Bagian; 6

5 0 0
                                    

Pagi ini Azalea dapat melihat kembali Garvi bersama Levon yang wajanya terlihat sangat cerah pagi ini. Hal tersebut membuat senyuman Azalea merekah karena akhirnya masalah mereka dapat terselesaikan dan kedua sejoli itu kembali seperti semula.

Awalnya Azalea akan menghampiri Garvi, namun saat dibelokkan koridor Garvi memilih berpisah dengan teman-temannya membuat alis Azalea mengerut bingung. Padahal arah menuju kelas Garvi bukan lurus melainkan belok seperti yang teman-temannya lakukan. Yang mana, sepengetahuan Azalea jalan yang sekarang dilewati oleh Garvi itu menuju belakang sekolah. Untuk apa Garvi kebelakang sekolah? Apa Garvi akan pergi bolos?

Azalea memang mengikuti langkah Garvi sebab dirinya amat penasaran. Karena apapun yang berhubungan dengan Garvi Azalea harus mengetahuinya. Terlihat berlebihan, tapi memang begitulah Azalea sibucin yang tidak sadar kalau cintanya bertepuk sebelah tangan.

Ternyata Garvi berhenti dipohon besar yang sebelumnya Azalea datangi kemarin untuk menemui Garvi. Berbekalan kepercayaan diri yang begitu tinggi, dengan berani Azalea mendudukkan bokongnya bersampingan dengan Garvi yang langsung tersentak kaget oleh pergerakan Azalea.

"Haii." Azalea menampilkan gigi-gigi bersihnya membuat Garvi mendengus malas. 

"Ih, kok responnya gitu banget sih. Keliatan banget deh gak sukanya," ucap Azalea.

"Ya emang," balas Garvi terus terang.

Azalea mengerecutkan bibirnya. "Minimal mah jangan jujur-jujur amat kek. Jaga perasaan gue gitu dikit mah kan, ini jujur banget jadi orang," gumam Azalea.

"Ngapain disini?" tanya Garvi cukup jengkel. Sebab acara merokoknya jadi gagal kalau ada perempuan disekitarnya. Bukannya Garvi sudah katakan, dirinya menjaga untuk tidak merokok didepan perempuan karena perokok pasif lebih berbahaya dibanding dirinya yang perokok aktif. Padahal kondisi mulutnya sekarang itu sangat asam sekali ingin menghisap sebatang rokok itu kenapa dirinya memilih melipir kebelakang sekolah dibanding langsung ke kelas bersama teman-temannya.

"Duduk lah. Emang gak liat kalau gue lagi duduk?" balas Azalea dengan menahan kekehannya.

Garvi berdecak. Memang Azalea kira Garvi buta tidak bisa melihat kalau dirinya sedang duduk. Tanpa diberitahu juga Garvi sangat amat tahu.

"Pergi sono gue mau ngerokok," usir Garvi. Tangannya memutar-mutar batang rokok yang siap dihisap.

"Ya terus? Ngerokok mah ngerokok aja kali gak usah pake ngusir-ngusir segala," ucap Azalea polos yang kembali membuat emosi Garvi semakin memuncak. Apa gadis didepannya ini tidak tahu, bego atau pura-pura tidak tahu seberapa bahayanya seorang perokok pasif menghisap asap rokok. 

"Sekolah kan?" Azalea mengangguk menjawab pertanyaan Garvi walaupun sedikit bingung.

"Tau bahayanya asap rokok buat perokok pasif?"  Dengan polosnya Azale menggelengkan kepala beberapa kali.

"Bego!" umpat Garvi dengan herannya. 

Namun tak lama Azalea malah cengengesan tidak jelas. "Tapi boong," ucapnya tanpa dosa.

Kepala Azalea kembali mengangguk-ngangguk. "Gue tau kok kalau yang paling bahaya itu perokok pasif dibanding perokok aktifnya sendiri. Gini-gini gue tuh tiap masuk kelas dengerin ya yang gurunya bilang," jelas Azalea. 

"Tadi pasti lo langsung kaget ya kalau gue bilang gak tau. Selamat anda kena prank, kameranya disana," lanjut Azalea tertawa dengan mengacungkan jari telunjuknya tanpa arah. 

Melihat itu Garvi menghela nafas jengah. "Kalau tau ngapain masih disini?"

Azalea menjetikkan jarinya. "Nah itu. Kalau gue masih disini kan lo gak jadi ngerokok soalny ada gue. Tapi, kalau gue pergi lo pasti ngerokok," balas Azalea.

GARVITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang