______________________________________
Sekitar 1 jam dari katsuragi sampailah aku di kampung halaman ibu, sekaligus rumah nenek. Stasiun kereta di desa ini memang tidak pernah berubah semenjak aku pertama kali datang kesini, bangku coklat yang terakhir kali kulihat berwarna coklat mengkilap seperti baru saja di cat, sekarang sudah pudar dimakan umur. Gemericik air sungai masih terdengar samar samar, menandakan bahwa sungai yang dulu diriku jadikan tempat bermain ternyata belum surut masih deras arusnya seperti awal aku menemukannya. Suasana pedesaan yang dulu sangat kental sekarang sudah berubah, bangunan bangunan modern mulai dibangun disekitar sini. Tidak banyak, namun cukup membuat atmosfer disekitar sini berubah.Ku ingat ingat kembali jalan menuju rumah nenek, kali ini aku datang tanpa petunjuk selembar kertas dengan tulisan alamat rumah. Aku masih sangat yakin, bahwa aku masih mengingat jalan menuju rumah nenek.
______________________________________
Cuaca yang cerah untuk mengawali hari. Burung burung menari nari di atas langit, dengan kicauan kicauannya yang terdengar seperti mengajak seorang insan untuk segera keluar dari zona nyamannya.
Haru baru saja menyelesaikan sarapannya, ia melangkah menuju teras rumah. Hembusan angin musim panas membelai halus kulit putihnya, seakan menyambut haru di hari ini. Ia melangkahkan kakinya menyusuri setiap sudut teras, berharap menemukan sesuatu yang menarik, Pikir haru.Benar saja, haru menemukan sebuah sepeda berkeranjang berwarna hitam pudar yang terparkir di samping rumahnya. Sedikit berdebu tapi tak apa. Ia berfikir, mungkin dirinya bisa menggunakannya untuk berkeliling desa dengan mudah. Tanpa pikir panjang, haru mengendarainya pergi meninggalkan rumah. Sepeda itu membawanya pada jalan setapak diantara rimbunnya pepohonan yang menghiasi jalanan. Cahaya terik matahari menyengat kini ternetralisir oleh ranting ranting pohon yang menjulang tinggi menutupi sebagian langit.
Sesekali haru bersenandung kecil sembari menghirup dalam dalam udara sejuk sekitarnya. Mengayuh sepedanya perlahan-lahan, matanya tak pernah jemu memperhatikan pemandangan hijau yang alam sajikan.
Tak terasa ia mengayuh sepedanya tanpa arah, hanya mengikuti jalan di depannya, dirinya memasuki sebuah Tebing tinggi dengan sungai dengan arus deras mengalir ditengahnya. Bebatuan besar tersebar acak di sekitar sungai. Haru menyandarkan sepedanya pada salah satu pohon, lalu mendekati air terjun di depannya.
Baru saja melangkahkan kakinya pada salah satu batu kecil sebagai pijakan untuk menyebrangi sungai, haru mendapati bahwa dia ditempat itu tidaklah sendirian, melainkan ada sesosok manusia lain yang sudah ada ditempat itu sebelum dia.Haru mendekatinya. Sesosok manusia itu jika diamati, dia berambut dwiwarna. Setengah putih, setengah merah.
"Menarik." Satu kata terucap pertama kali dari mulut haru saat melihat lelaki sebayanya didepan.
Laki laki itu terduduk tenang di atas batu besar di tepian sungai, menunggu ikan memakan umpannya. Ya, dia sedang memancing.
Haru duduk di batu sebelah laki laki itu, hanya berjarak sekitar 1 meter disebelahnya. Mengamati laki laki tersebut memancing.
5 menit
10 menit
25 menit
30 menit berlalu, mereka hanya saling berdiam diri. Tak ada kata sapaan ataupun sekedar berbasa basi. Jauh dalam lubuk hati haru ia ingin berkenalan dengan laki laki dengan dwiwarna disebelahnya ini. Namun, raut wajah dari laki laki tersebut membuatnya mengurungkan niatnya itu.
"Aku ingin punya temann!!" Batin haru dalam hati menyemangati dirinya sendiri untuk memberanikan diri berkenalan terlebih dahulu
"Aku haru!" Hening sejenak.
Laki laki itu menoleh kearah haru sekilas iris mata birunya bertemu dengan iris biru milik haru. Membuat haru mematung untuk beberapa saat.
"Shoto."
Lelaki bernama shoto itu, bangkit berdiri lalu menggulung pancingannya lalu pergi.
______________________________________
Akhirnya sampailah aku di rumah nenek. Suasana di rumah ini tidak pernah berubah dari pertama kali aku kesini.
Terlintas dalam pikiranku, seorang bernama shoto, shoto todoroki. Apakah dia masih ada disini?
______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise || Todoroki Shoto x OC
FanficPerkenalan tanpa berjabat tangan tidak buruk, itu hanya sekedar formalitas saja. Buktinya aku dan kamu bisa berteman baik walau tidak berjabat tangan. mungkin kita bersahabat selamanya? Kau memperkenalkan ku setiap sudut halakah sejuk nan indah dipa...