Bagian; 5

5 1 0
                                    

Usai mengetahui kabar bahwa ternyata hubungan antara Garvi dengan Levon sedang tidak baik-baik saja dan itu disebabkan oleh dirinya. Azalea merasa cukup bersalah karena dirinya Garvi dan Levon harus bertengkar. Meskipun dirinya juga merasa sakit hati atas tuduhan tidak jelas yang Garvi berikan untuknya. 

Jujur saja Azalea tidak habis pikir bagaimana bisa Garvi mengatakan bahwa dirinya rela membayar Levon demi bisa dekat dengannya, bukankah itu terdengar sangat menggelikan? Lagipula untuk apa dirinya melakukan hal tersebut? Benar-benar Azalea tidak mengerti jalan pikir Garvi. Sebegitu tidak sukakah Garvi pada dirinya hingga mengasumsikan semuanya tanpa memikirkan kembali benar atau salahnya. 

Meskipun begitu, Azalea tidak bisa mengatakan bahwa dirinya akan menghapuskan perasaannya untuk Garvi. Bahkan Azalea meyakini bahwa saat itu Garvi sedang dalam mood yang buruk hingga berakhir pertikaiannya dengan Levon. Ya, Azalea akan menerima apapun itu meskipun menyakiti hatinya. Karena bila sudah berhubungan dengan Garvi, Azalea akan merasa kalah. Dan semua itu disebabkan oleh besarnya perasaan yang dimiliki Azalea untuk Garvi. 

Hingga akhrinya setelah mencari ke seluruh sudut sekolah, Azalea dapat menemukan Garvi sedang duduk manis dibawah pohon rindang belakang sekolah.  Dihampirinya Garvi seraya ikut duduk disampingnya. Yang mana pergerakan dari Azalea mampu membuat Garvi yang sedang merokok tersentak kaget. 

"Haii." Azalea melemparkan senyum sambil meneliti betapa tampannya Garvi bahkan hanya dilihat dari samping. Apalagi saat mulutnya mengepulkan asap ke udara dilanjut dengan jari-jarinya yang melepaskan debu dari ujung rokok yang diapit, Azalea tidak mampu berpikir jernih.

Kemudian Garvi menoleh, sejenak menatap Azalea lalu kembali melihat kedepan. "Ngapain?" tanyanya. 

Azalea memilin jari-jarinya. Nampak ragu, tapi Azalea harus meluruskannya. "Soal lo sama Levon," Azalea memberikan jeda. "Gue mau bilang sorry karena gue kalian jadi berantem."

Kedua alis Garvi mengkerut. "Bukan karena lo," ucapnya sambil mengepulkan asap lagi. 

"Bener kok karena gue kalian jadi berantem. Karena lo berpikir kalau gue bayar Levon demi bisa deket sama lo, iya kan?" ucap Azalea.

"Gar," panggil Azalea. "Lo liat gue kayak gimana sih? Sampe mikir kalau gue ngelakuin hal yang menurut gue gak masuk akal banget. Ngapain coba gue harus bayar Levon demi deket sama lo? Bukannya tanpa itu juga gue bisa kan deketin lo ya, walaupun lo gak pernah notice gue sih. Tapi, serendah itu gue dimata lo?" tanya Azalea menatap Garvi penuh. Ada sesuatu didalam diri Azalea yang ingin meledak, emosi, kesal dan marah menjadi satu sebab tuduhan Garvi padanya. Bahkan kedua mata Azalea sedikit berkaca-kaca.

Garvi masih tenang ditempatnya nampak tidak terusik. Tapi siapa yang tahu dengan isi hati juga kepalanya. Entah apa yang sedang dirangkai didalam dirinya hanya Garvi yang tahu. 

Selang beberapa waktu, Garvi membuka suaranya. "Gue gak bermaksud gitu," katanya sambil menginjak batang rokok miliknya yang masih setengah itu. Garvi menghargai keberadaan Azalea itu sebabnya dirinya tidak melanjutkan merokok. 

Azalea sedikit terkekeh. Sudah dibilang bukan olehnya, bahwa dirinya tidak pernah mengerti bagaimana jalan pikir seorang Garvi Arka Senopati. "Kalau gak gitu maksud lo, terus apa?" balas Azalea.

"Levon aja yang terlalu berlebihan," jawab Garvi enteng. 

"Bukannya lo yang terlalu berlebihan ya? Mungkin Levon gitu karena kasian sama gue pengen bantu gue ngeluluhin lo, dan itu emang hadir dari dirinya sendiri bukan suruhan atau paksaan. Seharusnya lo juga gak menyalahkan Levon karena gue juga kalau ada diposisi Levon bakal ngelakuin hal yang sama. Wajar kan seorang temen ngebantu temennya?" tutur Azalea yang membuat Garvi langsung terbungkam. 

GARVITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang