Bagian; 2

6 4 0
                                    

Azalea sedang misuh-misuh sambil menatap tembok tinggi didepannya yang harus dia cat dasar warna putih. Sebab akan dibuat sebagai coretan anak esktra seni rupa nantinya. Dan seharusnya yang melakukan tugas tersebut ialah para anggota kesenian. Tapi masalahnya nasib buruk tengah menimpa Azalea. Dirinya telat datang sehingga, diberi hukuman mengecat tembok yang cukup lebar itu.

"Dasar tembok nyusahin," dumel Azalea memukul tembok keras dengan kepalan tangan, yang mana setelahnya keluar rintihan dari mulutnya.

"Sialan! Udah nyusahin, gak tau diri lagi!" Bak orang gila, Azalea terus ngomel-ngomel sendiri. Tapi tak ayal, tangannya bergerak menggoreskan cat putih--yang memang telah tersedia disana pada tembok didepannya menggunakan kuas.

Tak lama, Azalea sedikit tersentak menatap sepasang sepatu putih yang sangat dirinya kenal itu, berdiri disampingnya. Dibawalah kedua pasang bola matanya untuk melihat serta memastikan seseorang yang sebenarnya Azalea tahu siapa pemilik sepatu tersebut.

Kala netranya mampu melihat siapa gerangan dibalik sepatu putih, senyum Azalea langsung tersungging tanpa aba-aba. Entah mengapa, Azalea rasanya tidak bisa jika tidak tersenyum bila melihat sosok disampingnya itu.

"Garvi? Lo, ngapain disini?" Azalea melemparkan pertanyaan.

Garvi menoleh, mengangkat satu alis tebalnya. "Menurut lo?" Garvi malah balik bertanya menatap Azalea sekilas.

Azalea meringis. Tersenyum ala kadarnya. "Lo dihukum? Tapi, bukannya lo gak telat ya? Soalnya gue gak liat lo tadi."

"Kegap ngerokok," jawab Garvi.

Mulut Azalea membentuk huruf O dengan  anggukan kecil. Azalea tahu kalau Garvi itu perokok aktif. Namun, Garvi sering kali ketahuan merokok. Salahnya sih melakukan hal melanggar didalam sekolah. Azalea juga tidak membenarkan hal tersebut.

Seperti yang Azalea lakukan sebelumnya. Garvi pun mengambil sebuah kuas dengan dilumuri cat dan menggoreskannya pada tembok besar itu.

Azalea yang berada disamping Garvi jadi salah tingkah tidak jelas. Terutama jantung nya yang sangat berisik bila kalian bisa mendengarnya. Selain itu, Azalea juga berkali-kali harus kembali menutup mulutnya saat akan mencoba membuka obrolan. Yang mana sejujurnya Azalea bingung, salting dan semua rasa menjadi satu. Bagaimana tidak, kalian bayangkan jadi Azalea yang berduaan seperti ini dengan sosok crush nya. Kan, pasti kalian baper dan sabrut, salting brutal.

Apalagi saat melihat tangan kekar berurat milik Garvi yang sedang mengecat. Azalea hanya bisa senyum-senyum sendiri sudah tak mampu berkata apapun. Karena apapun yang berhubungan dengan Garvi, Azalea selalu menyukainya.

"Emm, Gar," panggil Azalea berusaha memecah keheningan.

Garvi hanya berdehem singkat menjawabnya. Membuat Azalea kembali membuka suara.

"Tipe cewek lo tuh kaya gimana sih?" tanya Azalea menatap Garvi. "Biar gue bisa memantaskan diri," lanjut batin Azalea.

"Yang pasti bukan kaya lo." Balasan yang Garvi berikan membuat Azalea membeku ditempatnya.

Aba-aba dulu kek. Kan gini ceritanya jadi sakit banget. Batin Azalea bersuara.

"Hehehe, gapapa dong kalau bukan kaya gue. Kan nanti gue bisa memantaskan jadi sesuai tipe lo," ucap Azalea mencoba tegar.

"Be yourself," kata Garvi melirik Azalea yang sebatas sikutnya.

Azalea menjentikkan jarinya. "Nah justru itu, kalau gue jadi diri sendiri lo mau gak sama gue?" Azalea melemparkan senyuman termanisnya.

"Engga," balas Garvi cepat. Lagi, hati Azalea seperti dihantam bom Hiroshima Nagasaki.

Azalea berdecak. "Ck, kenapa sih? Gue heran deh sama lo. Kok lo bisa-bisanya gak suka sama gue, padahal banyak loh yang mau sama gue," kata Azalea sedikit menyombongkan diri, tapi benar adanya. Tak sedikit memangnya yang menyukai atau bahkan mengejar Azalea. Selain karena parasnya yang cantik, Azalea juga tergolong dalam kategori manusia yang humble dan freindly. Bahkan namanya cukup terkenal disekolah lain saking banyaknya relasi yang Azalea miliki. Hanya saja yang dirinya anggap benar-benar teman hanya Salju seorang.

GARVITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang