𝙅𝙚𝙖𝙡𝙤𝙪𝙨𝙮

626 35 3
                                    

Suara nyaring keyboard mengisi kesunyian malam di sebuah ruangan ber-AC, tinggal tersisa dirinya di sana. Waktu yang terus berputar hingga menyentuh angka tiga tak juga membuat Hoseok berhenti mengetukkan jemarinya pada keyboard, mencoba menahan rasa berat di mata tupai yang berkedip beberapa kali.

Hingga ketika ujung jemari lentik itu mati rasa, dia menjatuhkan tangan pada meja dengan tanpa tenaga. Kepala yang ikut jatuh pada permukaan, membiarkan pipinya bersentuhan dengan suhu dingin meja kerjanya. Hoseok sudah kehilangan tenaga, memilih menyerah pada barisan kata panjang yang sudah menunggu diselesaikan pada layar kotak tersebut.

Tak membutuhkan waktu yang lama untuk mata tupainya terpejam, ditinggal satu menit saja Hoseok sudah mengeluarkan dengkuran halus yang mengisi kesunyian kantor. Terdengar begitu lelap pemuda yang kini suara dengkurannya menghiasi seisi ruangan, benar-benar lelaki yang gigih.

Banyak alasan kenapa seseorang memilih lembur, dan tak sedikit juga kasus itu terjadi di sebuah perusahaan. Tapi bukan berarti hal itu menjadi sesuatu yang normal dan kebiasaan yang baik untuk dipertahankan, kesehatan karyawan juga menjadi prioritas perusahaan. Meski begitu tak sedikit juga orang yang lebih sering memaksakan diri akibat hari yang sudah mencapai tengat waktu.

Langkah sepatu Oxford terdengar begitu lembut bersuara, nampak enggan membangunkan lelaki yang kini terpejam menenggelamkan pikiran pada alam bawah sadarnya. Ditatapnya pemilik surai cokelat itu, poni yang menghalangi tak menutupi manisnya wajah Hoseok.

Tangan kekarnya keluar dari tempat persembunyian disaku celana hitam yang dikenakannya, meletakkan minuman bersuhu rendah disamping pemuda itu berbaring. "Keras kepala," ucapnya sebelum berjalan meninggalkan Hoseok tanpa niat menunggu pemuda berusia 25 tahun itu bangun.

☕☕☕

Gonggongan kecil terdengar dari sudut ruangan dengan niat mengusik tidur pemilik rambut cokelat, kernyitan pada dahi terasa ketika sinar matahari menusuk mata dari celah gorden yang memberikan aksesnya untuk menganggu kembali tidur pemuda tanpa atasan itu.

Dengan kesadaran yang masih diambang-ambang, Hoseok mengambil ancang-ancang menyandarkan tubuh pada kepala kasur. Ketika sentuhan hangat dirasakan Hoseok dibagian tengkuknya, ia mengerjap pelan ketika pemilik tangan mencuri kecupan pada bibir si Jung.

Hoseok mengacak rambutnya. "Bagaimana tidurmu?" tanya Taehoon sembari mengapit rokok disela bibirnya, Hoseok hanya mengangguk lesu.

"Baik," meski kondisi tubuhnya bukanlah hal yang terbaik hari ini, tapi tidurnya cukup baik berkat Taehoon. Hoseok beranjak membasuh wajah berusaha menghilangkan kantuk yang masih terasa pada matanya.

"Aku akan pergi ke kantor."

"Kupikir kau ambil cuti," asap rokok ikut keluar dari setiap helaan napas Taehoon.

"Tidak, aku malas berargumen," jelas Hoseok. Segera dia melangkah keluar setelah dirasa tak ada lagi yang akan Taehoon katakan, mungkin ini menjadi kali terakhir Hoseok mengunjungi lelaki tersebut setelah dirinya dikabarkan dimutasi ke Seoul dengan alasan spoil system.

Barang-barang Hoseok sudah lama dipindahkan ke apartment barunya, hanya tersisa beberapa furnitur yang memang sudah ada sebelum Hoseok kotrakkan. Tinggal menghitung hari sampai keberangkatan Hoseok meninggalkan Daegu, selama itu Hoseok menggunakan waktunya dengan baik.

Beberapa hari belakangan Hoseok disibukkan dengan bertemu teman masa kecilnya, sebagai penutup sebelum Hoseok benar-benar meninggalkan kota masa remajanya, dan Taehoon menjadi orang terakhir yang masuk agenda Hoseok.

Ice Americano | YoonSeok [SOPE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang