Sebuah sedan hitam melaju di jalanan sepi kota Oakland, California. Di dalamnya, sepasang suami istri tengah berbahagia karena putri semata wayang mereka akhirnya bisa pulang ke rumah bersama mereka setelah hampir satu bulan dirawat di rumah sakit. Keduanya sesekali melirik ke kaca spion hanya untuk melihat wajah berseri putri kesayangan mereka, meski saat ini terlihat sedikit lebih kurus.
"Awalnya Dad hanya ingin kau menikah dengan seorang pengusaha, tapi sepertinya, punya menantu dokter boleh juga." Goda Hanry. "Bagaimana Hera, kau setuju 'kan kalau dr. Adam menjadi menantu kita?" ia mengerlingkan mata pada Giselle melalui kaca spion, lalu tertawa puas melihat putri kesayangannya itu mendengus kesal.
"Tentu saja aku setuju. Dulu aku gagal menjadi dokter, tapi sekarang aku tidak boleh gagal punya menantu dokter." Kali ini giliran Hera yang menggoda Giselle. Wanita separuh baya itu kegirangan membayangkan jika Giselle benar-benar menikah dengan Adam.
"Sudah aku bilang aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengan dr. Adam!" Giselle memekik kesal, membuat kedua orang tuanya semakin gencar menggodanya.
"Bukan tidak, Sweet, tapi belum." Hanry melirik sekilas ke arah istrinya, "pagi-pagi sekali kau harus masak masakan spesial. Karena aku sangsi, dokter ceroboh itu akan datang ke rumah untuk menemui putri kecil kita ini."
Sebal, Giselle hanya bisa diam memandang kedua orang tuanya dari kursi penumpang. Diliriknya kotak berwarna biru tua di sampingnya, penyebab ia menjadi bulan-bulanan orang tuanya hari ini.
Harusnya tadi aku langsung buang kotaknya saja. Pikir Giselle.
Giselle mengalihkan pandangannya ke jalanan kota Oakland yang sepi, mengabaikan ocehan melantur orang tuanya.
Diambilnya kotak biru tua berukuran kecil pemberian Adam Gallagher, atau biasa di panggil dokter Adam oleh Giselle, dokter residen kardiologi yang menangani Giselle sejak tiga tahun terakhir selain dokter Simon. Ia mengamati detail motif sederhana di bagian tutupnya.
Tanpa disadari, sudut bibir Giselle terangkat saat mengingat pertemuan pertamanya dengan Adam. Saat itu, saat di mana Giselle merasa dunianya hancur, saat tidak ada lagi alasan untuk dirinya bertahan hidup di dunia. Di saat belum genap seminggu Giselle berduka atas meninggalnya nenek yang sangat ia cintai, Giselle di diagnosa dokter mengidap kelainan pada jantungnya.
Giselle tidak akan mampu bertahan dan melanjutkan hidup berdampingan dengan berbagai penyakit di dalam tubuh akibat imunitas tubuh yang lemah tanpa kehadiran neneknya, lalu tiba-tiba dokter mengatakan kalau Giselle mengidap penyakit jantung bawaan yang tidak terdeteksi sejak dini membuatnya semakin putus asa.
Ingin rasanya Giselle mengakhiri hidupnya, dan bertemu nenek serta kakeknya yang telah meninggalkannya sejak ia kecil, lalu hidup bahagia bertiga di surga.
Dunia Giselle hancur sehancur-hancurnya. Hari-hari ia habiskan hanya untuk berbaring di atas bed rumah sakit tanpa gairah hidup. Kondisinya kian hari kian memburuk. Makanan yang disediakan rumah sakit hanya berkurang satu-dua sendok saja.
Henry dan Hera bahkan telah mengosongkan seluruh jadwal yang telah tersusun rapi agar bisa menemani putri semata wayang mereka, pun tidak mampu berbuat banyak. Giselle memang tidak terlalu dekat dengan orang tuanya, di karenakan mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing, jadi, kehadiran mereka tidak mengubah banyak hal.
Di tengah keterpurukannya meratapi ketidakadilan tuhan terhadap dirinya, seorang dokter masuk ke kamar rawat Giselle tanpa permisi dan mengatakan kalimat yang tidak Giselle sangka akan keluar dari mulut seorang dokter.
Dokter itu adalah Adam. Pria bermata abu-abu mendung itu datang membawa sebuah novel, lalu memberikannya pada Giselle tanpa mengatakan apa-apa.
Tampang malu-malu jelas terpatri di wajah Adam, mengundang rasa penasaran di hati Giselle. Apa yang sedang ia lakukan di luar jadwal pemeriksaan? Dan ... Apa buku ini untukku? Batin Giselle waktu itu. Ia menatap gerak-gerik Adam dengan salah satu alisnya terangkat, membuat Adam salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped In A Novel
FantasyKecerobohannya membawa petaka untuk dirinya sendiri. Giselle yang baru sehari menikah dengan pria idamannya mengalami insiden yang mengakibatkan nyawanya direnggut paksa dari raga, meninggalkan suami tercinta untuk selamanya. Namun ternyata tuhan be...