☕☕☕
"Kenapa? Dia tak menghampirimu?" tanya Sowon.
"Ya? Ah, maksudku dia menemuiku. Sebenarnya aku baru saja bertemu dengan Yoonji, tapi dia tak menyebut namamu jadi aku sedikit terkejut." Perempuan itu mengangguk.
"Wajar saja, aku memang tak begitu dekat dengannya. Bagaimana? Apa dia baik?"
"Entahlah, tapi aku tak merasa tertekan saat bersamanya," jawab si Jung jujur.
"Syukurlah, karena keluarga Min dipandang tak baik oleh keluarga besarku dan aku harap kau tak merasakan hal yang sama."
"Benarkah?"
"Iya, sudah sejak lama mereka tak mendatangi acara keluarga yang sudah menjadi tradisi setiap tahunnya. Mereka mengisolasi diri, untuk alasan yang akupun tak tau apa itu."
"Kau memang tak pernah peduli pada orang-orang disekitarmu," celetuk Hoseok.
"Hoseok, jika aku ada di sampingmu akan ku pukul pantatmu itu."
"Syukurlah Tuhan tak mengijinkannya."
Percakapan mereka berputar ke segala topik, dengan sedikit godaan yang keduanya saling lontar. Konyolnya Sowon meminta untuk Hoseok dekat dengan keluarga Min, yang ia tangkap adalah Sowon dan Yoonji sangat dekat sejak kecil.
Bahkan beberapa kali menghabiskan waktu bersama diakhir pekan, keduanya selalu mengunjungi rumah masing-masing hingga tembok itu tercipta saat Yoonji dipindahkan ke Rusia. Karena pada masa mereka teknologi belum secanggih sekarang, keduanya kehilangan kontak.
Sowon pun hanya tau nomor telepon rumah keluarga Min, Hoseok bisa merasakan bagaimana percakapan yang dibuatnya cukup membuat Sowon merindukan masa itu. Suara yang familiar namun juga berbeda, Sowon belum terbiasa.
"Rasanya perasaanku tenang setelah berbincang denganmu. Terimakasih, Seokie."
"Ya, ya, pergilah, kau bilang mau pergi kencan dengan ibumu."
"Butuh waktu untuk ibu bersiap-siap, sekarang sepertinya sudah selesai. Ku tutup ya," setelah mendapat anggukan dari Hoseok suara panggilan terputus sepihak dari sebrang.
☕☕☕
Selama ini Hoseok punya keyakinan bahwa tidak ada sesuatu tanpa alasan, dan tidak ada alasan tanpa maksud. Tapi untuk menjawab kenapa Hoseok harus ada di situasi inipun dia tak tau, otaknya cukup dibuat bekerja hanya untuk memikirkan maksudnya.
Mata kucing itu terus melirik siku Hoseok yang terbalut kain kasa, membuatnya tak nyaman dengan menutupi sikunya sendiri agar Yoongi tak mengulangi titik fokus tatapannya lagi.
Setelah jam makan siang selesai Hoseok dipanggil untuk menghampiri ruangan Yoongi, mana tau dia justru diarahkan ke parkiran. Mobil berwarna hitam mengkilap itu terparkir apik dari pintu belakang gedung seperti sudah menunggu kedatangannya, hingga ketika wajah datar itu muncul dibalik jendela yang terbuka Hoseok mengubur kekagumannya.
Meski sejak tadi yang Hoseok perhatikan hanya Haru yang terbaring di jok belakang, hembusan napas yang teratur nan tenang itu membuat Hoseok semakin menguatkan bayangan bahwa hari yang panjang bagi Haru baru saja dilewatinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Americano | YoonSeok [SOPE]
FanficDari balik kaca laboratorium, Jung Hoseok hanya tahu dua hal: hidupnya sebagai kelinci percobaan tidak akan pernah berubah, dan pria bersurai abu di seberang sana adalah pelaku didunia kecilnya. Min Yoongi-sang penguji-hanya tahu satu hal: dia tidak...