0,04%

1 2 10
                                    






Aku pernah diperhatikannya.





Begitu bahagia mengingatnya.

Aku begitu senang bernostalgia dengan kenangan lama, khususnya tentang kenangan bersama dia.

Aku tersenyum, namun sekilas kemudian tersadar bahwa semuanya telah berlalu, lama.

Selanjutnya aku kecewa.

Apa aku terlalu terlambat menyadari ketertarikannya?





Beberapa hari setelahnya kita bertemu lagi.

Di hari yang terik, di persimpangan jalan yang sama, juga di waktu pulang sekolah.

Aku tidak lupa akan sosok cowok itu, hanya hati ku belum tergerak bahkan hanya untuk mengetahui namanya.

Hari itu dia melewati ku.

Aku tidak menantinya, juga tidak berharap diboncengi.

Tapi dia berhenti, menghentikan sepeda motornya tidak jauh dari tempat ku berdiri.

Dia menoleh ke belakang sambil mengukir senyum, membuat matanya kembali menyipit seperti hari pertama bertemu.

"Yuk"

Tadi seperti sengaja melewati ku.

Tanpa berlama-lama aku berlari kecil menghampirinya.

Hal itu wajar saat itu, tapi sekarang setelah aku ingat lagi, aneh juga.






Awalnya kita saling diam, sebelum akhirnya dia mulai bicara.

"Kakak selalu pulang sendiri?"

Tanyanya.

Masih memanggilku kakak.

"Ya"

Jawabku singkat, harusnya protes, kakak apanya bisa jadi kita sebaya 'kan.

Aku menahannya dan hanya duduk diam di belakang punggungnya.

Diam-diam aku melihatnya dari pantulan kaca spion.

Dalam diam aku membatin,

'Kayaknya dia kenal banget sama gue, bahkan ngajak kenalan aja enggak'

Kalo aku nanya namanya sekarang, ah terlalu malu untuk berkenalan.

Sebelum aku mengalihkan pandangan dari kaca spion, dia ikut melihat ke arah kaca spion juga.

Mata kita bertemu.

Langsung, tapi tidak langsung, lebih tepatnya saling bertatapan dari pantulan kaca spion itu.

JONATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang