"Akhirnya bisa dikirim juga ke klien"
Sunghoon senang saat pekerjaannya sudah selesai dan tentu saja tanpa tidur, karena deadline pagi ini harus diserahkan ke klien.
Untung saja kemarin Sunghoon tak jadi mabuk, kalau tidak hancur semua project yang telah Ia kerjakan sebulan lamanya, namanya juga Sunghoon selalu berpikiran pendek tanpa melihat jika projectnya belum selesai.
Dia kemarin ingin mabuk, karena orangtuanya kembali memaksa Sunghoon untuk bekerja di salah satu kantor dimana ayahnya bekerja, intinya lewat jalur dalam untuk bekerja disana, padahal dia baru saja interview kerja namun orang tuanya yang tak sabaran itu memaksanya, tentu saja Sunghoon menolak hingga ada perdebatan sengit di dalam telepon.
Saat Sunghoon ingin pergi keluar membuang sampah, dia melihat di depan pintunya ada minuman dan juga makanan. Dilihatnya makanan tersebut ada sepucuk kertas,
'Pagi Sunghoon, jangan lupa sarapan. Dari tetanggamu 204'
Sunghoon tersenyum saat membaca sepucuk kertas tersebut, hingga tak sadar jika ada seseorang wanita yang sudah berdiri di depannya.
"Gaeul?"
"Kamu ada waktu ga?"
Suasana begitu canggung diantara Sunghoon dan Gaeul, sekitar lima menit keheningan diantara mereka berdua yang kemudian Gaeul membuka percakapan.
"Kabarmu gimana Sunghoon? baik baik aja kan?"
"Iya baik" jawab Sunghoon yang canggung.
Wanita itu kemudian memberikan sebuah undangan kepada Sunghoon. Kedua mata Sunghoon membulat sempurna karena mengetahui Gaeul akan menikah.
"Sorry baru kasih kabar, besok Minggu kalau ada waktu sempatin ke pernikahanku ya"
Sunghoon memilih untuk diam saat Gaeul mengatakan hal tersebut. Kedua tangan Sunghoon mengepal keras. Kenangan masa lalu yang telah Sunghoon lupakan tersebut terputar ulang ketika ada kedatangan Gaeul berserta kabar pernikahan wanita tersebut.
"Sebenernya kamu ga perlu buang buang waktu dateng kesini kasih undangan, lagian kamu tahu kan apa jawabannya? kedatanganmu cuman buat buka luka lama"
Gaeul menatap Sunghoon dengan tak percaya, karena ucapan dari Sunghoon yang menurutnya tak masuk akal.
"Stop buat ngerasa paling tersakiti, kenyataannya aja kamu yang minta buat akhirin hubungan kita dulu..."
"...aku dateng kesini baik baik, tapi emang ternyata kamunya ga mau, terserah Hoon, aku ga peduli" akhir Gaeul yang kemudian berjalan menjauh dari Sunghoon.
"Besok Minggu bantuin kerjaanku dong Ning, banyak banget butuh anak akutansi nih buat laporan keuangan akhir bulan, nanti fee-nya terserah kamu deh"
Yedam malam ini sedang berada di apartment Ningning, sambil membantu memasang lampu baru.
"Yah sorry banget Dam minggu ada acara, temen SMA-ku nikah, masa ya aku ga dateng ke nikahannya"
Yedam yang selesai memasang lampu kemudian turun dari tangga lipat.
"Widih temen aja udah nikah, Ningning kapan tuh?"
Mendengar itu Ningning memukul lengan Yedam beberapa kali, karena menurut Ningning itu bahasan yang sensitif.
"Stop jokes tentang kapan nikah, kalau kamu sendiri aja belum!"
"Ya tapi kan aku dah ada gandengan, kamu sendiri aja belum" ucap Yedam yang tak mau kalah hingga Ningning mulai kembali memukul lengan Yedam berkali kali.
"Gimana kalau sama yang sebelah"
"Ha? maksud?"
"Sama Sunghoon"
"Ih Yedam!"
KAMU SEDANG MEMBACA
204 at Night: Ningning & Sunghoon
FanfictionCerita tentang Sunghoon yang merasa hidupnya yang tak berguna, bertemu dengan Ningning wanita berhati malaikat yang menyelamatkan hidup Sunghoon.