Bagian; 4

5 2 0
                                    

Salah satu hobi Garvi yang banyak diketahui adalah, hobinya yang sering bergonta-ganti kendaraan saat pergi ke sekolah.

Seliani itu, Garvi yang suka mengoleksi kendaraan baik roda dua maupun roda empat, menjadi salah satu daya tarik bagi kaum hawa yang melihatnya. Karena tidak hanya orangnya saja yang tampan, tapi kendaraan yang tiap saat dibawa oleh Garvi pun tak kalah tampannya dari sang pemilik. Seperti mobil Jeep yang Garvi bawa pagi ini, siapapun yang melihatnya pasti akan berdecak terkagum-kagum. Bagaimana bisa seorang anak SMA terlihat begitu gagah hanya sekedar menggunakan mobil. Memang pesona Garvi tidak bisa dielakkan oleh siapapun.

Saat dirasa mobilnya sudah pas terparkir cantik diparkiran sekolah, Garvi kemudian keluar dari mobilnya berjalan menuju gerbang sekolah guna menemui teman-temannya yang sudah berada dibelakang sekolah. Tepatnya disebuah warung kecil tempat biasa mereka berkumpul.

Sesampainya disana, Garvi langsung bertos ria ala laki-laki. Menyapa temannya satu persatu yang tengah sarapan pagi didepan warung yang cukup ramai.

"Pagi-pagi udah minum es aja lo," tegur Garvi  kepada salah satu adik kelasnya yang duduk di kursi panjang berbahan bambu bersama yang lain, yang kebetulan sedang mengunyah es batu sisa minumannya.

"Eh bang, nguduk nguduk," balas Rival menunjuk piring didepannya. Tidak lupa juga  berbalas tos dengan Garvi.

Garvi membalasnya dengan anggukan sembari berjalan masuk ke dalam warung memesan sarapan seperti teman-temannya.

"Budhe, kaya biasa ya," pinta Garvi pada perempuan paruh baya yang menjadi pemilik warung tersebut.

Budhe yang sudah hafal pesanan Garvi pun langsung mengacungkan jempolnya. "Siap," katanya.

Setelahnya Garvi kembali keluar lewat pintu belakang menghampiri Levon dan yang lainnya yang sedang berada dibelakang warung. Terlihat keempat temannya itu yang sama-sama tengah menghisap sebatang rokok sembari berbincang hangat.

"Parkir disekolah lo?" tanya Zion melirik Garvi.

Garvi mengangguk seraya ikut bergabung duduk melingkar disamping Ravindra.

"Bawa mobil ya lo Gar?" Kali ini Sammy yang bertanya.

"Iya," jawab Garvi. Karena memang saat membawa mobil, Garvi akan parkir disekolah. Sebab jika parkir bersama temannya diwarung Budhe tidak akan muat. Sebab lahannya yang sempit hanya mampu menampung motor-motor mereka saja. Itupun sebagian harus ada yang parkir disekolah karena saking banyaknya motor yang terparkir disana.

"Orang kaya mah bebas ganti-ganti gitu ya. Beat gue jadi insinyur liat nya," kelakar Levon.

"Bacot kau babi," ucap Zion sarkasme. Padahal harga motor Levon yang sedang terparkir didepan warung itu mampu membeli tiga motor beat yang sempat Levon katakan.

"Merendah untuk dihujat," cibir Ravindra sembari menginjak pentung rokok miliknya.

Levon terkekeh. "Hujat akuh dong ganteng," katanya begitu manja dengan kerlingan nakalnya.

Garvi mendengarnya jadi mual sendiri ingin kembali memuntahkan nasi uduk yang baru beberapa suap masuk kedalam mulutnya. "Jijik banget gue," kritik Garvi sambil bergidik.

"Halah, gue males ya sama lo Gar," ceplos Levon tiba-tiba.

"Apaan sih?" sahut Garvi bingung.

"Semalem lo sengaja kan cuma ngeread doang. Lo pikir gue iqro dibaca doang," rajuk Levon mengingat kembali percakapan mereka digrup tanpa Garvi yang sama sekali tidak ikut nimbrung didalam percakapan mereka.

Garvi yang ingat akan hal itu ber 'oh' ria menanggapi keluhan Levon. "Gak penting juga kan," balas Garvi cuek.

Levon mengernyit. "Si Ajal kasian deh ya demen sama laki yang gini bentukannya. Padahal mending sama gue, baik, setia, gak sombong, soleh, rajin mencuri, suka berbohong," cakap Levon melantur.

GARVITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang