa beban hanya dalam rentan waktu tidak sampai dua jam. Pasti setelah ini ia akan pergi dan memuaskan hasrat duniawi dengan wanita di luar sana yang entah berapa banyak uang dikeluarkan untuk hal dosa tersebut. Tatapan Kalya beralih kepada Ilyas. Kalya menunjukkan gestur pasrah dan cukup muak dengan kelakuan Dewa. Gadis ini menyudahi makan malamnya tanpa meneguk segelas air atau minuman yang sudah disiapkan dan segera pergi ke tempatnya beristirahat. 

My Favourite DisasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang