“Kau seharusnya mencariku, bukan malah bermain seperti anak kecil.” Suara serak khas orang tua menghentikan Giselle.
Kelinci liar tangkapannya tadi meronta-ronta dan kabur saat fokus Giselle teralihkah pada sosok kakek tua yang berjalan ke arahnya.
Itu pasti Pelatih Nollan. Batin Giselle.
Tatapannya tidak lepas dari pria tua itu. Wajah keriput, rambut putih jarang-jarang, berjalan membungkuk dengan bantuan tongkat, baju lusuh, dan tanpa alas kaki, mungkin jika Giselle tidak memiliki ingatan Giselle Cromwell asli ia akan mengira bahwa kakek tua itu seorang gelandangan.
“Ada apa dengan tatapanmu itu, Bocah.” Tegur Pelatih Nollan. “Aku sudah menunggumu sejak tadi pagi bukan untuk kau tatap seperti itu. Tangkap ini! Hari ini kita berpedang.” Pelatih Nollan melemparkan sebilah padang kayu.
Giselle menangkapnya dengan binar di mata. Akhirnya ia bisa melakukan aktivitas fisik tanpa takut kehabisan napas. Reaksinya itu tidak luput dari perhatian Pelatih Nollan. Ia mengernyit heran melihat binar di mata Giselle saat ia mengatakan akan berpedang, padahal seingatnya Giselle tidak menyukai bela diri tersebut, dan dari pengamatannya selama tiga tahun melatih Giselle ia tidak melihat ada bakat berpedang dalam diri Giselle.
Namun, itu bukanlah suatu hal buruk. Pelatih Nollan malah senang jika Giselle mulai menyukai berpedang dan berkeinginan untuk mempelajarinya lebih serius, karena satu keinginannya sebelum ajal menjemput adalah menurunkan keahliannya dalam seni berpedang kepada keturunannya, tapi karena sekarang ia sudah tidak punya keluarga lagi, Giselle menjadi satu-satunya harapan Pelatih Nollan.
“Lihat baik-baik gerakan yang akan aku contohkan, setelah itu kau ulangi gerakan tersebut sampai benar.” Pelatih Nollan meletakkan tongkat bantu berjalannya, kemudian menggantinya dengan pedang kayu satunya lagi. “Tidak peduli jika kau harus mengulangnya hingga seribu kali.” Ia meregangkan tubuhnya sebelum memulai latihan.
Sekarang aku punya tubuh sehat, jadi, tidak ada alasan untuk bermalas-malasan. Batin Giselle, menyemangati diri sendiri.
Giselle mengambil posisi duduk tidak jauh dari Pelatih Nollan berdiri untuk mengamati setiap gerakan yang dicontohkan Pelatih Nollan. Ia memperhatikan setiap detail gerakan dan menghafalkannya agar ia tidak perlu mengulanginya hingga seribu kali seperti yang dikatakan Pelatih Nollan. Karena itu pasti melelahkan.
Baru dua-tiga jurus diperagakan, Giselle dibuat terkesima oleh kelincahan dan ketangkasan Pelatih Nollan dalam memainkan pedang kayu. Gerakkannya memang cukup mudah karena masih di tingkat dasar. Namun bila dilakukan oleh orang tua seusia Pelatih Nollan, itu merupakan sesuatu yang luar biasa. Mungkin saja saat masih mudah dulu Pelatih Nollan merupakan seorang ahli pedang. Seperti prajurit atau ksatria mungkin
“Sekarang giliranmu. Lakukan dengan benar.” Kata Pelatih Nollan.
Giselle tersadar dari kuterkagumnya terhadap kakek tua di depannya. Ia menatap cengo, membuat Pelatih Nollan geram.
“Cepat lakukan! Atau jangan-jangan dari tadi kau tidak memperhatikanku?” Geram Pelatih Nollan.
Giselle gelagapan. Ia bukan tidak memperhatikan, hanya saja tiba-tiba ia merasa takut. Ia takut jika bakat Giselle Cromwell asli menghilang bersamaan dengan hilangnya nyawa dari tubuh, dan digantikan dengan jiwa Giselle Farington. Gadis penyakitan dari masa depan tanpa bakat apa-apa.
“B—bukan begitu … baiklah.”
“Jangan berhenti kalau aku tidak menyuruhmu berhenti.”
——⸙⸙⸙——
Giselle terengah di atas rerumputan. Staminanya terkuras habis lantaran mengikuti instruksi Pelatih Nollan yang menjejalinya berbagai gerakan baru dan tentunya rumit untuk ditirukan anak seusianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped In A Novel
FantasyKecerobohannya membawa petaka untuk dirinya sendiri. Giselle yang baru sehari menikah dengan pria idamannya mengalami insiden yang mengakibatkan nyawanya direnggut paksa dari raga, meninggalkan suami tercinta untuk selamanya. Namun ternyata tuhan be...