7 | Siete

33 10 0
                                    

“saya tidak sabar bertanding kuda dengan anda, Lady Giselle.” Kata Victor, sambil membantu Giselle turun dari Nyx—kuda hitam miliknya.

Bukan senang bisa pulang diantar Victor, Pangeran Mahkota dambaan para orang tua sebagai calon menantu idaman untuk anak gadisnya, Giselle justru merasa nasib buruk mulai memberikan sinyal untuk segera bersiap, bersiap untuk menghindari kemungkinan terburuk, yakni Victor jatuh cinta padanya.

“Sebuah kehormatan bisa bertanding melawan anda, Pangeran.” Giselle berbasa-basi menerima ajakkan Victor, padahal ia ingin menolaknya.

“Justru saya yang merasa terhormat, Lady. Belum pernah saya melihat ada seorang lady lihai menunggang kuda.”

Giselle tertawa pelan, “Saya tidak begitu lihai, Pangeran, buktinya saya menabrak anda tadi.”

“Ya, kau benar,” Victor ikut tertawa.

Victor menuntun Giselle memasuki kediaman. Giselle berjalan tertatih menahan sakit, membiarkan Victor merangkulnya, memamerkan kepada semua orang bahwa majikan yang selama ini mereka rundung memiliki hubungan dekat dengan Pangeran Mahkota Vonstein.

Awalnya Giselle menolak diantar Victor sampai ke kamarnya, tapi lelaki itu memaksa, mengatakan jika itu bukan tawaran melainkan perintah raja yang harus dilaksanakan. Selain itu, Victor juga mengatakan ketidakpercayaannya pada pelayan di kediaman Cromwell jika berkaitan dengan Giselle. Jadi, ia memilih mengantar sendiri Giselle ke kamarnya tanpa bantuan pelayan.

“Astaga, Nona, apa yang terjadi? Bukannya saya sudah bilang untuk hati-hati.” Maia berseru khawatir.

Victor menatap Maia curiga, membuat Maia beringsut ngeri.

Giselle berusaha melepas rangkulan tangan Victor. “Anda bisa pulang, Pangeran, sudah ada Maia di sini.”

“Tenang saja, Maia itu baik, bahkan saya sudah menganggapnya kakak saya sendiri. Jadi, Pangeran tidak perlu khawatir.” Imbuhnya untuk meyakinkan Victor agar segera melepas Giselle.

“Baiklah kalau begitu,” Victor melepas rangkulannya. “Tolong rawat Lady Giselle baik-baik, jangan biarkan Lady Giselle menggunakan kakinya untuk berjalan jauh, dan tolong oleskan ramuan dokter August ini ke pergelangan kaki yang terkilir.” Victor memberikan botol berisi ramuan berwarna hijau lumut kepada Maia.

“B—baik, Pangeran.” Maia tergugup menerima botol ramuan.

Kejadian tak terduga datang tiba-tiba sebelum kepergian Victor. Lelaki itu mengecup singkat dahi Giselle sebagai salam perpisahan. Tindakannya itu tentu saja memberi efek luar biasa pada Giselle, ia tahu sangat sulit atau bahkan mustahil baginya melepas jerat tali takdir yang mengikat Giselle Cromwell pada kematian nahas di masa mendatang, dan sekarang Victor secara terang-terangan menunjukkan ketertarikannya pada Giselle di hari pertama keduanya bertemu. Persis seperti di dalam novel, hanya berbeda situasi. Jika di dalam novel asli “Protagonist's Misfortune” Giselle dan Victor bertemu di taman Istana Gildor saat Giselle menghadiri pesta ulang tahun Victor ke 13 tahun. Namun kedatangan jiwa Giselle Farrington yang mengisi raga Giselle Cromwell membuat alurnya sedikit berubah, Giselle dan Victor bertemu satu minggu lebih cepat dari naskah asli.

“Semoga perubahan alur ini tidak mempercepat kematianku.” Harap Giselle. Ia melamuni kepergian Victor.

“ … Giselle,” Maia memanggil-manggil nama Giselle. “Nona Giselle, kau baik-baik saja?” ia mengibaskan tangannya di depan mata Giselle.

Giselle mengerjap beberapa kali. “Ya, aku baik, hanya sedikit lapar. Tadi saat makan siang di klinik dokter August aku cuma makan satu potong roti gandum sama susu saja.” Giselle mencebikkan bibir, kesal lantaran Victor menghabiskan jatah makanan Giselle pemberian dokter August, jadi, ia harus menahan lapar selama perjalanan pulang.

Trapped In A NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang