8 | Ocho

34 11 0
                                    

 “Pakai gaun biasa saja, aku kan sudah bilang tidak akan menghadiri pesta itu.”

“Nona yakin?” Maia memandang sendu Giselle, di tangannya tersampir gaun pemberian Duke Zander untuk menghadiri pesta ulang tahun Victor. “Pangeran Victor mengundang Nona secara pribadi untuk hadir ke pestanya, saya takut Pangeran menganggap ketidakhadiran Nona sebagai penghinaan terhadap keluarga kerajaan.”

“Kau lihat kakiku? Pangeran Victor pasti memaklumiku, tenang saja.”

“Tapi, kak—”

“Maia, cukup! Aku malas berdebat denganmu.” Sela Giselle. “Sekarang bantu aku berpakaian.”

“Baik, Nona.”

“Setelah ini, tolong sampaikan kepada Duke kalau aku tidak ikut ke pesta. Supaya mereka bisa langsung berangkat tanpa menungguku.”

Kata orang, selalu ada hikmah dibalik sebuah musibah. Ada hal baik yang akan menghampiri seseorang sesaat setelah ia mengalami kecelakaan. Dan sekarang Giselle mempercayai ungkapan tersebut. Kecelakaan yang menimpanya tempo lalu bisa dijadikan alasan untuk tidak menghadiri pesta ulang tahun Victor. Meski sebenarnya kaki kiri Giselle yang terkilir sudah lebih baik dibanding minggu lalu.

Ketidakhadirannya dalam pesta ulang tahun Victor diharapkan dapat mengubah alur novel yang asli. Tidak ada pertemuan, Victor tidak akan jatuh cinta pada Giselle, Ratu Morana bisa tenang menjodohkan Victor dengan Rosetta, Giselle terhindar dari kelicikan Ratu Morana, dan selamat dari kematian nahas. Alur baru ciptaan Giselle untuk bertahan hidup.

Cukup simpel jika dibayangkan. Namun, apa Giselle bisa terus-terusan menghindari pertemuan dengan Victor? Terlebih lagi Victor telah menunjukkan ketertarikannya pada Giselle lebih dari sekadar teman. Mereka memang masih belia, tapi tidak menutup kemungkinan jika perasaan yang Victor rasakan bertahan hingga dewasa.

“Kira-kira untuk membangun sebuah toko butuh berapa koin emas, ya? Maia, kau tahu?” Giselle menatap Maia dengan tatapan bertanya melalui pantulan cermin di depannya.

“Entahlah, Nona, kan saya hanya pelayan.” Kata Maia sambil menyisir rambut Giselle. “Dulu, orang tua saya hanya mengajari saya membaca dan hitungan sederhana saja.”

Giselle manggut-manggut. “Benar juga, mungkin aku bisa menanyakannya ke Pelatih Nolland. Kakek tua itu kan tahu segalanya.”

“Memangnya Nona ini ingin membuka toko apa? Butik kah, atau toko perhiasan?”

“Toko roti!” Giselle berseru girang. “Aku ingin menjual berbagai macam dessert yang manis. Ide bagus kan?”

“Ide yang bagus, Nona. Semoga saat dewasa nanti, Nona bisa jadi pebisnis sukses.”

“Hmm!! Setelah bisnisku sukses, aku ingin punya rumah di kota Ashburn. Rumah mewah hanya untuk kita berdua, tanpa pelayan dan prajurit yang akan memarahi kita lagi. Kita bisa hidup damai di kota Ashburn. Kau ikut kan, Mai?” Seru Giselle bersemangat menjelaskan rencananya.

Maia tersenyum gemas mendengarkan penuturan polos Giselle.

“Tentu, ke mana pun Nona pergi, saya pasti ikut … Selesai!” Maia berseru gembira saat selesai mengepang rambut Giselle. “Ada hal lain yang Nona inginkan?”

Giselle menggeleng. “Tidak. Kau pergilah temui ayahku, katakan padanya aku tidak ikut ke pesta.”

“Baik, saya permisi dulu, Nona.”

——⸙⸙⸙——

Rombongan keluarga Cromwell tiba di ballroom Istana Gildor. Salah satu penjaga pintu masuk mengumumkan kedatangan mereka. Memasuki ballroom, Duke Zander dan kedua putranya disambut bisikan kurang mengenakkan di telinga.

Trapped In A NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang