“Maka dari itu tutup mulutmu.” Giselle bergegas mengenakan pakaian anak lelaki miliknya.
Sudah cukup satu minggu lamanya Giselle mendekam di rumah lantaran kakinya yang terkilir. Maia sungguh-sungguh mematuhi perintah Victor untuk tidak membiarkan Giselle berkeliaran dengan kondisi kaki seperti itu.
Namun, bukan Giselle namanya jika hanya berdiam diri di kamar tanpa melakukan sesuatu. Tempo hari, Giselle berhasil menyelinap keluar tanpa ketahuan Maia. Meski pada akhirnya saat perjalanan pulang ia tertangkap basah oleh Maia.
“Tapi, bagaimana kalau Tuan Duke tiba-tiba datang kemari untuk melihat kondisi Nona?” tanya Maia.
Giselle menatap Maia sebal. “Nih ya, dengar baik-baik! Ada dua hal paling mustahil yang tidak mungkin terjadi di dunia ini. Yaitu satu, menikahi lima pria tampan sekaligus dalam satu waktu. Dan dua, Duke Zander menyambangi tempat ini untuk memastikan kondisiku. Ingat itu baik-baik.”
Maia menggelengkan kepala pelan. “Nona bisa saja.” Ia terkekeh mendengar penuturan Giselle. “Jangankan lima, menikahi dua pria saja tidak mungkin.”
“Nah!! Tuh tahu. Begitu pula dengan pertanyaanmu tadi.”
“Baiklah, kalau begitu Nona berhati-hatilah.” Maia menyerahkan kantong berisi uang. “Nona tunggu di sini sebentar, saya ambilkan Brownies.”
Giselle menggeleng. “Tidak perlu, aku bisa jalan kaki. Lagi pula Brownies baru saja pulang setelah beberapa hari menghilang, jadi, biarkan ia istirahat.” Giselle lalu memeriksa kantong di tangannya, mengambil beberapa keping perak, dan mengembalikannya pada Maia. “Jangan bawa uang terlalu banyak, takut kalap memborong semua makanan di sana.”
“Memangnya Nona mau pergi ke mana?”
“Alun-alun! Di sana ada pertunjukkan sirkus, aku ingin sekali melihatnya.” Jelas Giselle. “Kau tahu, Mai? Mereka sangat hebat dalam mengendalikan elemen, bahkan kemarin mereka menciptakan burung api dan membuatnya terbang melintasi kepalaku!” Giselle berseru semangat.
Rona bahagia selalu terpancar di wajah cantik Giselle jika membahas kemampuan mengendalikan elemen seseorang. Semangat dalam diri Giselle justru menghadirkan rasa iba di hati Maia, lantaran di usianya kini Giselle belum mampu membangkitkan kekuatan elemen miliknya. Ketidakmampuannya itu pula yang menjadi salah satu alasan Duke Zander semakin membenci Giselle. Hal itu disebabkan karena seseorang tanpa kemampuan mengendalikan elemen merupakan aib keluarga.
Namun, bukannya sedih atau hilang harapan dalam upaya menarik perhatian ayahnya agar meliriknya, Giselle justru semakin bersemangat melatih kemampuan fisiknya, dengan harapan jika suatu saat kekuatannya muncul tubuhnya telah siap.
“Aku pergi dulu, Mai, sampai jumpa!” Giselle berlari kecil, sambil melambaikan tangan.
Tubuh kecilnya menghilang di balik pintu, ia mengendap-endap menuju pintu rahasia milik Ralph yang terletak di dapur. Pintu itu sebenarnya sudah ada sejak puluhan tahun silam bersamaan dengan dibangunnya rumah tersebut, tapi karena dirasa tidak terlalu berguna, pintu tersebut ditutup permanen. Dan tiga tahun lalu, Ralph menemukannya saat sedang kabur dari hukumannya, kemudian menjadikannya sebagai pintu rahasia. Sedangkan Giselle asli mengetahui pintu tersebut saat sedang memata-matai Ralph.
Tiba di dapur, Giselle bergegas menuju gudang penyimpanan perkakas dapur, tempat pintu rahasia berada. Memasuki gudang, Giselle tersenyum semringah, lantaran keberadaan pintu rahasia itu benar adanya, tepat seperti di dalam novel.
Sebenarnya Giselle tidak perlu repot-repot mengendap-endap untuk keluar rumah, para pelayan maupun prajurit tidak peduli apa pun yang Giselle lakukan selama ia tidak membuat kekacauan. Namun, Giselle hanya berjaga-jaga, siap tahu di kediaman Cromwell ada penjilat yang mengadukan kepergian Giselle ke Duke Zander.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped In A Novel
FantasyKecerobohannya membawa petaka untuk dirinya sendiri. Giselle yang baru sehari menikah dengan pria idamannya mengalami insiden yang mengakibatkan nyawanya direnggut paksa dari raga, meninggalkan suami tercinta untuk selamanya. Namun ternyata tuhan be...