#10 Can I Be Yours?

6 2 0
                                    

Pintu terbuka. Seorang laki-laki yang tak asing menggandeng seorang perempuan dengan rambut ginger dicepol setengah dengan casual look berhenti saat melihat Kalya berdiri dengan rok selutut serta model sabrina untuk atasan dan rambutnya digerai dengan aksen jepit di sisi kanan mempermanis penampilan Kalya.

Kalya? Serapi itu?

Yap! Dia sengaja berdandan serapi ini untuk menjalankan rencana pertama dengan Ilyas. Kalya tersenyum puas saat Dewa berhenti dan menatapnya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Di benaknya hanya ada harapan bahwa Dewa akan mengalihkan ketertarikannya kepada Kalya saat itu juga. 

"Siapa nih, babe?" tanya gadis di samping Dewa cukup lantang.

"Sepupu." jawab Dewa singkat tanpa 

SEPUPU? THE FU$#

Batin Kalya bergejolak. Apa yang ia dengar memang tidak salah. Dewa memperkenalkannya sebagai seorang sepupu di hadapan gadis yang entah siapa saat ini. Tak sampai dua menit, Dewa beranjak dan meninggalkan Kalya tetap terpaku ke bayangan yang ditinggalkan Dewa di tempat ia tadi berdiri. Sekali lagi, Dewa dan gadis yang dibawanya dituntun masuk ke dalam tempat peristirahatan Dewa terhadap lelahnya kenyataan.

Kalya mencoba mendekat dan mendengarkan apa yang bisa ia dengarkan dari batas pintu antara ruang utama dan kamar Dewa. Mual, pusing, kaget, hal itu yang dirasakan Kalya saat terdengar suara-suara yang sama sekali ia tidak ingin mendengarkan keluar dari balik pintu ini. Belum cukup dengan gadis kemarin, ia bahkan sekarang sudah menggeret wanita lain dengan perawakan yang memang hampir sempurna untuk melakukan hal 'itu' di tempat yang sama dan hanya berselisih satu hari?

Langkah Kalya sudah cukup gontai untuk menghadapi apa yang terjadi saat ini. Kalya menuju tempat dimana ia biasa merenungi segalanya sendiri. Benar, taman di halaman rumah. 

Ia menatap langit yang cukup biru walaupun matahari sudah hampir penuh tergelincir ke tempatnya. Kalya menarik nafas dalam. Tiba-tiba tercium aroma yang menggugah selera dari balik punggungnya. Apakah Dewa? Menyesal?

JRENG! Ilyas. 

Dengan wajah hangat yang selalu menjadi ciri khasnya, Ilyas membawa dua buah macaroni schotel disertai uap menandakan makanan itu baru saja matang. "Here you go."

Tanpa basa-basi Kalya mengambil sebuah dari tangan Ilyas. Memang benar. Apapun masalahnya, jika memang sudah dihadapkan makanan akan terasa jauh lebih baik. "Udah tau?" tanya Kalya tanpa menatap Ilyas. "Tau kok. Kan masih ada plan B. Tenang aja."

"Kok bisa dia gitu ya? Apa kalian para orang kaya emang sukanya begitu?"

Ilyas terkekeh geli. "Enggalah. Nih, aku. Tapi emang kayanya dari keluarga ini cuman si Dewa yang begitu. Lainnya sih dijamin setia." 

"Setiap tikungan ada?"

"Bisa jadi sih." 

BUGG!!

"Aww!! Pantesan abang takut. Istrinya aja begini."

"IHH!!! Males ah. Udah ah."

"Becanda, Kal. Gitu aja ngambek. Nanti cantiknya luntur tau rasa." senyum Ilyas yang selalu diletakkan di akhir kalimatnya membuat siapapun pasti akan meleleh. Termasuk Kalya. Fokusnya kepada Dewa hampir teralihkan oleh adik iparnya yang sebenarnya memiliki rupa tak jauh berbeda dengan Dewa. 

✤✤✤

Semakin hari sepertinya Kalya harus menerima nasib bergelar sebagai istri yang tidak dianggap oleh suaminya sendiri. Entah berapa lama ia harus tersiksa dengan pemandangan yang tidak lepas dari Dewa yang membawa pulang seorang gadis dengan macam-macam rupa dan bentuk lalu mereka masuk ke tempat yang seharusnya juga menjadi tempat persinggahan Kalya. Hampir seminggu Kalya mencoba mengalihkan perhatian Dewa kepadanya namun selalu gagal. 

Sudah berbagai macam rencana yang ia dan Ilyas siapkan untuk mendapatkan Dewa, mulai dari berpakaian sedikit terbuka seperti yang selalu diidamkan Dewa, membuatkannya masakan kesukaan Dewa, mengirimkan bunga ke kantor Dewa, hingga yang terakhir Kalya mencoba untuk menyambut Dewa sepulang kerja dengan teh chamomile dan memijatnya dengan penuh kelembutan, namun tetap saja semuanya hanya ditanggapi biasa saja oleh Dewa.

Kalya terduduk di tengah ranjangnya dengan segenap pikiran tentang satu minggu ini usaha yang ia lakukan selalu sia-sia. 

TOK!! TOK!! TOK!!

Lamunannya terhamburkan oleh ketukan dari luar kamar. "Siapa ya yang ngetuk? Tumben. Apa pelayan butuh sesuatu?" gumam Kalya sambil beranjak dari posisinya.

Pintu terbuka. Mata Kalya hampir copot. "Dewa?"

Dengan setelan kemeja biru, Dewa menempelkan punggungnya di dinding depan pintu kamar Kalya. "Lo ikut gue." ajak Dewa dengan nada datar dan tetap meletakkan tangannya dengan posisi berpangku.

"Kemana?"

"Kakek pulang hari ini. Kita harus pura-pura bahagia di depan Kakek. Gue gak mau Kakek kepikiran apalagi liat lo yang tidurnya jadi satu sama pelayan."

Kalya mengangguk lesu seolah dihantam ke tanah setelah sedetik dibawa naik ke langit. Selama ini berarti suaminya tahu jika ia tidur bersama pelayan rumah mereka. Jangankan menyuruhnya untuk tidak tidur disana, menanyakan pasal ia tidur dimanapun tidak. "Ikut gue siap-siap jemput Kakek."

Kalya menolak. Setidaknya harga dirinya tetap nomor satu. "Aku di rumah aja. Banyak tugas." 

"Tugas? Tugas apaan? Kuliah aja belom." jawab Dewa ketus

"Udah kok. Aku udah daftar juga lagian."

Dewa tertawa mengejek. "Daftar jurusan apaan? Pemancingan masalah dalam rumah tangga?"

"IYA!"

Tanpa ba-bi-bu Kalya pergi dari hadapan Dewa. Ditahan seperti di sinetron-sinetron? Jangan harap! Kalya menutup pintunya dengan segala amarah yang ia tahan. Entah dosa apa yang sempat ia perbuat di masa lalu, tapi karmanya luar biasa buruk. Dijadikan Dewa sebagai istri adalah salah satu malapetaka paling berbahaya bagi Kalya saat ini. 

Sejauh ini yang bisa Kalya sesali adalah mengatakan apa yang belum terjadi. Yap! Kuliah. Mencari informasi tentang kampus saja ia tak sempat karena sibuk bekerja dan membina rumah tangga yang seperti ujian matematika dadakan ini. Kalya memang masih menyempatkan bekerja di Frida's Flower walaupun sudah dilarang oleh Pak Rudi untuk datang bekerja. Bukan untuk mencari uang sebenarnya namun untuk keluar dari bencana yang ia setujui secara sadar.

"DUH! Gue cari kampus apa nih? MULUT GUE MULUT GUE!!! ANJING ANJING ANJING EMANG!" umpatnya dalam hati yang ditujukan untuk dirinya sendiri. Tak lama setelah itu, notifikasi dari Maya membuat hatinya sedikit berbunga. 

Bestie❤️

12.15 │Sayang...Bokap nawarin nih. Gue mau dimasukin univ. Ikut?

Seperti kejatuhan rezeki nomplok, Kalya hampir melompat dari posisinya. Ia melihat peluang besar saat ini sedang mengetuk pintu kamarnya. 

Kalya Cempaka

MAUUUKKKK!! Tau aja sih gue lagi pusing ttg ginian. Gue ke rumah lo aja deh ntar jam 3. See youuu luv │12.16

Bestie❤️

12.16 │Tumben gercep. Yodah see uu





My Favourite DisasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang