#12 Him Before Him

4 2 0
                                    

"May, gue mau ke perpustakaan dulu ya. Gila, tugas Pak Ari literasinya naudzu."

"Ok. Eh, gue mau jajan di depan. Nitip gak?"

"Boleh deh. Batagor aja tujuh ribu. Thanks."

"Gak pedes gak pake acar. Shap!"

"Maaci. Bye!" Kalya berlari kecil untuk menuju tempat beribu buku ditata rapi pada tempatnya, perpustakaan.

"HATI-HATI KETEMU PAK WISNU!"

"MULUT LO MAY!"

Saling sahut teriakan mereka mengakhiri pertemuan keduanya. Kalya hari ini sudah diap dengan segala perkakasnya untuk menyelesaikan tugas dari dosen yang terkenal akan literatur terbanyaknya. Mau tidak mau, Kalya harus menyicil menyelesaikan minggu ini sebelum dikumpulkan pada awal minggu depan. 

Setelah menyerahkan kartu tanda mahasiswa, gadis yang hari ini sengaja membuat gaya triple ponytail untuk menyerasikan atasan floralnya langsung menjajaki rak-rak di mana ia akan menjatuhkan pilihan bukunya. Aroma khas dari perpustakaan memang selalu seperti ini. Membuat banyak mahasiswa merasa mual jika mereka bukan seorang bookworm

Setelah memilih dan memilah buku, ia mendapat tiga buku untuk mendukung tugasnya hari ini. Kalya mulai naik ke lantai kedua dan mencari spot untuk menghabiskan setidaknya 5 jam untuk membaca. Pada sudut ruang dengan latar tanaman anthurium dan beberapa kaktus kecil yang disusun sedemikian rupa menjadi pilihannya. Sejajar dengan jendela yang mengarah ke danau dan taman di tengah lapangan kampus akan membuatnya tidak terlalu stress nantinya. 

"Ngerjain apa?"

Suara itu tidak asing dan berhasil membuat mata Kalya melotot pada judul buku yang akan disingkapnya. "Kal? Saya tanya, ngerjain apa?" orang yang sebelumnya berdiri di belakang Kalya sekarang duduk dengan sempurna di hadapannya. Dengan kharisma yang dimiliki, Wisnu mengambil dan membaca salah satu buku Kalya. "A Woman Of No Importance? Tentang World War 2 ya?"

Kalya mengangguk dan mencoba mengalihkan pandangannya ke buku yang saat ini sedang dipegangnya, walau ia tahu saat ini ia mencba menangkan detak jantungnya karena taut terdengar hingga ke ujung telinga Pak Wisnu. "Tugasnya siapa ini?"

"Pak Ari, Pak." 

"Oh. Beliau emang suka membaca. Probably dia juga ingin mahasiswanya seperti itu juga." Wisnu membolak-balikkan halaman dan tetap merasa nyaman duduk di depan Kalya. Mereka seolah menghabiskan waktu senggang berdua dan tidak ingin diganggu oleh siapapun karena memang bertempat di ujung ruangan. 

"Untung saya suka baca, Pak. Kalau enggak, udah mati gantung diri saya kalau tahu besok kelasnya Pak Ari."

"Hahahah!!!" Wisnu melepaskan tawanya yang hampir tidak pernah didengar oleh siapapun. Bahkan Kalya. Hingga Kalya terpukau melihat dosen yang saat ini tertawa terbahak itu tertawa karenanya. Setelah beberapa detik, Wisnu tersadar. Membuat beberapa mata yang ada di perpus tertuju padanya. Wajahnya gugup dan berkata kepada seisi ruangan, "Sorry. Maaf saya mengganggu kalian."

Semua mahasiswa di sana hanya mengangguk. Ada yang mengangguk bingung dan ada juga yang mengangguk terpesona atas lonjakan tawa dari pria lajang yang sudah menjabat dosen ini. "Bapak kenapa?"

"Kal, saya boleh minta satu hal?" tanyanya kepada Kalya dengan tatapan cukup serius. Tentu Kalya mengiyakan permintaan Wisnu. 

"Jangan panggil saya 'Bapak' kalau bukan jam kuliah, ya. Saya ini masih 24 tahun. So, panggil aja Wisnu, atau kalau udah waktunya, panggil saya 'sayang' juga boleh."

Mata Kalya sekali lagi hampir keluar dari tempatnya. "Maksudnya, Pak?" 

"Jangan panggil saya 'PAK' aja. Can you?"

My Favourite DisasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang